Seungcheol rasanya baru saja memejamkan mata, namun terbangun karena ketukan keras di kaca samping tempat duduknya. Lelaki itu mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya menoleh dan mendapati dua lelaki berada di samping mobilnya dengan wajah yang sangat serius.
Seungcheol membuka pintu mobilnya dan merenggangkan badan. “Ngapain pagi-pagi di kampus?” tanya Seungcheol dengan wajah mengantuknya. Dia melihat jam tangannya dan benar baru jam 08.15 saat ini.
“Lo yang bener aja Hyung!” omel Seokmin dengan kedua tangan terlipat di dada. Lelaki humoris itu terlihat sangat menyeramkan saat ini.
Mendengar ucapan sang Adik, Seungcheol hanya menaikkan sebelah alisnya.
“Handphone lu mati?” tanya Woozi dengan wajah yang sama menyeramkannya.
Seungcheol mengangguk dengan ekspresi datarnya.
“Kenapa?”
“Gue matiin,” jawab Seungcheol ringan.
Plak!
Woozi memukul kepala belakang Seungcheol dengan sekuat tenaga.
“Aw!” pekik Seungcheol terkejut.
“Lo gak kasian sama ibu dan adik lo ini?” cecar woozi sambil menunjuk Seokmin.
Seungcheol lagi-lagi hanya menaikkan sebelah alisnya karena tak paham dengan apa yang sedang terjadi.
“Ah.” sahut seungcheol sesaat kemudian. Dia baru sadar, mungkin kepergiannya membuat sang Ibu panik.
Kepergiannya ke Daegu membuat dia sangat kalut. Seungcheol sempat terdiam di rest area untuk menenangkan diri sebelum akhirnya pergi ke kampus dan tertidur di parkiran.
“Ibu lo telepon gue pagi-pagi. Panik banget dia, soalnya lu gak ada di rumah dan kamar lo acak-acakan,” jelas Seokmin dengan ekspresi yang berubah menjadi sedih.
“Dan manusia satu ini keliling nyariin lo,” lanjut Woozi masih dengan wajah kesalnya.
Seungcheol menoleh ke samping, menatap Seokmin yang kini terlihat begitu khawatir. Dia langsung memiting kepala sang Adik dan mengucapkan kalimat maaf berkali-kali.
“Lo sendirian? Ayah?” tanya seungcheol pada Seokmin, setelah memperhatikan hanya ada dua orang disana.
“I-iya, Mingyu kecapean abis latihan,” sahut Seokmin dengan senyum kikuknya. “Ayah lo nggak sadar lo pergi, imo bilang dia ada meeting dadakan di luar kota dan gak pulang.”
“Gue lupa lagi,” ujar Seungcheol merasa bersalah pada sang Ibu. Dia merasa sangat egois saat ini.
“Lo dihukum lagi?” tanya Woozi penuh selidik.
Seungcheol langsung menoleh dan menggeleng, “Aniyo!”
Bruk!
“Aduh! gila lo?” umpat Seungcheol saat Woozi tiba-tiba menendang betis bagian belakangnya. Memang sudah tak sesakit kemarin tapi jika ditendang tentu saja masih perih.
“Sok kuat lo!” umpat Woozi tanpa rasa kasihan. Sementara Seokmin meringis dan merasa kasihan pada kakak sepupunya itu.
Seokmin terlihat sedikit berbicara sejak pagi ini, hingga dia tak sadar jika sejak tadi Woozi sudah memperhatikan ekspresinya dengan seksama.
“Emang anak basket ada turnamen? Bukannya kalau menjelang libur jarang ada acara ya?” tanya Seungcheol mengalihkan topik pembicaraan.
“Persiapan buat tahun depan kali, kan tahun ini rekor mereka kurang bagus,” jawab woozi mendahului Seokmin. “ Dah lah. Makan yuk, laper gue,” ajak Woozi sambil menyembunyikan kedua tanganya di saku jaket.
“Laper? sepagi ini?” tanya Seungcheol bingung.
“Gue abis begadang, Buat acara kampus. Seokmin abis keliling nyari anjing kaya lo. Jelas kita butuh asupan energi. Tapi buat lo, mau ikut ayo, gak juga terserah.” jawab Woozi sambil menarik Seokmin pergi.
“Eh, iya tunggu.”
