Chapter 16 : "You want to make love?"

151 8 1
                                    

"Jangan melukaiku" kata Ivy memohon, ia baru ingat jika luka di kemaluannya memang belum sembuh.

"Tidak akan, aku tidak akan melukaimu" kata Nero menenangkan.

Nero mengangkat tubuh Ivy ke badan ranjang, diiringi dengan cumbuan yang terlampau menggairahkan, dua tangan Ivy masih melingkar di tengkuk leher Nero agar posisinya tidak bergeser.

"Pejamkan matamu, jika ini membuatmu kesakitan maka berteriak lah, cakar aku!" Kata Nero sesaat setelah menyudahi cumbuannya sepihak.

"Kau yakin?" Nero mengangguk.

"Kau akan kesakitan nanti" kata Ivy seraya memberikan usapan lembut di wajah Nero.

"Aku tidak pernah tahu, seperti apa rasa sakit itu" kata Nero.

"Eummm...mungkin seperti ini" Kata Ivy, ia mencengkram rahang Nero tuk kemudian dilumat habis bibirnya yang memerah karena Ivy beberapa kali mengigit nya.

Nakal sekali Ivy, pikir Nero. Ia hampir dibuat gila karena kefasihan nya bercinta, keadaan membuatnya cepat belajar dan mengerti bagaimana cara memuaskan pasangannya.

Tak peduli seberapa besar masalah yang sedang di hadapinya, Ivy seperti sudah terbiasa dan ia memang harus di tuntut untuk berwaspada kapan saja, asal kebutuhan hasratnya tidak akan pernah terabaikan.

(2 hour later)

Ting

"Jangan hubungi aku! Jeremy menjadikanmu buronannya, setelah ini hapus pesanku! Gantilah nomer baru, pergilah sejauh yang kau bisa!"

"Siapa?" Ivy merangkul Nero dari belakang, punggung yang masih terekspos itu terus saja diciuminya.

"Ronan" jawabnya singkat.

"Ronan? Apa yang dia katakan?"

"Dia meminta kita pergi dari sini" kata Nero.

"What? Apa Jeremy tahu keberadaan kita?" Ivy menyadarkan kepalanya diantara perpotongan leher Nero sambil memeluk melingkari pinggangnya.

"Sepertinya tidak"

"Jika tidak, untuk apa kita pergi dari sini?"

"Kita perlu berjaga-jaga"

Ivy mendengus dingin, sedikit membuatnya geram ketika kembali mendengar lagi-lagi kuasanya Jeremy yang bisa dengan mudahnya mendapatkan apapun yang diinginkannya.

Meskipun bersembunyi dalam lubang semut sekalipun, Jeremy akan diam dalam semua hal yang ia tahu. Mengelabui orang-orang yang berbuat salah dimatanya hanya dengan tersenyum penuh dengan kepolosannya.

"Tempat ini saja, sudah jauh dari kota, kemana lagi kita harus pergi mencari tempat?" Ivy mulai kesal, tak lama ia mengudarkan pelukannya menarik selimut guna membungkus tubuhnya yang polos.

"Bagaimana, jika menyebrangi lautan?" Nero menolehkan kepalanya kebelakang, menatap wanitanya yang terlihat cemberut. Hingga membuat senyum di wajah Nero terukir dengan menawan.

"Aku rasa tidak perlu" kata Ivy.

"Kenapa tidak kita hadapi saja dia" sambung Ivy.

"Maksudmu? Kau ingin menyerahkan diri pada Jeremy" tanya Nero, tak disangka Ivy menganggukkan kepalanya. Sontak perubahan di wajah Nero begitu kentara, ia terlihat kesal.

"Jika seperti itu, untuk apa aku harus repot-repot melarikan diri sampai ke tempat ini!" Nero lantas bangkit dari ranjangnya, namun Ivy lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

"Kenapa marah? Aku tidak bilang sendirian, tapi kita" ralat Ivy.

"Kenapa kita tidak kembali dan menghadapi ini?" Kata Ivy.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang