Next Day, 8.45 AM
📱 "Kau ada dimana sekarang?"
📱 "Aku dirumah"
📱 "I'm sorry about last night , are you okay?"
📱 "Ya, I'm okay"
📱 "Bagaimana dengan lukanya? Aku sudah terlalu kasar padamu"
📱 "Sudah membaik"
📱 "Aku sudah di Dublin sekarang"
📱 "Yes, i know"
📱 "Kau masih marah padaku?"
📱 " No"
📱 "Jangan bohong"
📱 "JADI APA MAUMU?"
📱 "Kau masih marah rupanya"
📱 "Sudahlah, aku ingin tidur sekarang!"
📱 "Oke...aku tidak akan menggangu tidur ratu cantikku"
TUT....TUT....TUT.....
Ivy membanting ponselnya ke atas ranjang karena kesal, menutup panggilannya sepihak tanpa perlu mebuat pembicaraan omong kosong lagi. Tak perlu kawatir, disana Jeremy tentu akan tersenyum menanggapinya.
"Hei Ivy!" sapa Sidh yang tiba-tiba masuk.
"Untuk apa datang?" Bicaranya ketus.
"Hei, kenapa marah? Aku hanya ingin melihat dan memastikanmu baik-baik saja" kata Sidh, ia tampak cuek meski Ivy bersikap dingin padanya.
Bahkan Sidh dengan santainya naik ke atas ranjang dan segera memeluk sahabatnya yang sedang memasang wajah cemberut. Seharusnya Ivy tidak bersikap seperti itu pada Sidh, memang sahabatnya ini bisa apa? Melawan belasan bodyguard berbadan seperti hulk itu? Mana mungkin Sidh ataupun rekannya yang lain bisa melakukannya.
Masih dibiarkan bebas saja, sudah cukup membuat mereka bernafas dengan lega. Memang bukan porsinya jika meminta Theo, Andrew ataupun Cole melawan Edgar dan Jeremy, tentu saja mereka akan kalah jumlah dan tenaga. Yang berkuasa tidak akan bisa berdiri diatas yang paling berkuasa diantara kekuasaannya, seperti Jeremy. Si paling tinggi pemilik kekuasaan.
"Kenapa kau datang?" Tanya Ivy kesal "Apa kau cuti lagi?" Sambung Ivy.
"Ya, seperti itu..kau sendiri? Apa sekarang kau resign?" Sidh yang penasaran lantas mengurai pelukannya, merubah posisi duduknya menjadi saling berhadapan.
"Aku masih ingin bekerja" menghela nafas panjang "Kenapa kakak pencabut nyawa itu, masih betah di rumah?" Bicaranya kesal.
"Hei, meskipun dia seperti malaikat penyabut nyawa, tapi dia bigboy yang tampan" celetukan Sidh sontak membuat Ivy menoleh padanya.
"Ahh..aku lupa, jika kau wanita gila yang paling gila karena menyukainya" kata Ivy remeh.
"Hei, kapan lagi? kau bisa berkesempatan memiliki kakak ipar dari sahabat mu" kata Sidh menggoda Ivy.
"Dasar gila!" Ivy mendorong lengan Sidh.
"Hei, jangan bicarakan bigboy itu lagi, aku sungguh tidak tahan dengan tubuh kekarnya. Apa aku boleh tidur dengannya?" Kata Sidh.
"Tanyakan saja sendiri padanya, dasar jalang" Kata Ivy yang sontak membuat Sidh tertawa.
"Bagaimana denganmu? Kau tidur dengan Nero, bukan?" Tuding Sidh.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNHOLY
Romansa⚠️ WARNING ⚠️ 📌TERDAPAT BANYAK AKTIVITAS 21+ & KATA-KATA KASAR(dirty talk) 📌MENGANDUNG UNSUR TRAUMATIS, TIDAK UNTUK DI TIRU! 📌PENEMPATAN KARAKTER HANYA SEBATAS PERAN, TIDAK MENGAMBIL INFO ATAU FAKTA DARI PIHAK TERKAIT. 📌 BIJAKLAH DALAM MEMBACA...