Mingyu bergerak dengan efisiensi yang lembut di dapur sederhana yang telah mereka siapkan di dekat pondok bambu mereka. Kilau lembut dari api memberikan sentuhan hangat pada wajahnya, menonjolkan konsentrasi dalam matanya. Angin lembut membawa aroma dari masakan yang sedang ia siapkan, membuat atmosfer di pulau itu terasa hampir suram.
Sambil bekerja, Mingyu tak bisa menahan diri untuk sesekali melemparkan pandangan pada Wonwoo yang duduk di dekatnya. Wonwoo, dengan rambut yang diterpa angin dan ekspresi berpikir, terlihat seperti seorang raja yang menyurvei kerajaannya. Mingyu tidak bisa menyangkal perubahan dalam hubungan mereka, dari seorang pengawal menjadi sesuatu yang lebih intim, namun dedikasinya untuk kesejahteraan Wonwoo tetap teguh.
Buah segar, kelapa, dan bahkan beberapa ikan yang sudah ia tangkap dengan keahlian tersedia seperti pesta yang cocok untuk makanan mereka. Mingyu selalu pandai dalam memanfaatkan sumber daya, namun sekarang upayanya membawa sentuhan perhatian tambahan.
Wonwoo mengamati Mingyu dengan senyuman halus, menghargai upaya Mingyu untuk menyediakan semua itu. Ini bukan hanya tentang makanan; ini tentang gestur, pemahaman tanpa kata bahwa Mingyu bertekad membuat Wonwoo merasa lebih dari sekadar seorang penyintas yang terdampar.
"Mingyu, sebenarnya kamu tidak perlu repot-repot seperti ini," kata Wonwoo, suaranya penuh rasa terima kasih dan sedikit amus.
Mingyu menatap Wonwoo dengan mata yang penuh kejujuran. "Ini bukan repot, Wonwoo. Merawatmu adalah hal yang selalu kulakukan, dan sekarang, lebih dari sebelumnya, rasanya tepat."
Kejujuran dalam suara Mingyu menyentuh hati Wonwoo. Ini mengingatkannya akan loyalitas tak tergoyahkan yang telah mendefinisikan hubungan mereka begitu lama. Namun, ada kelembutan baru dalam tindakan Mingyu yang berbicara banyak tentang evolusi hubungan mereka.
Saat hidangan tersaji di depan Wonwoo, berbagai warna dan tekstur hampir seperti puisi. Mingyu menyajikan setiap hidangan dengan ciri khas, seolah-olah mempresentasikan mahakarya kuliner. Wonwoo tidak bisa tidak terkesan oleh variasi dan kualitas makanan, mengingat sumber daya terbatas mereka.
Mereka duduk bersama, meja yang dibuat dari bambu menjadikan hidangan impromptu Mingyu terlihat seperti pesta. Suara ombak yang lembut memecah di pantai memberikan latar belakang yang menenangkan untuk perjamuan mereka.
"Mingyu, ini luar biasa," ujar Wonwoo ketika ia mencicipi suapan pertama.
Mingyu tersenyum, senang dengan apresiasi Wonwoo. "Aku senang kamu menyukainya. Masih banyak lagi kalau kamu mau."
Saat mereka menikmati hidangan, mata Mingyu tetap tertuju pada Wonwoo, tatapan penuh kagum dan kasih sayang. Gemerincing api menjelang malam memperlihatkan bayangan di wajah Mingyu, menyoroti kedalaman perasaannya.
Percakapan mengalir tanpa usaha di antara mereka, kombinasi kenangan bersama dan rencana masa depan yang penuh harapan. Perhatian Mingyu tidak pernah goyah; ia selalu mengantisipasi kebutuhan Wonwoo sebelum diucapkan. Ini bukan hanya tentang bertahan hidup lagi; ini tentang menciptakan kesan kehidupan normal di tengah ketidakpastian.
Wonwoo tidak bisa mengabaikan perubahan subtil dalam perilaku Mingyu. Ada janji yang tak terucapkan di udara, komitmen untuk saling mendukung terlepas dari tantangan yang mereka hadapi di pulau ini. Keakraban perawatan Mingyu bersatu dengan intimasi baru di antara mereka, menciptakan keseimbangan yang lembut
***
Perjalanan Mingyu sebagai pengawal pribadi Wonwoo dimulai sejak masa remajanya, menandai awal dari ikatan yang melampaui batas hubungan biasa antara penjaga dan yang dilindungi. Dibesarkan di sebuah kota kecil, hidup Mingyu berubah ketika ia menunjukkan kemampuan luar biasa dalam seni bela diri dan menunjukkan rasa kewaspadaan yang tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESERTER [MINWON FF]
Fanfiction⚠️ MATURED CONTENT ⚠️ Ketika sebuah kapal pesiar mewah mengalami kecelakaan mengerikan, Wonwoo, seorang anak kaya yang terbiasa dipanjakan, dan pengawalnya yang setia, Mingyu, terdampar di sebuah pulau terpencil. Terlepas dari perbedaan kelas dan ke...