Code Blue! Code Blue!

73 11 2
                                    

“Jika berjalan sendirian, dunia ini terasa begitu sepi dan aku harus lebih waspada dengan setiap orang di sekitarku.” Kim Seungcheol

*****

Seungcheol mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit. Selama perjalanan, pikirannya kosong. Tubuhnya seperti sedang mengaktifkan mode auto pilot, hingga dia tersadar setelah berada di parkiran rumah sakit.

“Untung gue selamat,” gumamnya pada diri sendiri. sambil menggelengkan kepala
Seungkwan yang sejak tadi mengikuti sang Kakak, juga mengungkapkan hal yang sama. Hatinya semakin sedih saat melihat raut wajah Seungcheol. “Maaf, Hyung. Gue malah bikin hidup keluarga kita makin sedih,” ungkapnya.

Seungcheol keluar dari mobilnya, dia menarik nafas panjang saat menatap bangunan besar di hadapannya. Tangannya masih menggenggam pintu mobil, baginya berat sekali untuk menjejakkan kaki di tempat itu. Walaupun dia sangat rindu pada sang Adik. Lagi-lagi Seungcheol kembali termenung.
Angin bertiup kencang secara tiba-tiba, daun berguguran hingga salah satunya jatuh tepat di punggung tangan Seungcheol. Seketika Seungcheol menatap ranting pohon yang berada di atasnya.

“Hidup kejam yah. Bunga yang paling indah pun suatu saat akan jatuh juga.” Seungcheol berbicara dengan pelan.

Seungkwan yang sejak tadi berdiri di samping Kakaknya, ikut merasakan kesedihan itu. Diusapnya air mata yang beberapa kali meluncur begitu saja. HIngga akhirnya dia memilih untuk mengalihkan pandangannya.
“Eh? Imo?” Seungkwan menatap sosok yang tak asing baginya. Alisnya terangkat, kerutan di dahinya cukup untuk menunjukkan rasa tidak sukanya.

Seolah tertarik dengan energi Seungkwan Seungcheol juga menoleh ke arah yang sama.
“Aunty Jess? Untuk apa dia datang?” tanya Seungcheol.

Seungcheol terus memperhatikan sosok Jessica yang sedang berjalan menuju sebuah mobil sedan berwarna hitam. Sayangnya, karena melihat dari samping Seungcheol tak bisa melihat plat nomornya. Saat Jessica membuka pintu mobil, sekilas Seungcheol bisa melihat seorang wanita yang duduk di kursi pengemudi.

Keningnya berkerut dan tangannya mengepal, “Ah, cepet banget! Gue nggak bisa lihat dia sama siapa,” keluh Seungcheol sambil memukul bagian atas mobilnya.

“Seungcheol?” panggil suara lembut dari arah belakang.
Ketika menoleh, Seungcheol langsung terkejut. “Ibu? Darimana?” tanya Seungcheol panik sambil memeriksa keadaan ibunya.

“Tadi keluar sebentar, nemenin Ayah ketemu klien pentingnya,” sahut Minyoung dengan senyum manisnya.
Jantung Seungcheol langsung berdegup kencang. “Kalian perginya lama?” tanya Seungcheol lagi.
Minyoung mengangguk, “Sekitar satu jam, Dear. Kenapa?”
Di saat yang bersamaan, Seungkwan merasakan dadanya terasa sakit dan kesulitan bernapas.
Seungkwan terjatuh sambil memegang dadanya, dia hanya mampu melihat Seungcheol yang berlari cepat menuju ke dalam gedung rumah sakit.

Seungcheol yang tiba-tiba saja berlari membuat sang Ibu ikut berjalan cepat di belakangnya. Seungkwan kembali meneteskan air mata, “Apa ini saatnya gue pergi?” gumamnya.

“Seungkwan!” pekik Jeonghan, yang baru saja keluar dari sebuah mobil city car berwarna putih. “Kenapa lo jadi transparan gini?” paniknya.

Seungkwan menggeleng dengan wajah yang sudah berlinang air mata, “Rasanya sesak,” jawabnya tersenggal-senggal.

“Kayaknya tubuh dia lagi dalam bahaya,” sahut Joshua yang baru saja datang.

Seungkwan mengalihkan pandangannya pada Joshua, bibirnya semakin melengkung ke bawah. Kembali di tatapnya Jeonghan dengan mata yang penuh harap.
“Tolong selamatkan tubuh gue, Kak. Gue belum mau pergi,” ucap Seungkwan terbata-bata.

Leader : Light In The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang