"Cimol datanggg!!!" Teriak Gael dengan semangat, memasuki rumah sambil membawa plastik berisi cimol. Dia acuh tak acuh terhadap Mack dan Vanya yang sedang duduk santai di ruang tamu.
"Es batu Lo udah luntur, Gael," ujar Mark, membuat Gael tampak cemberut. Dia meletakkan belanjaannya di atas meja dan buru-buru pergi untuk mengganti es batunya.
Mark memang sengaja mengunjungi rumah Mack, hanya untuk sedikit mengusik bosnya yang terkenal sebagai workaholic.
"Ini, baby Zoe, cimol yang ngga pedes. Yang pedes buat Bubu sama uncle oke?" Mark memberikan satu tusuk cimol kepada baby Zoe dengan suara bersemangat.
"Bubu... Ayo ain.." ajak baby Zoe pada Gael yang baru saja kembali sambil mengemil es batunya.
"Sebentar, kita makan cimol dulu, baru main lagi," jawab Gael yang disetujui oleh baby Zoe. Bayi itu dengan serius memakan cimol yang diberikan oleh Mark.
Sementara itu, Mack tampak tidak bisa fokus bekerja. Bukan karena terganggu oleh kehadiran mereka bertiga, tetapi lebih karena Mark yang tampak sangat akrab dengan istri dan anaknya.
"Eh Mack, Lo ngetik apaan?" tanya Vanya, menghentikan tangan Mack yang tampak asal mengetik di keyboard.
Mack yang tadinya menatap istri dan anaknya dengan intens, terkejut melihat apa yang telah dia lakukan.
"Oh, maaf, hari ini gue kurang fokus," ucap Mack yang diangguki oleh Vanya. Tanpa meminta izin dari Mack, Vanya mulai memijat tengkuk Mack.
"Jangan terlalu di paksain Mack. Makanya, nyari istri yang bener, biar bisa rawat Lo." Mack yang mendengar itu merasa kesal, dia menjauhkan tangan Vanya yang berada di tengkuknya.
"Kita bahas pekerjaan aja. Lo ngga usah ikut campur urusan rumah tangga gue," balas Mack dengan nada datarnya.
"Mack, Lo suka sama Gael?" tanya Vanya, membuat Mack menoleh. Dia bisa melihat tatapan penuh harap dari wanita itu.
"Kenapa?"
"Kayaknya dia bukan tipe lo, Mack. Dia kayak anak kecil, manja. Pasti ngerepotin banget kan."
"Jangan ngomongin dia."
Tiba-tiba, Vanya memegang lengan Mack, membuat pria itu mengerutkan dahinya dalam kebingungan. "Kalo Lo ngga bahagia, gue ada buat lo, Mack."
Mack menatap tangan Vanya yang masih memegang lengannya, lalu dengan lembut dia melepaskan pegangan itu. "Gue ngga pernah bilang kalo gue ngga bahagia. Gue Nerima perjodohan ini karena keinginan gue sendiri, jadi gue tau konsekuensinya," ujar Mack dengan tegas.
"Gue tau maksud lo, Vanya, tapi masih banyak cowok yang lebih baik dari gue, dan lo bisa dapetin salah satunya."
Vanya memandang Mack dengan tatapan sedih. Matanya berkaca-kaca, tampaknya dia merasa sakit hati. "Apa ngga ada sedikit kesempatan buat gue, Mack?" bisik Vanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Bond
FanfictionTentang dua orang yang dijodohkan oleh keluarga mereka, meskipun mereka belum merasakan cinta satu sama lain. Namun, segalanya berubah ketika mereka menemukan seorang bayi yang tak terduga. Bayi tersebut menjadi penghubung antara mereka berdua dan s...