Chapter 26 : "What kind of death do you want?"

71 7 0
                                    

Petir bergemuruh riuh di atas galaxy berlapis awan pekat, mungkin hujan akan segera turun. Langit sudah menghitam, semilir angin kencang tak juga menyapu awan gelap itu agar tak terjadi rintikan .

Sepasang ini masih terlihat bersitegang dengan yang dipertahankan dan yang mempertahankan, dilepas ingin berharap pergi, melepas tak ingin kembali berharap.

Hingga pada akhirnya, sang wanita memutuskan untuk pergi setelah mendapatkan Taxi yang sempat ia paksa berhenti di tengah jalan, sementara sang pria yang terus mencoba untuk menahan tak juga menjadi upaya yang melegakan nya.

Nero pria yang sudah putus asa itu, lantas menangis sejadi-jadinya, kenapa ia begitu kehilangan? Padahal ia sering bersikap sesuka hatinya pada wanita manapun yang ingin dijadikan mainannya. Kali ini berbeda, Nero sudah seperti kehilangan separuh hidupnya. Ivy terlalu berarti baginya.

"IVY!!!" Nero terus teriak-teriak di jalanan, tak lama hujan deras pun turun disertai petir yang saling bersahut-sahutan.

"IVY!!!" teriak Nero lagi.

"NERO! AYO PULANG!" panggil Ronan, ia berlarian menghampiri Nero yang kini tengah bersimpuh di genangan air, mungkin itu genangan yang berasal dari saluran air yang tersumbat.

"BAJINGAN KAU RONAN!!! INI SEMUA KARENA MU! ANDAI KAU TAK BANYAK BICARA! MUNGKIN IVY TIDAK AKAN PERGI MENINGGALKAN KU!" Nero bangkit kemudian berjalan menghampiri Ronan lalu mencekik lehernya.

"Maafkan aku, maaf! Aku terpaksa harus melakukan ini, kita semua bisa mati di tangan Jeremy" Ronan hanya bisa pasrah menerima luapan amarah Nero.

"APA PEDULI MU! APA?!" bentak Nero.

"MENJAUHLAH UNTUK MENJAGA! AKU BENCI KONSEP ITU! SEPERTI PERUMPAMAAN KLASIK TENTANG MATAHARI YANG MENCINTAI BUMI DENGAN JARAKNYA! TERDENGAR TEGAR DAN DEWASA MEMANG! TAPI TETAP SAJA MENYEDIHKAN!" Teriak Nero menambahkan kalimat kekesalannya.

"Ya! Aku memang tidak sepintar dewan, tapi aku tidak sebodoh binatang! Aku hanya punya hati berperikemanusiaan!" Balas Ronan seraya mendorong Nero hingga cekikan di lehernya mengurai. Ronan lantas pergi meninggalkan Nero begitu saja.

Nero yang ditinggal Ronan justru semakin berteriak histeris, ia terus menangisi kekesalannya sendiri. Rasanya dongkol menghadapi pelik yang tak kunjung menemukan titik temu. Ditambah ia harus ditinggalkan separuh hatinya ketika keinginannya untuk melindungi tak menjadi dambaannya.

********

"Ivy?" Sang Ayah terkejut ketika mendapati putrinya tiba-tiba saja muncul di hadapannya.

Ivy berdiri di depan pintu, menangis memandangi Ayahnya yang juga terharu menatapnya. Kontak mata itu lekas terputus ketika Ivy menghamburkan diri menghampiri sang Ayah dan memeluknya erat.

"Ayah" pelukan erat sang putri, rupanya mampu membuat pria paruh baya ini terenyuh.

Rasanya sudah lama sekali ia tidak memeluk putrinya yang kini sudah beranjak dewasa, sang Ayah sampai tidak ingat kapan terakhir kalinya. Tangisan Ivy seperti ingin menunjukkan keluh kesahnya selama ini. Amarah yang tertahan untuk putrinya pun seketika lenyap seiring pelukan itu semakin erat.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Ayahnya, sementara Ivy menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ayah, aku minta maaf" kata Ivy, sang Ayah mengangguk-anggukkan kepalanya. Matanya sudah terlihat berkaca-kaca mendengar ketulusan putrinya yang meminta maaf.

"Ayah juga minta maaf" kata sang Ayah.

"Bajumu basah, cepat ganti bajumu..nanti kau bisa sakit" pelukan itu melonggar, sang Ayah mencengkram kecil pundak putrinya yang masih saja menangis sesenggukan.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang