Temuan lainnya

37 2 0
                                    

“Apapun sifat yang dimiliki manusia, semua bisa menjadi dua mata pisau. Sayangnya kita tak pernah tau pasti apakah pisau itu akan melukai kita atau orang lain. Oleh karena itu, menciptakan batasan itu perlu.” - Jun -

*******
“Sedih banget yah,” ucap Jun dengan bibir melengkung ke bawah.
“Kasian samchon,” timpal Seokmin dengan wajah pura-pura sedihnya. “Aunty Haneul ada di foto itu juga?”
“Ada, itu yang disebelah Mama,” sahut mama Jun tanpa curiga.
Jun dan Seokmin langsung berdiri dan menuju foto yang dimaksud.
“Aaah, ini orangnya?” bisik Jun sangat pelan.
“Harus kita foto, Hyung!” sahut Seokmin.
“Penasaran banget kalian,” tanya Mama Jun yang kini berdiri di belakang mereka. Seokmin dan Jun terlihat kaget namun langsung menetralkan emosi mereka.
Seokmin terkekeh, “Yah, kirain orang ganteng kaya beliau gak pernah patah hati.”
“Yah, takdir gak pernah ada yang tau kan?”
Seokmin dan Jun hanya mengangguk-anggukkan kepala mereka. Keduanya kembali bertatapan dan berbicara dengan gerakan mata.
“Sayangnya, setelah hubungannya dengan Siwon kandas dia menghilang.”
Pernyataan tak terduga itu muncul dari Mama Jun. Lagi-lagi keduanya sedikit kikuk untuk menanggapi hal itu secara wajar.
“Apa?” Seokmin tersentak kaget. “Kenapa?” dia berusaha mengontrol emosinya.
Mama Jun merangkul pundak Seokmin dengan wajah sedihnya, “Beritanya simpang siur. Ada yang bilang dia pergi ke luar negeri. Ada yang bilang dia pulang ke kampung halaman ibunya. Ada yang bilang dia sudah tiada karena melahirkan anaknya.”
Seokmin dan jun kembali berpandangan. Kata ‘anaknya’ seolah mengkonfirmasi asumsi liar di kepala keduanya.
“Anak dari Siwon samchon?” tanya Jun dengan penuh selidik.
“Hush! Jangan ngomong sembarangan. Siwon bukan lelaki seperti itu. Kabarnya dia jadi korban kekerasan seksual oleh teman asramanya.”
Seokmin terlihat kebingungan. Wanita bernama Haneul itu terlalu misterius. Jika dia hanya punya satu anak dan itu adalah tersangka yang mereka cari, sangat aneh jika anak itu bukan turunan pamannya. “Jadi, apa hubungan dia dan keluarga Kim?” tanya Seokmin dalam hati.
“Mama nggak pernah komunikasi lagi?” tanya Jun penuh perhatian. Dia cukup peka untuk menyadari rekannya kehilangan kata yang bisa membantunya mengorek informasi lebih banyak dari sang Ibu.
Mama Jun melipat bibirnya. “Tidak, hanya saja. Seorang teman pernah bertemu dengan Ibunya Haneul. Dia sedang berjalan di stasiun dengan seorang anak laki-laki.”
“Anehnya dimana?” tanya Seokmin tampak kebingungan.
“Haneul itu yatim piatu. Dia diadopsi saat sekolah dasar. Ayah angkatnya meninggal tak lama setelah dia berkencan dengan Siwon. Haneul tak punya saudara. Dan ibunya terlalu tua untuk menjadi seorang pengasuh,” jelasnya dengan wajah sedih. “Ah sudahlah, itu cerita lama. Mama akan kembali ke dapur yah. Kalian istirahatlah dulu.”
“Oke.” seru keduanya bersamaan.
Setelah Mama Jun menghilang di balik tembok, Seokmin langsung mengeluarkan handphone dan memotret wajah Haneul.
“Jangan kirim di grup!” ujar Jun dengan tegas.
“Kenapa?”
“Kita kan udah di bagi tim, mending langsung kirim ke Jeonghan dan Seungcheol. Biar di grup gak banyak info gak pasti.”
Penjelasan Jun cukup masuk akal bagi Seokmin. Dia langsung menurut tanpa banyak protes. Namun, saat pesan itu sudah dikirim dia curiga akan sesuatu.
“Hyung,” panggilnya dengan pelan.
“Kenapa?” Jun menoleh dengan ekspresi penasaran.
“Dari cerita tadi, banyak berita simpang siur tentang Haneul. Anehnya, kenapa nggak ada satupun dari berita itu yang dihubungkan dengan Siwon samchon? atau minimal keluarga Kim.”
Jun terdiam sejenak, kecurigaan itu juga terlintas di benaknya. Namun, dia lebih memilih untuk hati-hati dalam mengemukakan pendapatnya.
“Menurut lo, kita harus mulai cari sosok Haneul ini darimana?” Jun terdengar bingung dengan situasi yang mereka hadapi. Dia bahkan mengabaikan pertanyaan Seokmin karena merasa itu akan muncul saat pencarian mereka berlangsung.
Seokmin mengetuk-ngetuk kepalanya, berusaha menemukan pilihan terbaik. “Menurut gue, dari Ibu angkatnya. Soalnya gue kepikiran kalau-”
“Anak yang dibawa ibu Haneul itu anak yang kita cari.”
Jun dan Seokmin langsung berpelukan dengan bahagia. Mereka terlena dengan euforia itu beberapa saat. Hingga pelukan itu langsung terlepas begitu saja.
“Hyung, sebenernya lo udah tau kan kalau orang tua lo kenal Haneul?” Seokmin terlihat begitu serius.
Jun tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi. “Jangan marah dulu, gue juga ragu makanya gue bawa lo kesini buat konfirmasi sama mama. Soalnya gue denger sekilas dari papa.”
Seokmin melipat kedua tangannya di dada, “Oke, cukup masuk akal. Memang info awalnya gimana?”
Jun menggaruk kepalanya yang tak gatal, “Waktu pasang foto ini, papa bilang waktu sekolah dia dan Siwon samchon cuman pernah jatuh cinta sama satu wanita. Awalnya gue nggak peduli, papa bilang nama pacarnya Siwon samchon itu Haneul. Gue cuman iya-iya aja, gue baru sadar setelahnya. Waktu rapat tadi, gue baru kepikiran kalau gue melewatkan sebuah clue penting,” jelas Jun panjang lebar.
Seokmin membulatkan bibirnya, tak ada protes yang dia lakukan. Dia merasa semua mungkin akan seperti itu.
“Sekarang tugas kita satu,” ucap Jun sambil berbisik.
Seokmin mencondongkan badannya dengan ekspresi penasarannya, “Apa?”
“Ibunya Haneul masih hidup? Nenek gue aja udah meninggal.”
Seokmin langsung terkulai lemas, “Hyung, jangan gitu dong!”
Dia kesal dengan harapan palsu yang Jun berikan beberapa saat lalu. Sementara Jun terlihat menyebalkan saat ini, dia mengambil sebutir jeruk, mengupasnya dan memakan satu potong.
“Memang Nenek sama Kakek lo masih hidup?” tanya Jun tanpa merasa bersalah.
Seokmin terdam dengan wajah datar, “Yaaa, nggak sih.”
“Tuh kan!” Jun melempar biji jeruk yang baru saja dikeluarkan dari mulut. “Beberapa wilayah Seoul juga sudah dikembangkan. Kemungkinan besar rumah Haneul jaman dulu udah gak ada disitu.”
“Tapi, sekolahan mereka tempat anak orang kaya, Hyung.” Seokmin menunjuk foto yang tertempel di dinding.
“Orang kaya mana yang bawa cucunya naik kereta? Biasanya mereka lebih memilih pakai mobil pribadi. Apalagi jika tujuannya ingin menyembunyikan identitas.”
“Hyung, lo pernah denger gak? Tempat paling aman untuk bersembunyi adalah di antara keramaian,” sanggah Seokmin lagi.
Jun terdiam sejenak. Berusaha memikirkan cara terbaik untuk keluar dari situasi buntu ini.
“Kita clueless, Hyung. Gak nemu jawaban saat kita bertindak akan lebih baik daripada kita mikir doang.” Seokmin kembali mengungkapkan pendapatnya sambil setengah memaksa.
“Okee, kita akan cari dari awal.”
“Awalnya dimana?” tanya Seokmin lagi.
“Ya itu kan ini pertanyaan gue tadi, Seokmin!”
Seokmin justru terbahak-bahak melihat wajah kesal Jun. “Sorry-sorry,
Perbincangan mereka terhenti saat keduanya dipanggil untuk makan. Lagi-lagi Seokmin dan Jun berusaha mengorek informasi tentang Haneul. Sayangnya tak banyak info yang mereka dapatkan.
Meski bersahabat, Mama Jun bilang Haneul adalah orang yang sangat tertutup. Dia tak banyak mengumbar tentang kehidupannya. Itu juga alasan Siwon menyukai gadis itu, dia merasa kehidupannya akan aman.
Selesai makan, Jun mencuci piringnya sendiri. Baru mengelap tangannya, sebuah pesan masuk. Senyumnya langsung merekah.
“Seok, ayo kita pergi. Katanya buku yang lu butuhin udah ready,” ajak Jun dengan wajah sumringah.
“Buku?”
“Iya buku kuliah lo, ekonomi makro yang karangan Peter Blauner. Johnny Hyung bilang dia udah nemu bukunya. Biaya jastipnya nanti aja katanya.”
“Wah, Seokmin rajin banget yah. Sampe jastip buku kuliah ke amerika,” puji Mama Jun sambil mengatupkan kedua tangannya. Mama Jun tau jika Johnny adalah senior Jun yang keturunan Amerika.
Seokmin terkekeh kikuk, bahasa Inggris saja dia tak lancar. Bagaimana bisa dia membeli buku referensi kuliah yang full bahasa inggris?
