27

13 0 0
                                    

JALAN SIMPANG (27)

Rhao terdiam. Ia tahu selain 12 nabi, El juga memiliki enam abdi lain. Namun, Rhao tak pernah melihat wujud mereka. Hanya sesekali saja ia bisa merasakan kehadiran energi yang sangat kuat di sekitar El.

"Bagaimana dengan Lawu, Rha?"

"Mereka bahkan belum memasukinya, El," jawab Rhao.

"Sehebat itukah tempat itu, Rha?"

"Dibenci, ditakuti, disegani, atau dihormatinya sebuah rumah adalah karena penghuninya, kan?"

Benny, Rasheed, Drako, dan Shisi memang belum masuk ke Lembah Mayangkara. Keempatnya masih mencari cara mencegah penghuni Lawu ikut campur dalam misi mereka.

"Satu-satunya jalan adalah meminta bantuan lawan salah satu dari penghuni lembah itu. Dengan begitu mereka tidak punya alasan turun tangan," ujar Benny.

"Atau kita paksa orang-orang itu menyerang lebih dulu," sahut Shisi.

"Tapi bagaimana caranya, Shi?" timpal Rasheed.

"Biar aku yang menyusup ke sana. Nanti akan kupancing mereka ke luar dari perbatasan."

Drako tertawa. "Dengan kemampuanmu, kau yang menjadi tawanan monyet putih itu, Shi," ejeknya.

"Apa kita berebut peringkat di sini saja, Ko?" tanya Shisi.

Drako, Rasheed, dan Benny langsung meloncat mundur saat melihat Shisi berubah wujud. Mata hitam Shisi menatap Drako dengan tajam. Penguasa Segel Naga Merah itu pun segera membaca mantra untuk berjaga-jaga. Sedetik kemudian, seluruh tubuh Drako diselimuti cahaya merah.

Benny mengamati jalur-jalur hitam yang menjalari kulit Shisi. "Sejak kapan dia mencapai puncak ilmu itu," gumamnya kagum.

Sambil menggenggam medali segitiga, si nabi kedua melangkah maju. ”Tutela, trium, regum," gumam Benny setelah berdiri di antara Drako dan Shisi.

Tiga makhluk berwujud tengkorak berjubah compang-camping, bermahkota, serta bersenjata pedang muncul mengitari Benny dalam formasi segitiga. Ketiganya masing-masing menghadap ke arah Shisi, Rasheed, dan Drako.

"Septem gradibus extermini," bisik Rasheed yang merasa terancam dengan kehadiran para pelindung Benny.

Sebuah septagram cahaya besar terbentuk di bawah kaki Rasheed. Di ketujuh ujung bintang terdapat septagram cahaya yang berukuran lebih kecil.

"Tenangkan diri kalian. Ingat, El melihat semua kebodohan ini," ujar Benny.

"Drako menghinaku lebih dulu, Ben," sahut Shisi.

"Dia tidak tahu ilmumu sudah setinggi itu, Shi. Aku pun punya pikiran sama, tapi sekarang tidak. Sekarang cepat kembali seperti semula," balas Benny.

Meski raut wajah, tatapan, dan suara Benny tak menunjukkan tanda-tanda kemarahan atau ancaman, Shisi tahu kebuasan Benny. Atas perintah perusahaan tambang, mantan tentara bayaran itu pernah membantai habis penghuni sebuah desa di Afrika karena mereka menolak pindah dari tanah airnya.

Pelan-pelan, urat-urat hitam Shisi menghilang. Ia pun kembali ke wujud aslinya. Drako dan Rasheed pun segera menarik ilmu ilmu mereka. Setelah itu baru lah Benny memulangkan tiga raja pelindungnya.

"Sekarang, katakan apa rencanamu, Shi?" tanya Benny.

****

Di tempat lain, Mi'an, Gundala, Ayu, Nagabantala, serta Nagabara masih bertarung melawan makhluk darah ciptaan Ami dan ular-ular api Lhevi.

"Ayo kita lihat, energiku atau darahmu yang akan habis lebih dulu!" seru Gundala sambil membakar salah satu makhluk Ami.

Nagabantala juga melakukan hal sama. Ia menjebak lawan dalam lubang tanah, mengubur mereka, lalu meledakkannya. Sementara di tempat lain, karena sedang menjaga Ayu, Nagabara memilih menghujani makhluk-makhluk yang selalu berubah bentuk itu dengan serangan jarak jauh.

JALAN SIMPANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang