Semua orang menyaksikan tubuh Hermione Granger berguling dalam rangkuhan tangan kekar Albus Potter. Keduanya berahkir dilapangan dalam keadaan Hermione yang masih memejamkan mata ketakutan sementara Albus menghela nafas legah sembari menatap langit.
Para murid mulai turun. Madam Hooch segera mengembalikan bludger dan snitch yang dibawa turun oleh Draco.
Pemuda platina tersebut segera mendekat, agak khawatir tanpa alasan. Dia menyibak kerumunan, melihat Granger yang kini sedang ditenangkan oleh Weasley dan seorang Gryffindor berambut hitam.
"Miss Weasley, Miss Raffles. Tolong antar Miss Granger ke hospital wings untuk mendapatkan ramuan penenang." Madam Hooch datang memberi perintah dengan nada cemas. Wanita yang juga merangkap sebagai wasit Quidditch itu kemudian beralih pada Albus.
"Mr. Potter..."
"Saya baik-baik saja, Madam," kata Albus, cepat. Dia segera bangkit berdiri. Pergi mengambil sapunya yang patah. Menghembuskan nafas berat, dia akan mengirim surat pada ayahnya untuk dibelikan sapu baru.
"Hei, Mate. Kau baik-baik saja?" tanya Aron. Albus mengangguk dan berdehem singkat sebagai jawaban. Mereka lalu menatap Rose dan Anne yang menjauh, membawa Hermione Granger menuju Hospital Wings.
"Kupikir kau tidak perduli," kata Aron menyinggung.
"Ya. Bukan berarti aku akan membiarkannya celaka."
Aron hanya mengangguk saja.
"50 point untuk Slytherin! Sekarang semuanya bisa kembali ke dalam kastil!"
Teriakan dan intruksi dari Madam Hooch membuat semua murid dilapangan segera bergerak menuju kastil, tidak terkecuali Albus dan Aron.
Kecuali Draco yang masih berdiam diri seolah tidak mendengar teriakan Madam Hooch sebelumnya.
Draco tidak tau dan tidak menyadari, sejak kapan dia mulai merasa begitu khawatir pada Granger, apalagi saat melihat gadis itu terluka atau dalam bahaya.
Terahkir kali mungkin, saat tragedi hari itu.
__
"Uhh...ada apa ini?"
Poppy Pomfrey berjalan mendekati ranjang tempat Hermione duduk. Rose dan Anne mundur saat marton Hospital Wings tersebut maju memeriksa Hermione.
"Saya baik-baik saja, Poppy. Hanya sedikit panik. Bolehkah saya meminta ramuan penenang saja?" kata Hermione. Nafasnya masih berat dan wajahnya masih gelisah.
Madam Pomfrey mengerutkan hidungnya, sedikit tidak suka. Dia memaksa untuk memeriksa tubuh Hermione sejenak sebelum menyetujui permintaannya.
Hermione bernafas legah setelah meneguk sebotol ramuan penenang. Perasaannya kian membaik. Rose dan Anne mendekat setelah Madam Pomfrey meninggalkan mereka untuk menangai seorang murid yang sedang bermasalah dengan bisul.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Rose. Hermione tersenyum sebagai jawaban. Rose dan Anne ahkirnya menghela nafas legah.
"Aku meneriakimu berulang kali. Kupikir kau...err...kerasukan? Itu sebabnya tidak mendengar," kata Anne.
Hermione meringis merasa menyesal. "Aku terlalu fokus pada Rose yang sedang mengincar snitch. Maaf."
Anne menggeleng maklum. "Tidak apa-apa."
Rose mengembuskan nafas berat. "Aku tidak mendaptkannya, maaf," kata Rose sedih.
"Hei, tidak apa-apa. Kita bisa dapat point di kelas lain," kata Hermione menghibur. Rose mengangguk dengan senyum tipis.
"Ayolah, kenapa jadi saling lempar maaf begini. Suananya jadi suram," seru Anne. Gadis itu tersenyum aneh membuat tawa Hermione dan Rose pecah.
Ketiga gadis itu tertawa lepas hingga mendapatkan teguran dari Madam Pomfrey.
Tanpa mereka sadari, seseroang memperhatikan dari ambang pintu. Melihat gadis itu kini tersenyum dan tertawa lepas seakan rasa sakitnya telah hilang, membuatnya kini bisa bernafas legah.
___
To Hermione
Bagaimana harimu di Hogwarts? Kuharap rasa nyamannya masih sama bagimu. Sudah bertahun-tahun bukan? Apa kau melihat penghargaan yang sekolah berikan pada kita? Ron sangat bangga saat kepala sekolah memberi tau kami pertama kali, kau pasti bisa membayangkan wajah bangganya. Dia tidak bisa berhenti melewati lemari penghargaan untuk melihatnya.
Ron sedang tugas ke Irlandia, dia mengirim salam untukmu. Katanya, apa kau bisa mengawasi laki-laki yang mendekati Rose, atau awasi Hugo dan beri tau jika dia menyukai seorang gadis.
Ginny akan mengirimkan surat terpisah untukmu. Ngomong-ngomong, apa kau sudah ketemu Neville. Dia profesor di Hogwarts sekarang.
Ps: nama mantaranya Exitium
Itu sihir asing. Kementrian masih belum bisa menerangkan apapun.Dari Harry Potter,
sahabat terbaikmu_
Hermione melipat surat tersebut setelah selesai membacanya. Dia kini sedang duduk di sofa depan perapian. Sudah tengah malam dan hanya dirinya yang tinggal di ruang rekreasi seorang diri.
Api membakar kayu, melahapnya hingga menjadi bara. Hermione membuka kembali surat ditangannya, fokus pada kalimat terahkir tentang mantra yang menyebabkan kondisinya sekarang.
Itu mantra yang asing, Hermione belum pernah mendengarnya. Dia juga tidak tau siapa yang melemparkan mantra itu dan bagaimana bisa Draco Malfoy ikut terseret.
Tidak ada yang tau siapa pelahap maut yang menyerang Hermione saat itu. Hermione tidak tau karena orang itu mengenakan topeng.
Oke, membuatnya semakin pusing. Hermione merasa dia tidak bisa menangani hal ini sendirian. Harry dan Ron, orang yang selalu bersamanya sekarang sudah tidak berada di hogwarts lagi.
Dia tidak mungkin minta bantuan pada Malfoy, kan.
Hermione menipiskan bibirnya skeptis. Dia kembali menatap catatan di surat Harry. Malfoy adalah murid yang unggul tepat dibawah Hermione, pemuda itu berada tepat satu anak tangga di bawahnya dalam hal peringkat. Secara garis besarnya, Malfoy agak lebih cerdas ketimbang Harry atau Ron, meski Hermione sulit mengakuinya. Dengan Malfoy, mereka mungkin bisa mendapatkan jawaban dan penyelesaian dengan lebih cepat.
Karena Malfoy juga terlibat dan ikut menjadi "korban" sama sepertinya, Hermione tidak ragu jika pemuda itu akan menerimanya.
Malfoy pasti juga ingin tau penyebab dari hal aneh yang terjadi pada mereka. Hermione akan menemuinya besok.
To Be Continued
A/n
Ini note baru ya guys. Aku ada rencana nambah chapter dan memperpanjang sedikit alur cerita future ini. Kemungkinan besar, chapter selanjutnya adalah chapter baru.
Tolong ditunggu update an selanjutnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
ғᴜᴛᴜʀᴇ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ
FanfictionHermione dan Draco terkena mantra misterius saat perang membuat keduanya pingsan dan harus dirawat di St.mungo. Namun ketika keduanya kembali sadar, mereka melihat keanehan pada diri orang-orang disekitar mereka. _ "Harry? apa itu kau?" _ "Jangan be...