JALAN SIMPANG (19)
Saat serangan Rasheed menghantam, sambil membaca mantra, Frank melempar kumbang berlurnur darah ke lingkaran pengurung Kandar. Begitu kumbang menyentuh dinding penghalang, seluru energi pengurung lenyap. Disusul kumbang yang merubung Kandar. Mereka berebut kembali ke tubuh Frank.
"Kali ini tak akan semudah malam itu," ujar Kandar.
Rasheed bersiap menyerang Kandar. Medali di tangannya kembali menyala. Akan tetapi, surai-surai Kandar melesat lebih dulu. Saat berusaha menghindar, ia sangat terkejut ketika tak bisa menggerakkan kakinya.
"Keparat! Kapan mereka bergerak!" umpat Rasheed sambil melihat surai Kandar yang melilit kedua kakinya.
Tiba-tiba sebuah gerbang gaib terbuka. Beberapa cakra api yang ke luar dari balik gerbang meluncur cepat ke arah Kandar. Akibatnya, Kandar terpaksa menghindar. Cakra-cakra api itu menghantam dinding, lantai, atap, dan tempat-tempat lain.
Suara ledakan pun terdengar berulangkali. Disusul dengan kebakaran hebat. Di tengah kepulan asap tebal, Rasheed bergerak cepat memasuki gerbang gaib, lalu menghilang bersamanya.
El dan Rhao tak menyangka Frank akan membebaskan Kandar. Rencana El adalah membunuh Frank, lalu membawa Kandar kembali ke rumahnya.
"Dasar bodoh! Kenapa kau tidak menghabisinya dalam sekali serang, he!" damprat El sambil menghantam Rasheed.
Laki-laki yang baru saja ke luar dari gerbang gaib itu terpental. Darah segar tampak mengalir di hidung, mulut, serta telinganya. Rasheed lalu merangkak dan bersujud di depan El untuk meminta ampun.
"Segera tinggalkan kuil ini, Rha. Mereka telah mengetahui lokasinya," ucap El, kemudian menempelkan telapak tangannya ke punggung Rasheed.
"Kita benar-benar kecolongan, El," sahut Rhao saat melihat cacing-cacing Kandar menggeliat-geliat ke luar dari tubuh Rasheed.
"Mereka pasti akan membayarnya, Rha. Aku telah menyiapkan neraka terpanas untuk para penentangku," balas El dengan mata menyala oleh kemarahan.
****
Di tempat lain, Sisca dan Abinar sedang bertarung sengit melawan Mharux. Jin api itu berhasil membawa mereka ke dalam mandalanya.
"Ke mana dia, Sis?" tanya Abinar.
Sisca mengamati mandala yang dipenuhi kolam serta bola api. Ia berusaha mencari keberadaan energi Mharux.
"Semuanya sama, Nar. Tempat ini adalah Mharux itu sendiri," jawab Sisca.
Sebuah semburan dari kolam api meluncur ke arah Sisca dan Abinar. Disusul semburan-semburan lain serta hujan bola api. Kedua orang itu harus berloncatan agar tak terkena sambaran api Mharux.
"Tak ada ciptaan atau ilmu yang sempurna, kan? Iblis ini pasti punya kelemahan juga," ujar Sisca.
Saat Abinar dan Sisca bertarung melawan Mharux, Albert juga sedang menjalankan rencana kejinya. Laki-laki itu diam-diam mendatangi rumah Saskia.
"Lumayan juga penghalang dan jin-jin yang dipasang Amar. Tampaknya dia benar-benar menyukai perempuan ini," gumam Albert setelah mengamati kondisi rumah.
Sebelum menjadi anakbuah El, Albert sudah memiliki kemampuan yang cukup mumpuni. Ia juga memiliki beberapa jin pembantu. Kali ini ia akan menggunakan mereka. Setelah melakukan pengorbanan darah, empat jin Albert pun berdatangan.
"Sekarang waktunya membalas dendam. Kalian habisi para jin penjaga rumah, tapi jangan sentuh perempuan itu. Dia bagianku," perintah Albert sambil menunjuk Saskia yang sedang memberi makan kucing.