Seungcheol akhirnya mengikuti kedua orang itu dengan kaki yang sedikit diseret karena kembali terasa sakit. Woozi dan Seokmin memang sengaja tak membahas apa yang terjadi pada Seungcheol semalam. Mereka yakin apa yang terjadi semalam sepertinya cukup sulit untuk diterima Seungcheol. Karena baru kali ini Seungcheol menghilang tanpa mengabari siapapun.
Sepagi ini memang belum ada pedagang makanan yang buka di sekitar kampus mereka, tiga pemuda itu berakhir sarapan seadanya di minimarket 24 jam yang tak jauh dari gerbang belakang.
“Gue bohong sama Imo.” Seokmin membuka obrolan. “Hyung belum nyalain handphone kan?”
Seungcheol yang sedang menyeruput mie langsung menoleh, “Bohong apaan?” tanya Seungcheol setelah menelan mie di mulutnya.
“Gue bilang lo nginep di kampus bareng Woozi Hyung buat nyiapin opening ceremony pesta olahraga,” jelasnya.
“Terus beliau nanya apa lagi?” tanya Woozi penasaran.
“Beliau nanya Seungcheol Hyung pergi pake apa? Ko mobilnya ada di rumah?” jawab Seokmin masih dengan ekspresi bersalahnya. Anak sepolos itu harus berbohong untuk melindungi Seungcheol.
“Gue bilang Woozi Hyung jemput semalam. Seungcheol Hyung keluar lewat jendela soalnya dia lagi dihukum sama Siwon Samchon.”
Seungcheol mengangguk-angguk lalu menaikkan jempol kanannya ke hadapan Seokmin.
“Ibu lo percaya?” tanya Woozi sarkas.
Seungcheol mengangguk, “Mereka tidak pernah mengkomunikasikan apa hukuman yang Ayah berikan untuk anak-anaknya.” Seungcheol terdiam seketika. “Sebenernya komunikasi mereka lebih sering satu arah. Apa yang Kim Siwon bilang itu akan jadi hukum di rumah gue.”
“Waah.” Woozi terdengar sangat kaget dengan pernyataan itu.
“Kenapa?” tanya Seokmin ragu-ragu.
“Kalau eomma gue kaya gitu, kayaknya gue akan punya bapak satu seumur hidup. hahahaha.” tawanya pecah seolah baru saja menceritakan sebuah hal yang lucu.
Seungcheol dan Seokmin pun ikut terkekeh pelan. Masing-masing dari mereka memang punya dark jokes yang hanya mereka yang tahu.
“Lo nggak akan cerita kenapa lo pergi ke Daegu tengah malem?” tanya Woozi kembali membuka obrolan. Dia ingin membiarkan Seungcheol bicara sendiri, tapi ternyata dia sangat penasaran.
Hening, hanya ada suara dari tutup kaleng minuman soda yang dibuka Woozi.
Seungcheol terdiam, menimbang apakah dia harus bercerita atau tidak.
“Lo tau dari mana gue ke Daegu?” tanya Seungcheol yang baru sadar dan penasaran. Seingatnya dia tak bercerita pada siapapun tentang kepergiannya ke Daegu semalam.
Woozi membuka handphonenya lalu menunjukkan sebuah aplikasi notepad.
“Hah?” Seungcheol yang agak gaptek tak paham dengan apa yang ditunjukkan sahabatnya itu.
“Buka handphone lu deh, Hyung. Pasti ada,” titah Seokmin sambil senyum-senyum.
Kedua alis tebal Seungcheol mendekat, menandakan sang pemilik sedang bingung. Karena penasaran, Seungcheol menuruti perkataan Seokmin.
“Eh? lo ko ada dua?” gumam Seungcheol terkejut. Dia membuka aplikasi notepad yang iconnya sama dengan milik Woozi. “Apa ini? Lo mata-matain gue?” Seungcheol tersentak kaget setelah tahu bahwa aplikasi itu bukan untuk menulis note, tapi sebuah aplikasi untuk melacak keberadaannya. Dia layar itu juga terlihat posisi woozi dengan gambar ava instagramnya. “Lo yang pasang ini?”
Woozi mengangkat bahunya, “Enggak lah, gue juga gaptek kan? Gue juga baru tau kalau ada aplikasi itu dari Seokmin.”
Seungcheol seketika menoleh pada Seokmin dengan wajah galaknya.
