String.
Benang itu terlihat terikat begitu kuat, jarak yang begitu jauh namun sangat kencang.
Aku tidak tau apakah ini cukup?
Mungkin hanya perlu menunggu waktu untuk melihat benang tipis itu terputus sepenuhnya.
Ctas!
Menghela napas kecewa, tangan nya merogoh kantong plastik yang penuh dengan hiasan dinding dan perlak pernik lainnya.
"Talinya putus lagi tuh."
Pemuda pemilik netra egyptian itu melirik garang, ia berdecak kesal sebelum melempar gulungan tali lainnya. Disekitarnya sudah banyak jenis dan warna tali yang terputus putus bagiannya.
"Kau sendiri beli tali ini dimana? Kenapa kualitasnya rapuh sekali?!" Seru nya dengan tatapan emosi, sedari tadi pagi mood nya benar benar diaduk aduk dengan tak manusiawi oleh tersangka yang terus memberikan seringaian penuh kemenangan.
Pemuda itu tertawa keras, ia benar benar puas melihat sahabat sekaligus saudara bule nya terlihat begitu marah.
"Aku sudah membelinya di toko bangunan yang kau katakan itu, Fan."
Urat mata Taufan berdenyut.
"Toko bangunan atau toko mainan?"
Pemuda yang tengah berdiri diatas kursi itu cekikikan pelan sembari memasang wajah jahil yang sukses membuat Taufan jengkel.
Taufan mengusap wajahnya kasar, berusaha untuk tenang karena waktu terus berjalan dan matahari yang mulai turun dari singgasananya.
"Serius sedikit, Blaze. Hari-H hanya tinggal dua hari saja." Ia berkata dengan nada yang lebih tenang, namun tetap tak sabar.
Blaze memanyunkan bibirnya, ia mengikat kembali tali yang sudah lepas untuk mengikatnya pada spanduk yang lumayan lebar yang tertulis selamat datang kepada siswa baru yang telah terdaftar.
"Kenapa aku yang jadi sasaranmu sih, Fan?" Blaze berujar dengan nada yang dibuat buat lesu.
"Padahal yang tinggi bukan cuma aku." Lanjutnya sembari menjulurkan lidahnya pada makluk yang terasa lebih pendek darinya itu. Perempatan imaginer muncul pada dahi Taufan.
"Kalo bukan karena gen ibunda, aku tidak sependek ini!!" Batinnya dengan penuh emosi.
Taufan membuang napas pelan, ia mengambil sebuah rangkaian bunga kertas yang sudah ia buat semalam hingga begadang, memasang nya pada dinding yang sudah ia hias sedemikian rupa setelah jam sekolah selesai.
Tahun ini merupakan tahun ajaran baru, dua tahun berlalu, ia sudah menduduki kelas paling atas, dan setahun lagi ia akan lulus dari sekolah pertama dan terakhirnya.
"Gara gara kau yang merekomendasi namaku saat pemilihan ketua dan wakil ketua baru sie desain kreativitas tahun lalu, aku tak akan terus memintamu untuk membantuku."
Blaze memasang wajah kesal setelah mengikat tali spanduk dengan kuat. Ia langsung turun dari kursi yang sedari tadi ia gunakan sebagai tumpuan.
"Itukan sudah tahun lalu, sekarang kau sudah kelas 12 sudah pasti akan berhenti dari OSIS."
Taufan kembali membuang napas pelan, kali ini ia terlihat sendu.
"Ya saat itu aku memang sengaja menerimanya, karena klub musik sudah bubar." Ujarnya dengan nada pelan.
Blaze menepuk nepuk punggung Taufan cukup kencang, membuat sang empu mengadu kesal.
"Ayolah, bubar bukan berarti berhenti. Itu hobi mu, Fan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fiksi PenggemarPulang? Taufan tak mengerti arti dari kata pulang. Ia hanyalah seorang anak yang kini tengah mencari jati dirinya, yang ia ketahui ia hanya hidup sendirian tanpa orang tua dan saudara. Namun siapa sangka ternyata ia memiliki seorang keluarga, hanya...