Clue

50 2 0
                                    

Plak!

“Ayah sudah memperingatkan kamu Kim Seungcheol!”  marah Siwon dengan sebelah tangan di pinggang dan tangan lainnya memegang ikat pinggang berbahan kulit.

Di hadapannya, Seungcheol sedang berdiri di atas kursi sambil mencengkram keras ujung jaketnya.  Celana panjang lelaki itu sudah digulung sampai di atas lutut. Bagian belakang betisnya sudah sangat memerah dan lebam.

Seungcheol tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dia hanya diam, bahkan tidak terdengar suaranya mengaduh kesakitan. Bagi Seungcheol, melawan amarah sang Ayah hanya tindakan buang-buang energi saja.

“Hanya kamu yang bisa Ayah andalkan!”
Plak!
“Bukannya berusaha membahagiakan orang tua, kamu malah sibuk main detektif-detektifan!”
Plak!
“Fokus pada pendidikan mu!”
Plak!

Seungcheol memejamkan matanya, raut wajahnya terlihat kesakitan. Meski begitu, dia berusaha keras agar tidak mengaduh. Dia tak ingin terlihat lemah dan meminta ampun. Baginya lebih baik menahan sakitnya sendiri, Sakit di bagian kaki dan sakit di hatinya.

Plak!
Lagi-lagi Siwon mengayunkan ikat pinggangnya dengan kencang. Amarahnya semakin memuncak saat melihat bibir Seungcheol bergetar seperti hendak berbicara.
“Apa yang ingin kau katakan hah?” tanya Siwon dengan arogan.

Seungcheol yang sedang menunduk terlihat menggelengkan kepala. “Aduuh! Kapan ini selesainya?” teriaknya dalam hati. Dia menggigit bagian dalam bibirnya, “Bertahan sedikit lagi, ayo.” tekadnya dalam hati.
Tubuhnya sudah mulai lemah, rasanya dia tak mampu bertahan lebih lama lagi untuk berdiri.

“Kau sudah tau apa salahmu?” tanya Siwon sambil bersiap mengayunkan lagi ikat pinggang di tangannya.

Plak!
Kembali ikat pinggang itu melukai betis Seungcheol. Tatapan mata penuh amarah itu terlihat sangat mengerikan, seolah kasih sayang yang dimilikinya habis tak bersisa.

Seungcheol terlihat goyah hampir saja jatuh, untung siwon tidak melihatnya karena handphone-nya bergetar. Sepertinya panggilan dari orang  penting. Pria paruh baya itu terlihat langsung melunak dan seketika tatapan penuh amarah itu menghilang.

Seungcheol masih berusaha menyeimbangkan dirinya agar tidak terjatuh. Sekilas, dia melihat panggilan masuk di handphone ayahnya. Matanya langsung membulat dan memfokuskan penglihatannya. Ekspresi kesakitannya menghilang seketika, jantungnya berdegup kencang.
Sementara waktu dia melupakan rasa sakitnya. Rasa penasaran mengalihkan fokusnya.

“Mr. Kim? Siapa? Apa mungkin Kim Shindong?” tanya Seungcheol dalam hati.
Saat melihat ayahnya hendak menegakkan kepala,  dia langsung mengalihkan pandangan dan memejamkan mata. Juga tak lupa berakting kesakitan seperti sebelumnya.

“Renungkan kesalahanmu Seungcheol! Ayah tak mau hal ini terjadi kedua kalinya!” ujar Siwon sambil berjalan da membuka kunci pintu. “Kembali ke kamarmu! Jangan sampai Ayah melihat mobilmu keluar dari lingkungan rumah ini! Mengerti?!”
Setelah memberi perintah dan sedikit ancaman, Siwon berlalu dari ruang kerjanya.

Sesaat setelah siwon keluar, Seungcheol menjatuhkan dirinya. “Sial!” dengusnya kesal.
Rasa sakit di betisnya mulai terasa jelas, rasanya kedua betis itu punya jantung sendiri dan hampir meledak.
“Aw!” rintihnya kesakitan.

Seungcheol ingin berlama-lama rebahan di lantai, merutuki rasa sakitnya tapi, dia penasaran dengan panggilan masuk di handphone Ayahnya. Tekad kuatnya membuat dia berusaha bangkit sambil memegangi kursi di sekitarnya. Untunglah kursi-kursi jati itu cukup kuat untuk menjadi pegangan.

Dia memaksakan diri untuk berjalan keluar dari ruangan kerja sang Ayah. Meski kesakitan dan tertatih Seungcheol berusaha berjalan secepat mungkin mengikuti jejak sang Ayah.

Leader : Light In The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang