Chapter 38

4.7K 405 24
                                    

Kembali ke Amanda yang masih menangis di kamarnya. Dia sudah benar-benar lelah dengan hidupnya, sepertinya sudah cukup dia bertahan selama ini hari ini dia menyatakan dia menyerah dan akan mengakhiri penderitaannya di dunia yang kejam ini.

Dengan langkah tertatih dia menuju ke arah laci di kamarnya dan membukanya, mengambil benda yang dia sudah berusaha mati-matian untuk tidak menggunakannya. Tapi sekarang benda itu yang biasa disebut cutter sudah berada sempurna digenggamannya.

Tubuhnya mulai bergetar, airmata tidak berhenti mengalir dari matanya. Saat permukaan tajam itu hendak menempel dipergelangan tangannya handphone dia berdering pertanda ada yang menelponnya, dia pun mengurungkan terlebih dahulu kegiatannya saat melihat nama orang yang menelphonenya.

"Huhh maaf Ra mungkin ini terakhir kalinya gua ngangkat telphone lu..."lirih Manda

Yah benar sekali orang yang menelpon Manda tengah malem itu adalah Raisha. Manda yakin dia ingin mengucapkan selamat tahun baru dan memberinya semangat untuk hidup di tahun yang baru berganti ini, karena memang setiap taun Raisha selalu mengucapkannya.

#percakapan telpon

"Hallo Man....Happy New Year yahh, semoga ditahun yang baru ini lu bisa hidup bahagia, semangat terus yaa Man, gua akan selalu ada disamping lu sampai kapan pun....love you my bestie..."ujar Raisha dari sebrang telpon

"Happy New Year juga Ra, makasih Ra lu selalu ada disamping gua satu hal yang bisa gua syukuri dihidup gua adalah bisa ketemu dan berteman sama lu, lu adalah satu-satunya orang terbaik dan tersayang dihidup gua. Hiks sakit Ra papah mukul gua lagi hiks gua cape, maaf Ra kali ini gua udah gak kuat dan gak sanggup buat bertahan lagi, maaf Ra gua gak nepati omongan gua untuk bertahan...."ujar Manda sambil menangis lirih

"Man lu jangan ngomong aneh-aneh pliss gua gak suka, gua udah cerita ke kak onel dia pasti bisa bantu lu Man....pliss bertahan gua gak mau kehilangan lu...hiks.."ujar Raisha menangis

"Hiks...maaf Ra gua nyerah, bahagia terus yaa Ra walau gua gak ada, gua sayang banget sama lu..."ujar Manda dan langsung mematikan telponnya

Manda mengambil kembali cutter yang ada dihadapannya, setidaknya dia sedikit lebih lega karena sudah mengucapkan salam perpisahan kepada satu-satunya orang yang paling dia sayang. Dia mulai mengiris pergelangan tangannya menggunakan cutter itu, darah segar langsung mengalir deras dari sumber irisan yang dia buat.

Perlahan tubuh Manda mulai melemas dengan darah yang terus mengalir deras, pandangannya pun mulai kabur. Samar-samar dia mendengar ada orang yang masuk ke kamarnya dan memanggil-manggil namanya, hingga akhirnya dia benar-benar tidak sadarkan diri.

Sementara dilain tempat Raisha sudah panik dan nangis setelah telponnya dimatikan sepihak oleh manda. Sekarang dia sedang dalan perjalanan menuju rumah Manda dengan ditemani Onel.

"Kak cepetan lagi hiks nyetirnya....aku takut Manda kenapa-napa"Ujar Raisha panik

"Iyaa dek.....kamu tenangin diri kamu dulu, coba kamu telpon orang rumah Manda yang bisa kamu hubungin buat ngecek keadaan Manda sekarang...."ujar Onel berusaha menengakan Manda

"Bi Ina....iyah aku harus telpon bi Ina"ujar Raisha

"Bi...hiks, tolong sekarang bibi cepet ke kamar Manda bi...hiks"ujar Raisha sangat khawatir

........

"Cepet bii.....sebelum Manda kenapa-napa hiks...saya udah dijalan ke arah sana"ujar Raisha

........

"Hiks.....bi hetiin darahnya dulu pake kain hiks, saya bentar lagi sampe hiks...."ujar Raisha semakin menangis histeris ketika tau keadaan Manda dari ART Manda

RAPSODI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang