Fresh from the oven hohoho
Writen on Monday, 2024 July 22nd*************
************
Si pungguk ini merindu lagi. Pada hangat nya sinar bulan yang memeluk malam. Membuat ribuan kilau cemburu akan nya. Dedaunan yang ikut melambai ria bersama angin, sangat menikmati aroma yang telah berdebu tertelan masa lalu.
Kemana ia pergi, menuntaskan rindu nya? Yang wangi nya sangat semerbak, se-indah mawar yang menyimpan luka di tubuhnya, se-gemulai tarian tulip yang siap mengeluarkan racun nya. Kemana harus ia bawa rindu nya?
" Ciee galau nih cerita nya?"
Suara yang berasal dari belakang ku membuat ku terkejut dan sontak menutup buku ku. Aku menoleh ke samping mendapati Gia kini melepaskan tas nya di punggung kursi lalu menghadap ku, memberikan tatapah jahil nya.
" Galau kenapa sih neng? Kangen ayang? Tuh kelas nya lagi olahraga! Katanya Tere dia udah masuk hari ini, gih sana samperin!" Seloroh Gia menepuk - nepuk bahu ku.
" Nggak galau kok gue! " ucap ku membela diri
" Halah halah non! Itu puisi udah mau habisin satu buku lo begituuu... gengsi banget ngakuin kalau kangen " ledek Gia lagi sembari kaki nya menendang ku di bawah kursi.
" Ra, lo gak percaya begitu aja sama omongan Rafka kan?" Tanya Gia serius mendapati ku yang terlihat tidak tertarik menanggapi lelucon nya pagi ini.
Aku menoleh ke arahnya, membuat ku teringat peristiwa itu, Gia memaksa ku memberitahu apa yang dikatakan Rafka kepadaku yang membuat hubungan ku dan Rayyan merenggang sampai saat ini.
" Mungkin ya Ra, mereka punya masalah yang terjadi di masa lalu. Entah gimana mereka menyelesaikannya, tapi itu bukan tanggung jawab lo Ra buat mikirin itu semua. Yang pacar lo Rayyan lho! Dibanding Rafka yang baru lo kenal dan gak semestinya lo terpengaruh dan langsung percaya sama omongan Rafka! "
Aku menautkan alis ku, hendak menyetujui dan membenarkan apa yang Gia katakan. Rayyan kekasih ku, kenapa aku harus ragu sama Rayyan? Dan Rafka... dia—
" Lo tau sendiri Ra reputasi Rafka kayak gimana? Dia tuh anak nakal—"
" Gi! " putus ku memotong pembicaraan Gia yang melantur. Bukan aku mau membela Rafka tapi semua yang orang bilang tentang Rafka ini dan itu, jujur aku gak merasakannya.
Aku gak bisa menilai nya dari apa yang terlihat dari luar, Rafka adalah anak remaja yang mungkin kurang mendapatkan perhatian dari keluarga nya, kalau hal itu bisa aku simpulkan dari percakapan di ruang BK kala itu.
Orang tua nya yang memiliki sekolah ini, mungkin keluarga nya terlalu sibuk mengurus bisnis hingga Rafka mencari perhatian lewat tingkah tingkah nya yang memang, sangat diluar batas wajar kenakalan seorang murid remaja.
" Gu–guee.. akan temuin Rayyan nanti " ucap ku
Gi menerbitkan senyum nya,
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Feeling (COMPLETED)
Teen Fiction((ON GOING)) ((Warning 16+ banyak umpatan/ucapan kasar )) Menjadi anak tunggal tapi gak kaya raya gak selalu hidup-nya enak. Adakala nya aku merasa jenuh, kesepian gak punya teman curhat atau teman bermain, tapi di sisi lain aku buuuaaaahagiaa karen...