part 4

2.5K 238 26
                                    

"Gue butuh Paracetamol," gumam Mack, merasakan tekanan di kepala seolah-olah dia sedang memikul beban berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue butuh Paracetamol," gumam Mack, merasakan tekanan di kepala seolah-olah dia sedang memikul beban berat. Dia merasa pusing, dan bukan karena sakit fisik.

Pandangannya meluncur ke Gael dan bayi itu. Dia merasa seperti melihat sebuah gambar yang salah saat Gael mengajak bayi itu bermain, Gael tampak lebih cocok menjadi teman sebaya bayi itu daripada menjadi ayahnya.

"Mas suami."

"Hm."

"Kenapa bengong mulu? Mas suami sakit?" Gael bertanya dengan polos, tidak menyadari bahwa dia adalah sumber kegelisahan Mack.

"Kamu yang buat saya pusing. Kamu mau ngasuh bayi ini emang bisa?" Mack mencoba menjelaskan, berharap Gael akan berubah pikiran.

Mack merasa terjepit. Menikah saja dia terpaksa, dan sekarang dia harus mengasuh bayi yang tak tahu asal usulnya. Mack merasa belum siap menjadi orang tua.

Mack hanya bisa berdoa semoga tuhan memberinya kekuatan super untuk melanjutkan hidupnya.

"Bisa, mas suami tidak tau dulu aku sering memelihara anak ayam yang warna warni itu loh," ujar Gael dengan serius, namun terlihat lucu. "Tapi baru beberapa hari udah mati," lanjutnya, membuat Mack mendesah.

"Kamu ngasuh anak ayam aja mati, gimana mau ngasuh bayi ini? Saya jadi makin ngga yakin sama kamu," Mack berbicara, hingga Gael cemberut.

"Ck, boleh ya mas suami kita asuh bayi ini. Liat, apa mas suami tega liat manusia mini ini buat di buang?" Gael mencoba merayu, berharap Mack akan luluh.

"Nggak di buang Gael, kita bawa ke panti asuhan aja. Biar dia di sana ada yang ngerawat."

"Dari pada kayak gitu mending kita cerai aja ya mas suami. Biar aku bisa ngasuh bayi ini sendiri." Mack merasa frustrasi. Cerai lagi, cerai lagi. 

"Saya nggak yakin sama kamu. Nanti yang ada bayi ini nangis kamu juga ikut nangis. Siapa yang pusing? Saya." Gael semakin cemberut mendengarnya. Mack benar-benar membuatnya kesal.

"Lagian kita ngga tau asal usul bayi ini dari mana Gael. Belum lagi kita harus urus surat-suratnya dulu." Gael menghela nafasnya pelan. Matanya tak sengaja melihat surat yang berada di samping bayi itu.

Gael mengambilnya, membukanya perlahan untuk dibaca. "Tolong asuh bayi ini. Bayi ini berusia 19 bulan--- eh bentar, 19 bulan jadi berapa tahun?" Gumamnya sambil menghitung dengan jarinya.

"Satu tahun itu 12 bulan, sisanya 7 bulan. Jadi umur bayi ini 1 tahun 7 bulan?" Tanya Gael yang diangguki oleh Mack.

"Oke, ayo kita lanjut. Susu dan pakaiannya ada di bawah bayi ini. Namanya Zoe Ananta. Saya tidak bisa mengasuhnya karena saya harus pergi dan tak bisa membawanya. Sayangi anak ini seperti anak kalian sendiri. Saya tidak akan mengambilnya lagi. Terima kasih."

Gael menatap bayi itu dengan mata berkaca-kaca. Dirinya merasa iba pada bayi kecil itu. Malang sekali nasibnya.

Gael lalu mengalihkan pandangannya pada Mack yang sedari tadi terdiam. "Mas suami, boleh ya aku asuh baby Zoe? Kasihan dia, hidup sebatang kara," lirihnya membuat Mack jadi ikut merasa iba.

The Baby BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang