JALAN SIMPANG (25)
Ketika Mpu Serangit, Kalabah, Turah, serta Gurah buatan Ami datang, Mi'an dan yang lain segera menyiapkan diri.
"Ini berbahaya! Kita harus cari palagan lain!" teriak Mi'an.
Ayu, Nagabantala, Nagabara, dan Gundala segera mengikuti Mi'an. Setelah sampai di kawasan sepi penduduk, baru lah mereka berhenti.
"Biar kukubur mereka di sini, An! Jurang grawah!"
Sambil berteriak, Nagabantala menempelkan tangan ke tanah. Sebuah lubang besar lalu tercipta tepat di tempat kelompok Mpu Serangit. Pancaran energi dari dasar lubang memaksa masuk ke dalam. Kemudian, Nagabantala langsung menutupnya.
Namun, hal itu tak bertahan lama. Permukanan tanah yang baru saja menutup tiba-tiba berbuih merah. Buih-buih tersebut lalu menjelma lagi menjadi Mpu Serangit, Kalabah, Turah, serta Gurah.
"Ini hanya tipuan, An. Aku kenal energi penghuni Banyugeni dan ini jelas bukan energi itu," ujar Gundala.
"Aku juga bisa merasakannya, Reng. Energi ini mirip dengan para penyihir di Baitar Shuman," balas Mi'an.
Perbincangan itu harus terputus karena makhluk-makhluk ciptaan Ami menyerang. Mereka melontarkan bola-bola darah ke arah Mi'an dan yang lain. Mereka pun berloncatan menghindar sambil berusaha menghancurkan bola yang mendekat.
Nagabantala kembali memukul tanah. Ribuan titik cahaya segera muncul dari permukaan tanah, lalu menghantam bola-bola darah. Akan tetapi, bola-bola tersebut hanya pecah dan terus melesat maju.
Nagabara bergegas turun tangan. Bola energi yang dilepaskannya pecah menjadi 8, 16, 32, 64, dan terus pecah hingga menjadi ribuan. Semua bola Nagabara melesat menghadang gempuran lawan. Di samping Nagabara, Ayu juga melakukan hal yang sama.
Sementara itu, Mi'an dan Gundala memilih menyerang kelompok Mpu Serangit. Berbekal perisai sisik serta cacing Kandar, Gundala mengamuk. Ia mengubah kedua tangannya menjadi cakar untuk mencabik-cabik tubuh lawan.
Tak jauh dari Gundala, Mi'an berloncatan sambil memainkan jurus-jurus Udah Wayah Rendheng dengan tombak Catur Tunggal. Ujung tombaknya bergantian menikam anggota kelompok Mpu Serangit palsu.
Akan tetapi, semua serangan Mi'an seolah tak membuahkan hasil. Setiap luka dari lawan dengan cepat menutup kembali. Bahkan anggota badan yang terpotong pun langsung tergantikan. Hal sama juga terjadi kepada Gundala.
"Mereka cuma boneka, Reng! Kita harus mencari tuannya!" teriak Mi'an.
"Aku tahu, An! Tapi, itu sulit dilakukan! Kita kuras saja darahnya lewat boneka-boneka ini!" balas Gundala.
Mi'an memahami maksud Gundala. Ia segera meningkatkan energinya untuk menghabiskan energi Ami. Karena darah berlemen air, maka Mi'an mengerahkah energi berunsur api untuk membakarnya.
Perlahan, bias cahaya di bilah tombak Catur Tunggal berubah dari empat warna menjadi merah ke biru, lalu ke putih, dan akhirnya tanpa warna.
Tak lama kemudian, Ayu, Nagabara, dan Nagabantala ikut bergabung. Kedatangan mereka membuat makhluk-makhluk ciptaan Ami semakin kewalahan. Namun tak lama setelah itu, salah satu makhluk berhasil melukai Ayu. Nagabara bergegas mundur untuk menolongnya.
Seperti hidup, darah yang menempel di pundak Ayu dengan cepat menyebar dan melebar. Selain itu, energi beracunnya juga berusaha menembus perisai energi Ayu. Beruntung Nagabara segera datang, lalu menyalurkan energi untuk membantu melawannya.
Di tempat lain, Kelompok Mpu Serangit juga sedang bertempur sengit melawan Mi'an, Gundala, Ayu, Nagabantala, serta Nagabara palsu. Di palagan ini para makhluk Ami berhasil membunuh banyak pengikut Banyugeni dan Cadaswingit.