" Udah gede ah, nangis mulu kamu Ra. Nanti tahun baru kamu ke London deh ya, tahun baruan disana." Usul mas Rion sama sekali tak nampak berarti untuk ku menghentikan tangisan ku.
" Janji ya mas disana baik-baik."
" Iyaaa Karamel." Ucap mas Rion seraya mengacak rambut ku.
" Janji gak clubbing clubbing."
" Hushh mana ada mas clubbing. Lagian denger darimana kamu kata-kata itu? Dasar Abege." Tegur mas Rion menyentil bibir ku.
Orang tua ku tertawa melihat pertengkaran kami, bahkan saat sudah mau berpisah seperti ini, masih sempat sempatnya kami bersiteru.
" Udah nak, itu mas mu nanti telat boarding." Ucap Ayah mengingatkan.
Kami mengantar mas Rion hingga masuk ke pintu keberangkatan.
" Sehat-sehat ya Rion, salam sama keluarga disana ya." Ucap Ayah memeluk singkat mas Rion lalu bergantian dengan Bunda.
" Salam buat mami papi ya Yon. Semoga selamat sampai di tujuan ya nak." Doa bunda setelah melepas pelukan dengan mas Rion.
•—•—•
Aku gak langsung pulang dari bandara. Pamit ke bunda dan ayah untuk mengunjungi Rayyan sebentar ke rumah nya. Ayah sempat tidak mengizinkan karena khawatir aku pergi sendirian, dan berkunjung ke rumah lelaki pula.
Sudah ku pastikan ada orang tua nya di rumah, baru lah orang tua ku akhirnya memberikan ku izin. Mampir ke toko kue dan toko buah sebagai buah tangan untuk keluarga Rayyan, akhirnya aku sampai di rumah nya.
Suasana duka masih terselip di rumah ini, nampak sepi, seakan rumah pun turut berduka kehilangan seorang anak perempuan yang sejak kecil mengisi hari hari nya di rumah ini.
Asisten rumah tangga keluarga ini membimbing ku masuk ke dalam, dan bersamaan dengan Rayyan yang baru saja turun dari kamar nya di lantai atas. Berjalan cepat ke arah ku.
" Kamu kenapa gak kabarin aku mau kesini? Aku bisa jemput kamu Mel," keluh Rayyan saat membawa ku ke dalam pelukannya.
Aku menepuk punggungnya yang masih belum setegap biasanya, lalu melepas pelukan kami, sejenak aku memperhatikan mata nya yang masih sembab. Rambut nya yang mulai memanjang lagi, nampak berantakan.
" Aku bisa sendiri kok kesini, gak apa apa. Orang tua kamu dimana?" Tanya ku
Rayyan menggiring ku ke sofa, lalu membaringkan tubuh nya terlentang di sofa, menaruh kepala nya di paha ku, menyembunyikan wajah nya di perut ku.
" Antar ayah check up ke rumah sakit. Ayah drop semalam Mel." Jelas nya
" Ya ampun. Ayah kamu baik baik aja kan? "
" Aku ngantuk." Ucap Rayyan tiba-tiba membelokkan pembicaraan.
Aku membelai surai Rayyan perlahan. Rayyan semakin menyerukkan wajah nya, nafasnya mulai tenang.
" Tidur di kamar aja gih. Aku pamit pulang ya kalau gitu, biar kamu bisa istirahat." Usul ku
Sontak Rayyan membawa wajahnya mendongak keatas, menatapku kesal.
" Gak ada. Kamu baru sampai sini masa mau pulang."
Gemas, aku mencubit pipi nya yang langsung mengaduh. Membenarkan posisi nya menjadi telentang lagi, Rayyan menutup mata nya dengan lengan kiri nya. Tangan kanan nya memainkan jemari ku di dada nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/361294294-288-k331179.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Feeling (COMPLETED)
Teen Fiction((COMPLETED)) ((Warning 17+ banyak umpatan/ucapan kasar )) Menjadi anak tunggal tapi gak kaya raya gak selalu hidup-nya enak. Adakala nya aku merasa jenuh, kesepian gak punya teman curhat atau teman bermain, tapi di sisi lain aku buuuaaaahagiaa kare...