“Bukan! Aku juga gak ngerti ada aplikasi kaya gitu,” jawab Seokmin ketakutan.
“Terus yang pasang aplikasi ini di handphone gue siapa?”tanya Seungcheol tak sabaran.
“Jun!” Woozi dan Seokmin menjawab bersamaan.
“What? Ngapain?” bola mata Seungcheol membulat seketika. Dia tak menyangka yang melakukan hal konyol itu adalah Jun.
“Tadi pagi, gue ke rumah Jun Gege, terus dia malah nyuruh gue ketemu Woozi dan cek aplikasi notepadnya. Gue pikir Lo ninggalin catatan khusus disana.” Seokmin menjelaskan sambil senyum-senyum menahan tawa.
“Biar apa coba?” tanya Seungcheol masih kesal. Dia berusaha menghapus aplikasi itu, namun saat akan dihapus aplikasi itu justru meminta kode. “Ko nggak bisa dihapus?” omel Seungcheol.
“Nggak bisa memang, itu aplikasi buatan Jun. Sengaja memang.” Woozi terlihat sudah pasrah.
“Hahahaha,” tawa Seokmin pecah tak tertahan melihat dua lelaki paling galak di kampusnya meradang karena sebuah aplikasi konyol. “Yah positifnya kalau kalian mau berantem gak usah nanya lagi dimana kan? hahaha.”
“Ck, Jun Jun,” gumam Seungcheol menahan kesal. “Wajah polosnya memang cuman kamuflase, aslinya dia jago banget bikin orang emosi.”
“Setuju, dia kayaknya muncul dari planet lain.” Woozi menggeleng-gelengkan kepala.
Hening sesaat, ketiga lelaki itu sibuk menyantap makanan mereka sampai semuanya habis. Seokmin pergi ke dalam minimarket dan datang membawa dua cangkir kopi hangat, Seungcheol mengambil salah satunya.
“Gue semalem ngikutin Ayah,” ujar Seungcheol membuka obrolan.
“Ke Daegu? Ke rumah orang tua nya?” tanya Woozi penasaran.
Seungcheol menggelengkan kepala. “Awalnya gue denger mereka janjian di bar eksklusif deket Jumyeon hotel. Tapi, waktu gue ikutin ternyata dia justru ke tempat makan sederhana di deket area perkebunan gitu, di belakang area baseball.” Seungcheol bercerita sambil sibuk mengaduk-ngaduk kopi panas yang baru dibawakan Seokmin.
“Loh? jauhan banget jaraknya. Ya walaupun sama-sama daerah Daegu sih,” sahut Seokmin clueless.
“Apa ada hal penting yang terjadi sampai mereka mengubah tempat ketemu?” tanya Woozi penuh selidik.
Seungcheol mengangguk, “Mereka terus ngomongin seorang anak yang jenius tapi psikopat. Kayaknya, Ayah khawatir banget sama keselamatan keluarga gue. Lebih tepatnya keselamatan dia sendiri sih.” jelasnya disambung kekehan pahit yang terasa menyesakkan. “Disatu sisi dia juga curiga kalau kecelakaan Seungkwan sama Seunghee itu ulah anak itu,” lanjutnya.
Hanya helaan nafas berat yang terdengar dari tiga lelaki itu. Berita ini tentu saja bukan info yang mereka harapkan.
“Mereka cuman ngomongin orang pake istilah anak itu? nggak nyebutin namanya?” tanya Seokmin curiga.
Seungcheol mengangguk. Sejauh ini tak ada nama yang mereka sebutkan.
“Beberapa hari lalu, Wonwoo juga bilang kalau dia curiga Ayah lo terlibat. Dia bilang ada usaha keras dari Ayah lo supaya kasus ini menghilang dari pemberitaan media dan hukum. Bahkan pelakunya gak bisa ditelusuri,” ungkap Woozi dengan hati-hati.
Seokmin langsung menoleh ke kiri, menatap Woozi dengan wajah khawatir. Seokmin tak pernah punya pikiran buruk pada Siwon, apalagi sampai sejauh ini.
“Memang, saat ini kecurigaan gue juga kaya gitu. Gue juga denger Ayah nyebut-nyebut nama Haneul. Tapi dia gak pernah nyebut nama anak itu,” jelas Seungcheol lagi.
“Kalau ternyata kita pernah ketemu anak itu tanpa kita sadar gimana?” Seokmin terdengar sedikit panik.
Seungcheol mengangguk, “Gue bahkan curiga kalau kita pernah ketemu, Seok.”
“Alasannya?” tanya Seokmin sambil memicingkan sebelah matanya.
Woozi terdiam dan menatap Seungcheol penuh perhatian, dia juga ikut berdebar mendengar berita ini. Dia merasa keadaan lebih berbahaya dari sebelumnya.
“Soalnya dia milih si kembar yang jadi sasaran. Lagi pula, dari banyaknya kemungkinan terlalu kebetulan kalau Seungkwan kecelakaan saat sama Seunghee.” Seungcheol menunda penjelasannya dan meneguk kopinya.
“Maksud lo dia udah merhatiin Seungkwan?” tanya Woozi lagi.
Seungcheol menjentikkan jarinya lalu menunjuk Woozi. “Tepat!”
“Ko lo mikir gitu?” tanya Seokmin masih tak mengerti.
“Seungkwan bukan anak yang suka kemana-mana sendirian. Dia latihan basket sama Mingyu dan joshua, dia sering nebeng pulang sama Joshua. Dia jarang bawa mobil kalau jadwalnya bareng sama Seokmin. Meskipun gue lebih sering bareng Seokmin tapi kalau gue sibuk ya dia juga sering bareng seokmin kan?”
Seokmin mengangguk setuju. “Justru dia lebih jarang pergi sama Seunghee,” timpal Seokmin dengan suara yang pelan.
“Binggo!”
“Wait, jadi menurut lo. Anak itu udah pernah ketemu kalian dan merhatiin kalian dari dekat? Bahkan asumsi lo dia tau kapan waktunya Seungkwan sendirian?” Woozi mengambil kesimpulan yang terdengar menakutkan.
“Tepat!’ Seungcheol menunjuk Woozi dengan telunjuknya. “Tapi berita buruknya, Ayah gue bahkan mewanti-wanti Mr. Kim biar anak itu gak keluar dari Daegu.”
“Kalau gitu-” ucapan Seokmin terhenti. matanya tak fokus seolah sedang memikirkan sesuatu.
“Kenapa?” tanya Woozi gak sabaran.
“Ada dua kemungkinan Hyung. Satu, dia memang pernah ketemu kita dan merencanakan kecelakaan itu. Kedua, Dia nggak pernah ketemu kita tapi dia punya komplotan. Orang lain yang ada di sekitar kita.” Seokmin merinding sendiri dengan ucapannya.
“Aish! Kenapa jadi kaya film thriller gini sih?” umpat Woozi dengan kesal. "Kalau kenyataan kaya gini, lo mau flight atau fight?" sambungnya.
"Bener, Hyung. Lo harus punya keputusan." Seokmin setuju dengan ucapan Woozi.
Tanpa banyak berpikir Seungcheol menjawab "Fight, dengan sikap Kim Siwon yang kaya gini. Gue merasa dia ngajak gue perang secara gak langsung." Seungcheol terlihat marah dari perubahan ekspresi wajahnya. “So, selain cari tahu dia siapa, komplotannya siapa, bukannya akan lebih mudah jika kita tahu kenapa dia ngelakuin ini?” sambungnya berbicara dengan pelan. Suaranya sedikit bergetar seolah dia menaruh iba pada anak itu.
“Gue yakin ada hubungannya dengan masa lalu Siwon Samchon dan Orang bernama Haneul itu,” ujar Seokmin berapi-api.
“Kayaknya Anak itu hasil hubungan gelap mereka,” tuduh Woozi sangat yakin.
Deg! jantung Seungcheol berdegup lebih kencang. Meskipun dia sudah mempersiapkan diri, tetap saja fakta ini membuatnya tak nyaman.
“Kita harus cari tau dulu dimana wanita bernama Haneul itu sekarang, gue yakin kita punya petunjuk siapa anak itu.”****
Halo Readers-nim. Jumat berkah nih aku update panjang hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader : Light In The Shadow
Mistero / ThrillerSeungcheol menjadi calon pewaris utama Kim Company, setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa Kakaknya. Namun, kesedihannya belum usai. Setahun kemudian adik kembarnya yang mengalami kecelakaan serupa, hingga salah satunya meninggal dunia. Pen...