Kamuflase

41 4 0
                                    

“Gue paham kenapa Bunglon punya kemampuan mimikri. Selain Tuhan lagi pamer tentang betapa maha penciptanya Dia. Juga untuk mengajarkan bahwa, pada beberapa situasi kita memang tak boleh memperlihatkan diri kita yang sebenarnya.” - Kim Seungcheol-

*****
Dua hari setelah kejadian di rumah sakit, Seungcheol justru terlihat pergi ke kampus seperti biasa. Bahkan, dia melanjutkan program kampus yang sempat tertunda.

Seperti pagi ini, Seungcheol sedang berada di bawah pohon besar beserta beberapa ketua divisi untuk membahas hal-hal teknis persiapan. Mereka duduk melingkar dan menyimak setiap pembahasan dengan serius.

Sementara itu, ketiga anggota timnya memperhatikan sang ketua dengan penuh kebingungan.
“Lo yakin Seungcheol baik-baik aja?” tanya Joshua pada Woozi.
Woozi mengangguk tanpa mau mengalihkan pandangannya dari layar Tab miliknya.
“Seriusan?” tanya Joshua lagi.
“Khawatir banget sih?” tanya Woozi dengan alis yang naik sebelah.
“Ya soalnya aneh aja. Gue rasa fasilitas kampus kita cukup buat ngasih mereka ruangan rapat. Kenapa mesti rapat di taman tengah?” keluh Jeonghan menimpali.
Joshua mengangguk setuju.

Dari banyaknya gedung di kampus mereka. Seungcheol memilih untuk rapat di lingkungan Fakultas Teknik. Gedung itu berbentuk seperti donat raksasa karena, tengahnya ada taman besar yang dihiasi sebuah pohon rindang yang sangat besar. Saking besar dan teduhnya, para mahasiswa menyebutnya pohon surga.

Woozi memperhatikan sekitarnya, dia sedang berada di lantai dasar tepatnya di area kantin. Tempat duduk mereka berada di area outdoor tepat di seberang Pohon Surga. Setelah itu Woozi menoleh ke atas, dia menyadari ucapan Jeonghan benar. Posisi Seungcheol dan teman-temannya kini bisa dilihat dari segala sudut gedung fakultas.

Woozi terkekeh tiba-tiba. “Seungcheol memang sengaja biar diperhatiin,” jawab Woozi yang kemudian fokus lagi ke layar gadgetnya.
“Ini bagian dari rencana dia?” tanya Jeonghan ingin kepastian.
Woozi kali ini hanya menaikkan bahu, tanpa menoleh ke arah Jeonghan.
“Waah,” seru Joshua dengan wajah seriusnya. “Gue pikir dia bakal lebih serius setelah kasus Seungkwan kemarin.” lanjutnya yang terlihat kecewa.
“Keliatan gabut bukan berarti nggak kerja kan? Seungcheolnya mungkin diem. Tapi kita bahkan susah buat ketemu anggota tim yang lain kan?” sahut Woozi sambil terkekeh bangga.
“Memang mereka kemana? Jadi cuman kita doang yang gabut?” tanya Jeonghan tak terima.
“Kata siapa kita gabut?” sanggah Woozi tak terima.
“Terus? Memang kita ada kerjaan?” tanya Joshua dengan alis yang mengkerut.
Woozi menghembuskan nafas panjang, “Kalian gak sadar?” tanya Woozi dengan alis yang terangkat sebelah.
J Twins menggelengkan kepala dengan kompak.
“Kita disini lagi jadi tameng. Kalau semua orang pergi dari sisi Seungcheol barengan banget, Siwon Samchon pasti curiga. Dengan adanya kita di samping Seungcheol, membuktikan bahwa Seungcheol masih pembangkang.” Woozi menjelaskan sambil menunjuk-nunjuk menggunakan pen tabletnya.
“Loh bukannya bagus? Itu kan keinginannya?” tanya Joshua masih tak paham.
Woozi kembali menghembuskan nafas, kini terdengar lebih kasar, “Kalau Seungcheol sendirian, apalagi terlihat lengah bisa jadi dia target selanjutnya. Lagi pula, manusia mana yang bisa berubah dalam semalem?”
“Cinderella,” celetuk Joshua.
“Wah!” seru Jeonghan dengan heboh. Kemudian dia menyentil jidat saudara kembarnya. “Pura-pura paham aja lah, muka lo keliatan kaya orang bener. Jangan diliatin bodohnya.”

Setelah memastikan kedua temannya paham, Woozi kembali menikmati jam nongkrong itu. Sementara Jeonghan memesan seporsi makanan, biar gak gabut katanya. Padahal memang anaknya laper aja sih ya. Sambil makan dia sesekali memperhatikan sekitarnya.

Mata tajam Jeonghan menangkap pergerakan yang mencurigakan dari sekitarnya.
“Kalian sadar gak sih? dari tadi Eng gyosunim ngeliatin kita terus.” Jeonghan bertanya setengah berbisik.
“Aang? Avatar?” tanya Joshua dengan wajah polosnya serta aksen inggrisnya.
“Josh! Garpu nancep mata sakit loh!” omel Jeonghan sambil mengacungkan garpu yang sedang dipegangnya.
“Ya gue ga tau, emang siapa? Gue bukan anak teknik!” kilah Joshua sambil mundur beberapa senti dari tempat duduknya.
Joshua tidak paham gyosunim/dosen di teknik ada yang bernama eng atau itu seperti panggilan ejekan.
“Kayaknya tebakan Seungcheol bener,” ujar Woozi sambil pura-pura serius dengan tabletnya.”Beberapa dosen merhatiin dia buat alesan cari muka sama Siwon samchon.”
Woozi menjelaskan situasi tanpa mau menanggapi kebodohan Joshua.

Jeonghan melanjutkan makan lalu mengangguk perlahan. Sementara Joshua hanya menaikkan alisnya tanda setuju. Meskipun dalam hatinya dia masih bingung dosen mana yang seperti avatar hingga dipanggil Eng oleh teman-temannya.

Leader : Light In The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang