"Apapun pertaruhannya, nyawa manusia tetep prioritas."
****
“Jeonghan Hyung pingsan, mereka berdua berantem. Gue harus ngapain?” panik Mingyu dengan sebelah tangan menopang kepala Jeonghan.
Perkelahian Seungcheol dan Wonwoo vs para penjaga cukup sengit. Mingyu memperhatikan mereka dengan wajah panik dan tegang.
“Apa maksud omongan Jeonghan Hyung?” gumam Mingyu, namun segera dia tepis pikiran itu.Lelaki bertubuh kekar itu mengangkat tubuh Jeonghan seperti memanggul beras.
“Hyung, gue tunggu di start,” teriak Mingyu memberikan kode pada Seungcheol. Setelahnya dia langsung pergi dari tempat itu dan kembali ke mobil mereka.
Menyadari Jeonghan sudah aman, Seungcheol menjadi lebih leluasa untuk melawan musuhnya.
Tetapi, beberapa saat kemudian dia terjatuh karena menghindari pukulan. Kesempatan itu digunakan Seungcheol untuk mengambil tongkat bisbol yang tergeletak tak jauh darinya dan kembali menyerang lawannya.“Ini bukan pertandingan, gak masalah gue main curang,” ucap Seungcheol dalam hatinya.
Sebagai seorang yang sudah latihan judo dan karate sejak kecil, sebenarnya Seungcheol paling anti melawan musuh dengan alat.
Kali ini pertimbangannya kondisi Jeonghan, temannya itu harus segera mendapat perawatan.Hanya dengan tiga pukulan, penjaga yang melawan Seungcheol sudah terkapar. Dia langsung berbalik badan dan melayangkan pukulan ke penjaga yang melawan Wonwoo.
Hanya satu pukulan di kepala belakang, penjaga itu langsung roboh.“Lari!” titah Wonwoo setelah lawan mereka terjatuh.
Segera keduanya kembali ke pintu samping. Berlari sekuat tenaga menyusuri gang kumuh tadi. Setibanya di mulut gang, Mingyu sudah bersiap di balik kemudi mobil.
Keduanya langsung masuk ke mobil dan pergi meninggalkan tempat itu.
Seungcheol yang duduk di kursi penumpang depan sesekali menengok ke belakang. Dia khawatir mobil mereka diikuti. Meskipun masalah kebut-kebutan di jalan raya, Mingyu jagonya.
Sesekali Seungcheol juga melirik ke arah Jeonghan dan Wonwoo yang duduk di kursi penumpang belakang. Keduanya terlihat kacau, meskipun Jeonghan lebih parah.
“Joshua Hyung pasti ngamuk kembarannya sampai tumbang gini,” cicit Mingyu memecah keheningan.
“Gue bakalan tanggung jawab,” jawab Seungcheol singkat.Mingyu seketika menoleh, “Jawaban lo kaya dialog drama yang suka ditonton Seokmin sama Seunghee.”
Seungcheol mengernyitkan dahinya, sementara Wonwoo mengalihkan pandangan menahan tawa.
“Maksud lo?” tanya Seungcheol tak paham.
Mingyu gelagapan, dia bingung harus menjawab apa.
“Jangan ribut bisa? Sekarang kita sebaiknya segera ke rumah sakit.” Wonwoo melerai kedua bersaudara itu.
Seungcheol kembali melihat ke arah Jeonghan, menyadari temannya sudah pingsan terlalu lama.
“Ke rumah sakit Seoul University, Gyu,” titahnya.Tanpa banyak omong, Mingyu langsung tancap gas. Seungcheol juga menggunakan koneksinya untuk mengabari seorang dokter bahwa dia akan membawa pasien darurat.
Setibanya di rumah sakit, Dokter Hoshi sudah menunggu mereka di depan unit darurat. Jeonghan langsung ditangani dan diberikan ruangan rawat.
Meskipun sebenarnya dokter dan perawat menyarankan Jeonghan beristirahat di IGD saja, tetapi Seungcheol ngotot ingin temannya itu masuk ruang perawatan VIP dengan alasan keamanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader : Light In The Shadow
Gizem / GerilimSeungcheol menjadi calon pewaris utama Kim Company, setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa Kakaknya. Namun, kesedihannya belum usai. Setahun kemudian adik kembarnya yang mengalami kecelakaan serupa, hingga salah satunya meninggal dunia. Pen...