Bab 39

27 3 1
                                    

Romance de amor mengalun pelan dari petikan demi petikan gitar yang ku main kan dipangkuan. Langit mendung menurunkan air tuhan, membasahi bumi secara perlahan.

Melalui jendela di samping kanan, dari balik jendela aku melihat siswa siswi di luar ramai berlalu lalang, karena sudah waktunya untuk pulang.

Rayyan dan teman-temannya sangat sibuk bolak balik ke studio rekaman hari ini, ditambah Rayyan harus terus mempersiapkan keberangkatannya untuk olimpiade minggu depan. Aku gak mau menginterupsi kegiatan Rayyan. Aku gak mau menjadi penganggu dan memecah konsentrasinya.

Pintu terbuka, tampak Rafka masuk dengan muka yang sangat bantal sekali, alias lelah bercampur ngantuk. Rafka seolah tidak melihatku, ia berjalan duduk di sofa panjang yang sama dengan ku, duduk melingkarkan tangan nya di punggung sofa, duduk berhadapan dengan ku yang juga duduk memiringkan tubuh.

Rafka hanya menatap ku tanpa mengeluarkan sepatah kata, hingga aku menyelesaikan musik klasik yang pencipta nya masih banyak dipertanyakan musikus dunia.

Rafka mengambil alih gitar dipangkuan ku, menyetem senar gitar lalu memulai memetik senar gitar dengan teknik Tremolo menghasilkan bunyi alunan klasik gubahan Francisco Tárrega berjudul Recuerdos de la Alhambra.

Aku memaku tatapan ku pada laki-laki di hadapan ku ini. Pembawaan musik nya sangat tenang dan menghipnotis, mampu menyentuh sisi hati ku yang terdalam, membuatku larut dengan tanpa tersadar meneteskan air mata.

" Kenapa setiap gue ada di ruangan ini lo nangis sih?" Tanya Rafka dengan tiba-tiba, menghentikan permainan gitar nya dan menaruhnya di bawah sofa.

Aku mengusap air mata ku, " Terharu aja sama musik nya." jawab ku jujur.

Rafka tampak tidak ingin percaya, masih menelisik raut wajah ku namun aku patahkan dengan pertanyaan yang sedari kemarin tertanam di kepala.

" Lo berantem sama Rayyan?" Tanya ku

Rafka melirik ku sinis, ia mundur membawa tubuhnya menyandar di ujung sofa.

" Cowok lo ngadu?" Tanya nya balik

Aku menggeleng cepat, " Nggak ngadu. Tapi bukti di wajah kalian berdua udah menjelaskan semuanya."

Rafka tertawa, tangannya ia bawa untuk mengusap luka di sudut bibir dan hidung nya.

" Cowok lo yang pukulin gue duluan." Adu nya

Aku memutar bola mata ku, maju mencodongkan tubuh ku, Rafka memelototkan mata nya.

" Eh anjir lo mau ngapain?"

Dengan cepat aku menyentil kening nya sukses membuatnya mengaduh. Setelahnya aku kembali ke posisi ku sebelumnya.

" You deserve it Rafka." ucap ku

Rafka masih mengusap bekas sentilan ku di kening nya, " Gak jelas." cicit nya

Aku bersedekap, menggeleng pelan.

" Seharusnya lo kasih tau gue sebelum lo bawa gue ke taman rumah sakit itu, lo bikin gue sama Rayyan berselisih paham." Mulai ku mengeluarkan unek-unek ku.

" Ck, kemarin cowok lo yang nyerang gue, sekarang elo. Gue gak ngelakuin apa-apa Karamel. Lo kan nyari cowok lo kemarin? Ya kan? Yaudah gue bantu." ujar nya membela diri.

" Ya lo harusnya jelasin dong ke gue Rayyan dan Raline itu adik kakak. " ucap ku tak mau kalah.

" Raline adik gue Karamel." Tekan Rafka tajam

Aku menciut, " Y-yaa.. tetap bersaudara. Harusnya lo gak ngebiarin gue pergi dari sana dengan salah paham antara gue sama Rayyan." Lagi, aku menyerangnya.

A Million Feeling (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang