Panas terik di siang hari ini membuat para siswa siswa berkumpul di kantin untuk sekedar membeli pereda dahaga. Baru dua hari sisa satu hari lagi, yang artinya Rayyan akan kembali lusa.
Gia makan soto ayam dengan nasi sambil berbincang ria dengan Eki dan teman-teman Rayyan yang lain. Aku mengaduk batagor ku yang terlihat enak tapi aku gak begitu berselera memakannya.
" Berarti yang Stars are watching you with me itu khusus buat Karamel?" Tanya Gia
Mereka sedang membicarakan Rayyan. Ya, Rayyan.
Gilang dan Leon yang bercerita lebih dulu tentang penciptaan lagu-lagu mereka untuk mini album mereka itu, dan title track berjudul Stars are watching you with me yang diciptakan Rayyan dibocorkan oleh mereka, karena katanya lagu itu terinspirasi dan ditujukan khusus untukku.
" Sebenernya itu masih rahasia lho, Rayyan kalau tau bisa diamuk ini kita bocorin kayak gini." Risau Eki membuatku tertawa kecil.
" Hayolohh... gue aduin ah ke Rayyan." Kata ku menakuti mereka.
Serentak para remaja lelaki berseragam putih abu-abu di depan ku ini menegapkan tubuh panik, aku dan Gia tertawa dibuatnya.
" Jangan kasih tau Rayyan ya Karamel. Itu lagu surprise buat lo, nanti lo pura-pura kaget aja ya pas denger lagu nya." Mohon Arkan diikuti Gilang, Leon dan Eki.
" Gue juga bercanda kok, rahasia kalian aman pokoknya." Sahut ku santai mengacungkan jempol lalu kembali menyuap batagor ku yang mulai dingin.
Gia menelan makanannya, menampar tangan Eki yang hendak mencomot krupuk nya di piring.
" Pelit."
" Bodo."
" Berantem mulu... jodoh lu berdua." Celetuk Arkan dihadiahi lemparan tisu dari Gia.
" Aamiin."
"Amit-amit."Aku menggeleng dan tertawa melihat mereka yang selalu berargumen saat bersama.
" Jodoh gak ada yang tau lho. Siapa tau kita beneran jodoh lo bisa apa?" Ucap Eki
Gia memutar mata malas, mengacungkan garpu nya ke depan wajah Eki.
" Kalaupun di dunia ini laki-laki cuma tinggal elu, mending gue gak usah nikah selamanya." Ucap Gia
" Whuihh sadis bener neng." Nyerah Eki mengangkat kedua tangan di samping telinga.
" Kok lo betah punya temen kayak singa gini Karamel?!" Eki menoleh ke arah ku
Aku menelan siomay ku sebelum menjawab, namun Gia sudah lebih dulu menyela,
" Kenapa emang kayak singa? Daripada elo, kayak kutu. Hama."
" Astaghfirullah neng, nyebut neng. Istighfar yuk bisa yuk ashadu—"
" MENDING LO DIEM."
" Oke-oke fine. Santai santai."
Gak pernah ada habisnya kalau mereka sudah bertemu, selalu bertengkar dimana pun bertemu, ini sangat lucu pikir ku. Pikiran ku kembali melayang memikirkan Rayyan, baru sehari ia pergi tapi sudah berasa sekali rindu kepadanya.
Apa yang ia sedang lakukan disana? Apa ia sudah makan biar semangat dan konsentrasi? Apa ia mendapati kesulitan saat mengisi dan menjawab soal? Apa ia mengingat ku disana? Apa dia memikirkan kegiatan kami saat sabtu lalu?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Feeling (COMPLETED)
Fiksi Remaja((ON GOING)) ((Warning 16+ banyak umpatan/ucapan kasar )) Menjadi anak tunggal tapi gak kaya raya gak selalu hidup-nya enak. Adakala nya aku merasa jenuh, kesepian gak punya teman curhat atau teman bermain, tapi di sisi lain aku buuuaaaahagiaa karen...