Sementara itu Jun hanya mengacungkan jari dengan wajah tanpa rasa bersalahnya.
Seokmin masih mencerna perkataan Jun yang menurutnya terlalu random. Seokmin memang tak terlalu suka membaca, tapi dia tau jika Peter Blauner adalah seorang penulis novel kriminal yang terkenal. “Sejak kapan dia nulis buku ekonomi?” gumam Seokmin sangat pelan.
Tanpa menaruh curiga, Mama Jun mengantar anak lelakinya dan Seokmin hingga ke depan rumah. Juga tak lupa melambaikan tangan dan tersenyum manis.
“Bisa nggak kalau mau ada apa-apa tuh aba -aba dulu?” protes Seokmin dengan bibirnya yang dimajukan.
Jun menaikkan bahunya sambil tersenyum simpul. “Kayaknya sih gak bisa. Lagian gue bingung harus alasan apa biar Mama gak banyak tanya.”
Seokmin mendecak sebal dengan jawaban Jun. Lalu dia sadar bahwa mobil yang mereka kendarai tidak menuju kampus atau toko buku langganan Jun.
“Kita mau kemana?” tanya Seokmin beberapa saat kemudian.
“Ketemu Johnny Hyung.”
“Beneran ngambil buku?” Seokmin jadi ragu.
Jun menggeleng lalu tertawa pelan, “Dia dokter forensik senior gue. Dia salah satu dokter yang mengotopsi Seunghee. Dia yang ngasih tau gue bahwa ada hal-hal ganjil yang ditemukan dari Seunghee.”
“Apa itu?”
“Gue juga belum tau, makanya ini mau kesana kan?”
Seokmin mengangguk paham. Dia tak banyak bertanya lagi di sisa perjalanan mereka. Bertanya pun percuma, Jun tak tahu banyak tentang info yang Johnny miliki.
Kedatangan mereka berdua langsung disambut Johnny dengan hangat. Lelaki tinggi dan atletis itu tak cocok jadi dokter forensik menurut Seokmin. Dia lebih cocok jadi model atau aktor.
Pikiran itu musnah saat Seokmin mendengar penjelasan Johnny. Caranya menjelaskan membuat Seokmin merasa ingin kuliah di jurusan yang sama dengannya dan menjadi dokter sepertinya.
“Jadi, kesimpulannya. Seunghee sudah meninggal saat kecelakaan itu terjadi?” Jun mencoba menarik kesimpulan sederhana dari penjelasan Johnny.
“Yap. betul. Setelah hasil analisa kemungkinan waktu meninggalnya. Juga kerusakan fisik yang dialaminya. Seunghee bukan meninggal karena kecelakaan. Jika memang itu karena kecelakaan, dia tak akan memiliki tanda kecelakaan separah itu. Ah, satu lagi. Hasil tes kandungan racun pada darahnya juga menunjukkan bahwa kematiannya tidak wajar.” Johnny kembali menguatkan pendapatnya.
“Jadi, teori yang bilang saat dia kecelakaan bukan menggunakan mobilnya itu mungkin?” tanya Seokmin dengan rasa tak percaya.
Lagi-lagi, Johnny mengangguk. “Aku sudah pergi ke TKP langsung. Hasil analisa Minghao dan anak buahnya sangat masuk akal. Mungkin pertanyaannya, siapa yang mereka temui dan membuat keduanya tak waspada seperti itu.”
“Apa tak ada tanda-tanda kekerasan lain?” tanya Seokmin masih tak yakin.
“Tidak ada. Oh iya, saya juga menemukan kandungan arsenik dalam darahnya. Sayangnya kadarnya bukan yang bisa membuat Seunghee kehilangan nyawanya.”
Seokmin mengerutkan dahinya, “Maksudnya?”
“Sepertinya, sebelum kecelakaan itu terjadi. Seunghee bertemu seseorang yang ingin menghilangkan nyawanya. Tapi upaya itu sepertinya tak berjalan sesuai harapan.” Johnny menjeda ucapannya beberapa saat “Bisa jadi, orang itu menemui Seunghee lagi dan kali keduanya mereka berhasil.”
“Apa racun arsenik tidak selalu membunuh?” Jun masih sangsi.
“Jika kandungannya sangat kecil, dia mungkin tidak membunuh. Tapi coba pastikah pada Seungcheol apa sebelum kejadian itu adiknya pernah mengalami sakit?”
Jun mengangguk dan menyadari sesuatu. “Seungcheol belum pernah mengungkapkan hal-hal sebelum kejadian.” monolognya dalam hati. “Apa itu artinya sang Pembunuh berada di sekitar mereka?” Jun memastikan.
Johnny mengulum bibirnya sesaat. “Aku dokter forensik, bukan detektif. Tapi, dari pengalaman sebelumnya, jika kasusnya seperti ini sudah pasti pelaku berada di sekitar korban.”
Seokmin menarik nafas panjang dan menatap Jun, “Anak itu, ada dalam jangkauan kita?”
***
adakah yang masih penasaran?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leader : Light In The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang