9

19 1 1
                                    

JALAN SIMPANG (9)

"Apa maksudnya semua ini, Nar?" tanya Mi'an.

Abinar menyerahkan koin emas ke Mi'an.

"Koin itu terbuat dari emas, Tuan. Sedang logam pelapisnya cuma timah. Karena emas lebih mulia dari timah, maka sigil iblis lah yang sejatinya menjadi wajah dari koin tersebut. Sementara simbol Bintang Peri cuma sebagai topeng saja," terang Abinar.

"Serigala berbulu domba," gumam Mi'an.

"Bukan sebuah hal yang asing, kan, Tuan? Tipuan seperti ini adalah hal umum di mandala kita," ujar Abinar.

"Kaubenar, Nar. Ratusan mereka berkeliaran di sekitar kita," jawab Mi'an sambil mengingat oknum aparat dan pejabat kotor yang pernah menjadi lawannya.

"Apalagi nanti saat menjelang pemilihan umum. Pasti banyak serigala-serigala baru yang bermunculan," sahut Sisca.

"Lalu siapa 72 pelayan utama iblis itu?" tanya Mi'an.

"Kabarnya mereka adalah jin-jin terkuat dari pasukan iblis. Di atas para jin itu, masih ada 6 ajudan lainnya,' jawab Sisca.

Sisca lalu menjelaskan tentang Lucifer, Baal, Astaroth, Lucifuge, Satanachia, Beelzebub, Sargatanas, dan lain sebagainya.

"Aku tak bisa menyebutkan mereka semua, Pak. Akan tetapi, belum pernah kudengar ada yang mampu memanggilnya. Kalau pun ada yang mengaku bisa, jika dia bukan penipu, maka dia telah ditipu oleh jin yang mendatanginya." Sisca mengakhiri penjelasannya.

"Jadi, mereka ini sebenarnya tidak ada, Sis?" tanya Mi'an.

"Aku tidak tahu, Pak. Andai benar-benar ada, tumbal pemanggilannya pasti sangat lah banyak."

"Mau Lucifer, Lucifuge, atau Lutung, dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Kandar," ucap Mi'an sambil meremas koin emas di tangannya.

Bagi Mi'an, Kandar bukan cuma sekadar teman perjuangan. Ia adalah saudara dan juga salah satu penyelamat jiwanya. Karena itulah Mi'an bertekad untuk menemukan Kandar, hidup atau mati.

Meski informasi yang didapatkan tak bisa banyak membantu, Mi'an berulangkali mengucapkan terimakasih kepada Abinar dan Sisca. Setelah itu, ia pamit untuk melanjutkan pencarian Kandar.

Mi'an sangat terkejut ketika mengetahui Abinar serta Sisca mengikutinya dari belakang.

"Utang kami kepada Pak Kandar tak tehitung, Pak. Di hari yang kian senja ini, kami ingin membayarnya, walau sedikit," ujar Sisca. Di sampingnya, Abinar tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Terimakasih, Sis, Nar. Di mana pun dia sekarang, Kandar pasti bahagia kalian mau berkorban demi dirinya.

"Di mana Tuan Candrasa, Tuan? Mengapa dia tidak ikut?" tanya Abinar.

"Dia juga sedang berkeliling, Nar. Demikian juga dengan saudara-saudara yang lain," jawab Mi'an.

****

Di Jakarta, Rama terus mendesak agar Bobi segera ditangkap dan ditahan. Namun, polisi justru menangkap orang lain sebagai tersangka. Orang itu adalah Ardi.
Rama tentu saja murka. Akan tetapi, dia tak bisa berbuat banyak saat mengetahui polisi memiliki bukti dan saksi yang mengarah kepada Ardi. Selain itu, Ardi juga mengaku sebagai sopir mobil ketika terjadi kecelakaan.

Semua itu adalah ulah Brigjen Dodo. Ia berhasil memaksa Ardi menjadi kambing hitam. Brigjen Dodo menjebak Ardi dengan menyuruh seseorang menyelundupkan sabu-sabu ke kamar Ardi. Kemudian, ia menyuruh polisi menangkapnya.

Saat itulah Brigjen Dodo lalu datang seperti pahlawan. Ardi yang ketakutan akhirnya terpaksa menerima tawaran Brigjen Dodo sebagai ganti penghapusan kasus narkobanya.

JALAN SIMPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang