JALAN SIMPANG (13)
Tak lama kemudian, Candrasa dan Taligeni muncul. Taligeni langsung memasuki bola Talijiwo, sedang Candrasa menyerang Frank. Calon penguasa Baluran itu mengamuk seperti badai. Sepasang pedang pusakanya menyambar laksana baling-baling menghajar tubuh Frank.
"Cari lawan yang sepadan, Iblis laknat! Jangan cuma berani sama anak-anak!" umpat Candrasa.
"Kau nanti pasti menyesal, Jin busuk! Belum pernah ada lawan yang bisa selamat dari seranggaku!" ancam Frank.
"Aku akan bunuh semua kutu busuk itu! Bukan cuma hari ini aku menghadapi makhluk terkutuk sepertimu!" balas Candrasa sambil meloncat menjauh.
Jutaan serangga Frank berkumpul. Dari jauh, mereka terlihat seperti gumpalan awan hitam yang mengerikan.
"Bagus. Ini saatnya menjajal ilmu itu," gumam Candrasa.
Candrasa mengangkat tangan ke atas kepala. Sepasang pedangnya kini teracung ke langit. Kemudian, ia mengayunkan dan melepaskan senjata itu ke arah serangga milik Frank.
Gerombolan serangga tersebut membuyarkan diri untuk menghindari terjangan pedang. Akan tetapi, mereka tetap terbang menuju Candrasa. Di saat itulah wujud pedang Candrasa menghilang dan berubah menjadi panah api putih yang tak terhitung jumlahnya.
Benturan kekuatan pun tak terhindarkan. Serangga-serangga Frank berjatuhan dihantam panah api putih. Melihat kenyataan itu, Frank memutuskan mundur dan membatalkan misinya. Ia segera mengiris telapak tangan, lalu mengalirkan darah melingkari kedua kakinya. Namun baru saja akan merapal mantra pembuka gerbang gaib, serangan bola energi Candrasa telah mendekat.
"Sial! Dasar sial!" kutuk Frank, sambil memusatkan seluruh energi. Berharap mantra tubuh abadinya bisa menahan gempuran Candrasa.
Ketika bola energi itu nyaris menghantam, sebuah cahaya merah berbentuk bintang bersudut delapan menghadang. Ledakan terdengar ketika dua energi tersebut bertemu.
"Iblis mana lagi yang datang?" batin Candrasa, sembari mencari keberadaan makhluk yang menghalangi bola energinya.
Sesaat kemudian tampak seorang perempuan berambut panjang berdiri di depan Frank. Ia menggenggam kalung berbandul liontin bercahaya merah.
"El yang menyuruhmu datang, Shi?" tanya Frank.
"Siapa lagi? Di dunia ini tak ada yang bisa menyuruhku selain dia," jawab Shisi tanpa mengalihkan pandangan.
"Apa perintah selanjutnya, Shi?"
"Kembali ke kuil, Frank. Itu perintah El."
Shisi membaca mantra. Sedetik kemudian asap hitam pekat menyelimuti tubuhnya dan Frank. Untuk menghalangi Candrasa, di waktu yang sama Shisi melancarkan serangan. Puluhan bintang cahaya merah berukuran kecil melesat menuju Candrasa dan bola Talijiwo.
Candrasa bergerak cepat. Ia berusaha menghalangi bintang-bintang Shisi menghantam bola Talijiwo.
"Sial. Gerak dan perubahan mereka terlalu cepat," keluh Candrasa saat ingin mengerahkan panah api putihnya.
Beberapa bintang yang berhasil lolos dari hadangan Candrasa kini mendekati bola Talijiwo. Beruntung sebuah bola energi muncul. Bola energi tersebut pecah menjadi delapan, lalu membelah lagi menjadi enambelas, dan langsung mencegat bintang-bintang Shisi.
"Aku sepertinya kenal ilmu ini. Yah, tak salah lagi. Ini ilmu Ayu Sekar," ujar Candrasa.
Sosok yang menghalangi serangan Shisi memang Ayu. Setelah melontarkan energi, Ayu langsung menyerang Shisi.Akan tetapi, perempuan itu telah lebih dulu menghilang bersama Frank.