Chapter 8 : "Yes, please..."

311 12 2
                                    

"Kenapa, bu? Kenapa Ibu gugup seperti itu?" Tanya Jeremy penasaran, ia berjalan  mendekat pada Ny. Brennan

"Maaf nak, tadi Ivy berpesan pada Ibu. Ia ingin tidur dan tidak mau diganggu oleh siapapun, meskipun itu kau sendiri" terang Ny. Brennan

"Benarkah?" Tanya Jeremy menatap curiga pada Ny. Brennan

"Ya...seperti itu pesannya" kata Ny. Brennan meyakinkannya lagi.

********

"Mpphhh.....mpphhh...."

Ciuman itu mendorong keduanya masuk ke dalam kamar apartemen Nero, sayang jika harus dijeda. Tak sampai disitu, Nero pun mulai melucuti pakaian Ivy dan melemparkannya ke sembarang arah, sementara tangan Ivy tetap melingkar di belakang tengkuk leher Nero.

Keduanya membanting tubuhnya ke atas ranjang, bergumul liar dalam balutan bibir, saling memberi hisapan dengan membuka mulut lebar-lebar. Ivy sendiri sebenarnya beberapa kali hampir kehabisan nafas andai ia tidak mendorong Nero untuk memberinya ruang, Nero terlalu bernafsu sekali.

Hanya sebentar, pagutan itu dijeda karena Nero harus melucuti kaos oblong warna hitamnya tuk kemudian di lanjutkannya lagi, tak butuh waktu lama. Ivy sudah benar-benar bertelanjang, ia lantas menghimpit pahanya agar bagian miss V nya tidak terlihat langsung oleh Nero, mungkin masih malu.

Nero yang masih mengenakan celana boxer nya, tersenyum penuh pesona, Ivy tahu jika Nero memang sengaja tengah menggodanya. Nero merangkak naik ke atas tubuh Ivy sembari mengurai kedua tangan Ivy yang menyilang menutupi payudaranya. Tangan kekar Nero langsung saja meremas salah satunya seperti memijat.

"Kau siap?" Tanya Nero dengan seringai kecilnya. Sementara Ivy menganggukkan kepalanya tanda ia juga siap.

Nero menurunkan sedikit kepalanya, menyambar nipple brown itu dengan hisapan-hisapan intens, hisapan sampai membuat nipple itu tertarik karena kuatnya. Tak lupa, Nero juga memberikan stimulasi menegangkan lewat ujung lidahnya, setelah usai menghisapnya.

"Ahhhh....sshhhh....." Ivy melenguh panjang, ketika Nero terus bermain-main di sekitar payudaranya.

Di 15 detik kemudian, Nampak Nero merogoh kantong celana jeans-nya yang sempat ia pungut dari lantai, mengambil sesuatu dari dalam celananya kemudian menunjukkannya pada Ivy.

"Aku punya 1 kotak kondom, kita bisa bercinta sepanjang hari" kata Nero sembari membuka bungkus kondomnya.

"Jangan gila! Aku bisa mati nanti" kata Ivy.

"Nero..." Panggil Ivy pelan.

"Hmmm..."

"Kau yakin?"

"Kenapa tidak? Don't afraid, baby! Setelah ini, kau akan terus merasa kehausan"

"Maksudmu?"

Nero hanya tersenyum, sarkas sekali ekpresi wajahnya, bahkan menyeringai saja hampir tak tampak karena Ivy terlalu fokus pada bungkus kondom yang dipegang Nero, ia sempat menelan ludah ketika memperhatikan Nero yang mulai menyobek bungkusan kondomnya lalu dipakai untuk menutupi kejantanannya setelah melorotkan sedikit celana boxer nya.

Itu ukuran yang panjang dan sangat besar, monolog Ivy yang terus melotot melihat kejantanan Nero sudah berdiri dengan tegaknya, jika seluruhnya masuk ke mulut Ivy. Apa Ivy tidak akan muntah? Baru membayangkan saja sampai membuat Ivy terus menelan ludah, bagaimana jika Ivy benar-benar diminta mengulumnya?

Setelah beres memakai kondomnya, Nero kembali naik ke tubuh Ivy tuk kemudian membuat kesan erotis dengan memiringkan kepala guna mengunci bibir, tuk kemudian saling menjulurkan lidah, sementara tangan Nero bekerja menyentuh titik sensitif Ivy.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang