23

10 1 1
                                    

JALAN SIMPANG (23)

"Mengapa kau menghalangiku, El?" tanya Shisi yang baru saja datang bersama Khasim.

El menoleh ke arah Shisi. Seluruh tubuh perempuan itu dihiasi guratan garis hitam yang berasal dari aliran energi di pembuluh darahnya. Bahkan bola mata Shisi juga berwarna hitam pekat.

"Kendalikan dirimu, Shi. Aku masih membutuhkan Ayu, Nagabara, dan Nagabantala. Tanpa mereka, rencanaku tidak akan berjalan mulus," jawab El sambil menatap tajam.

Garis-garis hitam di tubuh Shisi perlahan memudar. "Maafkan aku, El. Aku hanya ingin membalaskan dendam Frank."

El tersenyum. "Nanti, Shi. Semua ada waktunya sendiri. Sekarang tugasmu adalah merawat Sarah. Soal pembalasan dendam, tunggu saja kabar dariku."

Setelah Shisi pergi, El memerintahkan Khasim ke Laut Utara untuk membuat kesepakatan dengan Dewi Pancar.

"Drako akan ikut bersamamu, Sim. Siapa tahu Dewi Pancar tiba-tiba bermain gila."

"Apa cincin Laut Merah sepenting itu? Hingga Laut Utara mau bergerak manyerang Lawu?" tanya Khasim.

"Kita lihat saja nanti. Toh, ini hanya permainan saja," jawab El.

Khasim hanya tersenyum tipis. Bagi El semua memang cuma permainan saja. Tak seorang pun mampu menebak isi kepala laki-laki itu. Seperti awan yang selalu berubah bentuk, begitu juga dengan El. Keinginan dan pergerakannya sulit untuk diprediksi.

Satu hal pasti, ia sangat menikmati kekacauan, penderitaan, perang, serta peran sebagai tuhan yang berkuasa atas kehidupan dan kematian. Tak lama kemudian Drako, si nabi keenam datang. Ia langsung mencium tangan El.

"Ke mana aku harus pergi, El?" tanya Drako.

"Temani Khasim ke Laut Utara. Turuti semua perintah Khasim tanpa bantah. Aku tidak ingin kau mengacaukan rencanaku," jawab El.

Di kamar Sarah, Shisi memperlakukan gadis itu dengan kasar. Ia sebenarnya tak sudi mengobati putri dari penyerang Frank. Namun, perintah El adalah tugas yang wajib dijalankan tanpa bantah.

"Jangan terlalu berlebihan, Shi. Kau pasti tahu ada servitor di sini," bisik Yoan.

"Aku tahu itu,Siluman. Tenang saja," balas Shisi sambil membalikkan tubuh Sarah.

"Aku harus secepatnya mengeluarkan Sarah dari tempat terkutuk ini. Shisi jelas punya niat buruk. Semoga saja Yusika segera mendapat kesempatan," batin Yoan.

****

Di Lawu, Moza sibuk memulihkan kesehatan Tegar. Dibantu Ki Mayangkara, ia berjuang menyambungkan lagi jalur sirkulasi energi yang rusak akibat serangan Albert. Meski masih belum kembali ke kondisi asal, keadaan Tegar telah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Kecuali ke kamar mandi, Saskia selalu berada di samping Tegar. Setelah semua yang telah terjadi, ia tak ingin lagi kehilangan tempat tambatan hatinya. Kehadiran Saskia membuat Tegar kian bersemangat untuk segera pulih.

"Mencintai itu sederhana. Tapi menjaga cinta dan orang yang dicintai tak akan pernah sederhana," gumam Sisca saat melihat perhatian serta kesabaran Saskia dalam merawat Tegar.

"Tegar sudah membuktikan kekuatan dan ketulusan cintanya, Sis. Sekarang giliran Saskia," sahut Abinar.

Selama di Lawu, mereka terus berusaha memperkuat diri. Keduanya berlatih dan bertukar ilmu dengan Brama serta Arum. Ki Mayangkara juga ikut memberi bimbingan.

Setelah seluruh anggota badannya bisa digerakkan lagi, Tegar segera melatih diri. kKi Mayangkara memberi dasar-dasar ilmu Puspa Manunggal untuk mempercepat proses pemulihan energinya.

JALAN SIMPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang