Bukan Film Action

71 9 0
                                    

“Menonton film action sangat menyenangkan tapi, jika terjadi di kehidupan nyata itu melelahkan!” - Jeonghan

******

Woozi dan Joshua keluar dari ruang pengawas. Sudut rumah sakit tempat mereka berada saat ini tentu saja sepi. Joshua memperhatikan sekitarnya, lelaki itu tersenyum saat melihat ruang penyimpanan peralatan kebersihan ternyata berada di samping mereka.

“Kalau kita bikin rusuh di dalem ruangan aman kan?” tanya Joshua dengan senyum jahilnya.
“Maksud lo?” Woozi mengernyitkan dahi, mulai curiga dengan ide Joshua yang selalu diluar prediksinya.

Joshua langsung mencopot label ruang pengawas yang ada di pintu dan menukarnya dengan ruang penyimpanan peralatan kebersihan. Senyumnya mengembang.

“Yakin ini bakal berhasil? Mereka juga udah tau kali,” ujar Woozi menyangsikan tindakan temannya itu. “Ini bukan film action Josh!” sambungnya.

“Kalau nggak dicoba mana lah kita tau,” sahutnya menirukan nada bicara Upin-Ipin. Senyumnya kembali mengembang.

Woozi hanya menaikkan bahu sebagai respon.

Musuh semakin dekat, tapi Woozi masih tak yakin dengan truik sederhana Joshua. Dia masih berdiri di lorong itu. Sementara Joshua sudah bersiap untuk masuk ke ruang penyimpanan.

“Lo masuk duluan, gue bakal nunggu mereka disini,” titah Woozi.
“Ck, ayolah ji,” keluh Joshua kecewa.
“Ini cuman antisipasi, barangkali rencana kita nggak berhasil.” Woozi terlihat sangat yakin dengan keputusannya.
“Terserahlah,” gumam Joshua dengan kesal. Dia lalu masuk ke ruang penyimpanan.

Joshua tersenyum lebar, “Yes!” pekiknya kegirangan. Rasa bahagianya membuat Joshua seperti menemukan harta karun. Otaknya langsung berputar cepat dan menemukan trik jitu untuk melumpuhkan lawannya.

Sementara itu, Woozi menunggu di balik sebuah X banner yang berada di sudut ruangan dekat tangga. Untunglah dia tak begitu tinggi dan besar sehingga banner itu cukup untuk menutupi tubuhnya. Woozi mengintip dari celah-celah, dia menunggu dengan sabar dan tanpa pergerakan yang mencurigakan.

Satu persatu pria berpakaian serba hitam mulai berdatangan. Dari ruang pengawas, Jeonghan memperhatikan dengan perasaan yang sangat tegang.
“Cepet, cepet, cepet,” gumamnya tak sabaran, saat melihat waktu transfer data.

Begitu pula dengan Woozi, jantungnya berdegup sangat cepat. Adrenalinnya mulai terpicu dan perlahan meningkat.
“Gue paham kenapa Jeonghan gak suka film action,” ucapnya dalam hati.
Untuk mengalihkan rasa gugupnya, Woozi mencoba kembali fokus pada musuhnya.

Seorang yang berjalan paling depan terlihat berhenti sejenak. Dia termenung melihat tulisan Ruang pengawas yang berpindah.
Pria itu menyadari ada yang salah disini, hal ini berbeda dari yang dia ingat saat mengawasi ruangan ini siang tadi.

“Kenapa sih? Cepet masuk kesini!” ujar seorang pria bersuara berat yang ada di belakangnya, sambil menunjuk ruang penyimpanan.

“Tunggu!” ujarnya mencegah pria kedua untuk membuka pintu. “Sepertinya ada yang aneh.”

“Damn!” Woozi mengumpat sangat pelan, dia khawatir rencana tak matang Joshua gagal begitu saja. Otaknya mulai berpikir keras, “Gimana cara gue ngalahin mereka semua sendirian?”

“Apalagi?” geram pria nomor dua. Lelaki itu nampak tak suka dengan pria nomor satu yang sepertinya pimpinan mereka.

“Gue yakin, urutan ruangan bukan kaya gini. Harusnya ini ruang pengawas,” jelasnya dengan tegas. Dia pun menunjuk ruang pengawas yang sebenarnya. 

Woozi mengepalkan tinjunya,”Tuh kan bener! Ini bukan film action, Josh!” omelnya dalam hati.

“Ini trik mereka?” lelaki yang berjalan paling belakang mengeluarkan suara. Dia terdengar khawatir namun juga menyepelekan.

Leader : Light In The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang