Seungcheol nampak gelisah dalam tidurnya. Tubuhnya sudah basah oleh keringat. Bibirnya menggumamkan kata-kata yang tidak jelas di dengar.
Malam ini, lagi-lagi Seungcheol mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terus berulang sejak dia mengalami trauma. Trauma yang disebabkan karena Seungcheol melihat kecelakaan tragis yang merenggut sang Kakak, Seungmin.
"Tidak! Jangan pergi, Hyung. Jangan pakai mobilku," gumam Seungcheol mengigau. Kepalanya menggeleng pelan, keringat mulai membasahi pelipisnya. Tidurnya semakin gelisah. Selimut yang menutupi tubuhnya sudah hampir jatuh ke lantai.
Setiap mimpi buruk itu datang, Seungcheol kembali pada kejadian mengerikan itu. Dia melihat mobil yang dikendarai Kakaknya meninggalkan rumah, melewati jalanan rumah mereka yang menurun namun, mobil yang dikendarai sang Kakak melaju semakin cepat hampir menabrak kendaraan lain. Seungcheol yang khawatir dan sadar mobil itu hilang kendali langsung mengejar mobil yang dikendarai Kakaknya. Saat hendak berbelok menuju jalan utama, mobil itu kembali hilang kendali dan terbalik kemudian melaju beberapa meter sebelum akhirnya meledak.
"Hyung!" teriak Seungcheol tiba-tiba sambil terbangun dari tidurnya.
Seungcheol membuka matanya seketika, dia langsung terduduk. Hatinya semakin sesak saat menyadari dia terbangun dari mimpi dan sang Kakak sudah tak bersamanya.
Saat ini, Seungcheol masih membenci dirinya sendiri. Dia masih menyesali keputusannya di hari itu, saat menyetujui untuk bertukar mobil dengan Kakaknya. Seungcheol masih merasa seharusnya dia yang meninggal hari itu. Rasa bersalah terus menghantui, membuatnya sangat sulit memaafkan diri sendiri.
Suara teriakan Seungcheol yang cukup keras terdengar hingga keluar kamarnya dan di dengar sang Adik, Seungkwan. Kebetulan dia sedang lewat di depan kamar Seungcheol.
Segera Seungkwan membuka pintu kamar sang Kakak dan langsung masuk untuk memeluk tubuh gemetar Kakaknya.
"It's ok, Hyung. Bukan salah kamu, Hyung. Bukan salah kamu," ucapnya berulang kali.
Ucapan lembut Seungkwan dan pelukan hangatnya justru membuat sang Kakak menitikan air mata. Air mata Seungcheol semakin deras, seiring semakin dekapnya pelukan adik lelakinya.
Seungcheol ingin memeluk Kakaknya, seperti saat ini adik lelakinya memeluk dan menenangkannya. Seungcheol menyesal karena dia tidak sedekat itu dengan sang Kakak karena, mereka bukan saudara kandung. Bukan karena benci. Seungcheol justru minder dan malu karena dia anak dari istri kedua Ayah mereka. Padahal Seungmin tidak pernah mempermasalahkan itu.
Tangis Seungcheol terdengar begitu pilu. Seungkwan merasa sedih dengan kondisi Kakaknya, terutama tiap kali Kakaknya harus terbangun karena mimpi buruk. Seungkwan bisa mengerti trauma dan rasa bersalah itu muncul karena rasa sayang yang begitu tulus. Meskipun pada kesehariannya, Seungcheol selalu kesulitan mengungkapkan rasa sayangnya pada keluarga.
Seungcheol masih menangis dengan badan gemetar, "Harusnya gue yang mati, bukan Seungmin Hyung," ungkapnya di sela tangis yang terdengar begitu menyayat hati.
Seungkwan menggelengkan kepala, dipeluknya sang Kakak lebih erat. "Enggak Hyung, Nggak," sanggahnya yang kini juga ikut menangis.
Seungkwan tidak pernah merasa kecelakaan itu salah Kakaknya. Meskipun harus diakui jika kecelakaan itu sangat janggal. Seungkwan justru merasa kecelakaan itu salah sasaran bahkan, dia selalu cemas kecelakaan tragis itu akan berulang dan menimpa Kakak keduanya ini.
Bukan tanpa alasan, hal itu karena Seungcheol satu-satunya anak dari istri kedua sang Ayah. Banyak anggota keluarga besarnya yang tidak suka Seungcheol masuk daftar pewaris Kim Company. Motif yang cukup kuat untuk menyingkirkan Seungcheol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader : Light In The Shadow
Misteri / ThrillerSeungcheol menjadi calon pewaris utama Kim Company, setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa Kakaknya. Namun, kesedihannya belum usai. Setahun kemudian adik kembarnya yang mengalami kecelakaan serupa, hingga salah satunya meninggal dunia. Pen...