Chapter 29 : "Ouchh! I can't longer hold it in!"

178 8 0
                                    

"Nona Ivy tidak ada di toilet, Bos!" Pekik salah satu asistennya yang baru saja keluar mengecek toilet wanita.

"Sial!" Geram Jeremy.

"Cari Ivy sampai ketemu! Jika kalian tidak berhasil! Aku ingin kepala kalian sebagai penggantinya!" Kata Jeremy menekankan ucapannya.

"Baik, Bos!" Mereka segera berhamburan menuju mobil masing-masing, tuk kemudian bergegas pergi meninggalkan Jeremy yang nampak kesal.

Terlihat dari caranya berdiri dengan sangat gelisah, beberapa kali meraup kasar wajahnya karena kesal mendengar wanitanya yang tak juga jera dengan pelariannya. Harus dengan cara apa lagi untuk ia bisa menahan Ivy selamanya, mungkin sampai dirinya sendiri mati.

********

"Ronan!" Ivy berlari menghampiri Ronan yang bersandar di badan mobilnya, Ivy lantas memeluk Ronan dengan sangat erat. Tak mau kehilangan kesempatan, Ronan pun membalas pelukan itu tak kalah eratnya.

"Are you okay?" Tanya Ronan setelah melonggarkan pelukannya, pertanyaan itu disambut Ivy dengan anggukan kepalanya.

"Dimana Nero? Aku, aku sangat merindukannya" Pandangan Ivy berkeliling mencari keberadaan Nero, padahal ekspresi pria di hadapannya mendadak murung.

"Nero..."

"Iya, dimana Nero?"

"Masuklah" Ronan meminta Ivy untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Tak ingin membuang waktu, Ivy bergegas masuk ke dalam mobil tanpa ingin bertanya apapun pada Ronan.

"Bawa dia pergi, biar Jeremy jadi urusanku" kata Sidh yang berjalan perlahan-lahan mendekati Ronan.

"Kau yakin?" Sidh mengangguk.

"Kau bisa celaka, nanti" kata Ronan.

"Tidak akan! sudah, jangan pikirkan aku. Cepat! Bawa Ivy pergi!" Ronan mengangguk paham.

"Hei..." Panggil Sidh yang seketika menahan tangan Ronan di kenop pintu mobil. Ronan kembali menoleh kebelakang.

"Ingatkan Nero, untuk menjaga Ivy dengan baik dan Jangan pernah menyakitinya" kata Sidh.

"Hmmm, i know" Ronan tersenyum.

"Hei..." Ronan menoleh lagi.

"Ahh..sudahlah! Cepat pergi!" Perintah Sidh.

"Oke, aku pergi sekarang" Sidh mengangguk menyetujuinya.

Ronan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Sidh yang masih senantiasa memandangi jalanan yang di laluinya, mungkin Sidh sedang berpikir. Bagaimana setelah ini? Bagaimana Sidh akan menghadapi Jeremy, yang padahal ia tidak tahu apa yang harus di katakan nya setelah bertemu dengan Jeremy nanti.

Sidh hanya iba, Sidh hanya tidak tega dengan sahabatnya yang sudah dianggap lebih seperti saudara kandungnya sendiri. Sidh menyadari akan keterbatasan yang memang dialami Ivy, Sidh memahami bagaimana tertekannya Ivy di bawah aturan gila keluarganya.

Mungkin itu bukan aturan gila, melainkan aturan yang memang di terapkan untuk kebaikannya. Kebaikan Ivy yang hanya diminta untuk selalu menjaga kehormatannya sebagai seorang wanita, menjaga martabatnya sebagai seorang wanita pujaan sang sultan yang banyak dikagumi banyak orang.

Sayangnya, tidak semua aturan dinilai positif. Tidak semua aturan baik itu dianggap sebagai hal yang berguna, justru kebanyakan orang akan menganggap semua aturan baik itu adalah pemikiran yang konservatif. Ya, itulah manusia.

********

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Ronan, ia mulai menyetir dengan kecepatan sedang.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang