JALAN SIMPANG (16)
Di rumah sakit, Pak Soleh dibantu petugas keamanan terpaksa memborgol Rama ke tempat tidur. Seorang dokter lalu menyuntiknya dengan obat penenang. Jin-jin teluh boneka berusaha merasuki Rama. Beruntung Fatur, Naya, Abinar, serta Sisca segera datang dan mengusir mereka.
"Ini tidak bisa dibiarkan, Nar. Pemilik jin-jin itu sangat kejam. Kita harus mencegah jatuhnya korban lain," ujar Sisca.
"Menurutku juga begitu, Sis. Tapi bagaimana dengan Fatur dan Naya, kita sudah berjanji menjaga mereka selama Mi'an belum kembali," balas Abinar.
Saat Abinar dan Sisca berunding, Gus Amar sedang mengamuk di ruang ritualnya. Ia melemparkan boneka, pedupaan, serta berbagai benda lain di meja persembahan sambil tiada henti memaki Fatur, Brigjen Dodo, dan Kolonel Binsar.
"Mereka sudah menginjak-injak kehormatanku. Penghinaan ini harus dibayar dengan nyawa," ucap Gus Amar.
Madruk diam-diam menjauh saat melihat rangkaian huruf dan simbol yang sedang ditulis Gus Amar.
"Memanggil Mharux adalah sebuah kebodohan. Amar seharusnya belajar dari kejadian itu," gumam Madruk gelisah.
Sebuah bola api seukuran bola tenis muncul dari kain bermanta di tangan Gus Amar. Madruk kian erat menggengam tangkai obor, sambil memusatkan semua energinya.
"Tak akan kubiarkan Mharux memangsaku tanpa perlawanan," gumam Madruk.
Bola api yang melayang di depan Gus Amar pecah menjadi ribuan titik api, lalu pelan-pelan membentuk wujud manusia. Tak lama kemudian, seorang perempuan cantik telah berdiri di hadapan Gus Amar.
Meski penampakannya sangat menarik, Mharux adalah jin terkuat dan terganas Gus Amar. Jin dari Persia itu terkenal tak pernah mengampuni lawan-lawannya. Selama bersama Gus Amar, belum pernah sekali pun Mharux gagal dalam menjalankan tugas
Seperti umumnya hukum pasar, harga barang bermutu tinggi pasti akan lebih mahal. Hal itu juga berlaku bagi jin-jin pembantu para dukun. Jika Madruk, Cetrus, dan Bareus cuma membutuhkan satu korban persembahan, maka jumlah tumbal Mharux jauh lebih banyak. Selain itu ia juga pemilih.
Madruk masih ingat tragedi mengerikan yang terjadi lima tahun lalu. Saat di mana ia harus kehilangan saudara dan dua teman baiknya di tangan Mharux. Karena itulah, sekarang ia menyiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terulangnya peristiwa memilukan tersebut.
Lima tahun lalu, Mharux menyerang teman-temannya sendiri. Ia mengamuk karena merasa ditipu oleh Gus Amar perihal tumbal. Salah satu pemuda yang dikorbankan ternyata ditukar Gus Amar. Alasannya, si pemuda akan diserahkan ke pejabat yang tertarik dengan ketampanannya.
Untuk menghadapi amukan Mharux, Gus Amar memanggil Madruk, Cetrus, Bareus, dan beberapa jin lain. Akan tetapi, meski terluka, Mharux berhasil menghajar mereka. Amarahnya baru reda setelah Gus Amar bisa memulangkan si pemuda incaran Mharux.
"Berani memanggilku lagi. Nyalimu sungguh besar, Mar," ujar Mharux.
"Tak usah menyindir. Lakukan saja tugasmu, Mha. Soal tumbal, silakan pilih sendiri semaumu," balas Gus Amar.
Mharux tersenyum, lalu menjilati bibirnya. "Saskia. Itu mauku."
Gus Amar tersentak. Bayangan perempuan yang hampir setiap hari disibukkan dengan merawat ratusan kucing liar hadir di benaknya.
"Apa tak ada yang lain, Mha?"
"Tidak, Mar. Dia ..., atau aku akan pergi," jawab Mharux.
"Baik lah, aku setuju. Ambil dia setelah selesai menjalankan tugas," ujar Gus Amar.