Chapter 3 : "How dare you?"

389 32 41
                                    

"Honey? Kau mengejutkanku!" Kata Ivy.

Ivy terhenyak ketika membuka mata mendapati Jeremy sudah duduk di sofa panjangnya. Jeremy duduk dengan menyilangkan kaki dan kini tengah tersenyum manis pada menatap Ivy.

 Jeremy duduk dengan menyilangkan kaki dan kini tengah tersenyum manis pada menatap Ivy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku menunda keberangkatan ku ke Dublin" katanya.

"What?"

"Kenapa? Kau tidak suka mendengarnya?" Tanya Jeremy.

"Aku tidak bilang begitu!" Ketus Ivy.

"Sepertinya kau menyesali pernyataanku" kata Jeremy.

Ivy termangu, tak ada kata yang bisa dijadikannya sebagai pembelaan diri. Jeremy memang selalu bisa membaca jalan pikiran Ivy, atau Ivy yang memang mudah diterka oleh Jeremy.

Jika sudah seperti ini, artinya Jeremy sedang merasa kesal. Bisa terlihat ketika ia tersenyum atau berbincang dengan lawan bicara. Senyum manis Jeremy tidak benar-benar hangat, senyum itu seperti belati yang tajam.

Mungkin soal semalam, Ivy sudah berjanji untuk tidak mabuk, bukan? Dan soal Axel, ya! Jeremy tidak menyukai Axel. Sebenarnya Ivy sudah lebih dulu menyadari jika tindakan Jeremy akan sejauh ini, ah tapi tidak apa-apa. Karena Axel masih hidup dan baik-baik saja, itu yang dikatakan Axel semalam setelah beberapa jam kemudian Ivy sempat menghubungi nya.

"Kau bisa ikut aku ke Dublin, aku akan ambil penerbangan lebih awal" kata Jeremy ketika melihat Ivy turun dari ranjangnya dan berniat masuk ke kamar mandi.

Ivy menoleh "I can't" singkatnya lalu masuk ke kamar mandi, menutup pintu dengan membantingnya.

📱 "Aku ingin kau lakukan sesuatu untukku"

Jeremy menghubungi seseorang di ponselnya, obrolan yang hanya berlangsung 10 detik itu lantas menuntunnya untuk bergegas keluar dari kamar Ivy dan pergi.

Seperginya Jeremy, pintu kamar mandi dibuka kembali oleh Ivy. Ia lantas berjalan cepat menuju balkon kamarnya tuk memastikan jika Jeremy memang benar-benar pergi dari rumahnya.

"Oh My God!" Ivy terkesiap ketika mendapati 2 orang asisten sudah berdiri tepat di belakangnya.

"Tidak perlu masuk ke kamarku!" Kesal Ivy.

"GET OUT OF MY ROOM!" tekannya.

Kedua asisiten bertubuh bongsor itu kemudian keluar dari kamar Ivy dan berjaga di depan pintu, ini yang tidak disukai Ivy dari Jeremy. Terkadang Jeremy bisa menjadi sosok malaikat tak bersayap dan dalam sekejap Jeremy juga bisa menjadi malaikat penyabut nyawa untuk Ivy.

Berlebihan, itu yang membuat Ivy selalu merasa seperti tertekan. Ivy merasa jika semua orang hanya menganggapnya boneka yang harus menurut pada pemiliknya.

********

"Ivy..."

"Tidak sekarang ayah, aku buru-buru" kata Ivy yang memng terlihat buru-buru menuruni anak tangga.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang