Chapter 30 : "I LOVE YOU"

200 10 4
                                    

2 Jam berlalu, gantian Nero yang kini tidak bisa tidur. Padahal pergumulan yang berlangsung selama beberapa jam sebelumnya, sungguh membuatnya kepayahan.

Nero berbaring sambil memeluk Ivy, merenung, memandangi iras cantik wanitanya yang kini lelap dalam tidurnya. Usapan telaten jemari Nero terus menyisir rona merahnya, "Cantik sekali dia" monolog Nero dibalik senyum manisnya.

Kenapa ia harus ditakdirkan mencintai wanita seperti Ivy? Kenapa ia harus menggila dengan wanita yang jelas-jelas bukan miliknya? Ivy milik Jeremy dan Nero sudah merebutnya dengan paksa, Nero bahkan rela mengorbankan dirinya, mengorbankan semua orang-orang terdekatnya hanya untuk bisa memiliki Ivy.

Apa Nero egois? Mungkin tidak! Toh Ivy juga menginginkan Nero menjadi miliknya, entah kenapa Nero bisa tergila-gila dengan wanita yang dulu sempat dibencinya.

Oh tidak, bukan dibenci, melainkan tak acuh karena pandangan pertama yang ternyata membuatnya gundah setelah mengetahui jika wanita yang dijumpainya adalah milik Jeremy si pria yang sedari dulu selalu menjadi rivalnya.

Mungkin kali ini Nero tidak ingin mengalah, Jeremy yang harus bergantian melapangkan diri dengan memberikan apa yang menjadi kesayangannya dimiliki orang lain seperti Nero.

Ya..mungkin seperti itu anggapan Nero dan bukan berarti setelah mendapatkan Ivy ia lantas meninggalkannya begitu saja, awalnya memang sempat terpikir seperti itu. Namun, entah kenapa kelicikan itu berubah menjadi cinta yang terus merekah di setiap harinya.

**********

Next Day, 7.45 AM

"Kalian sudah siap?" Tanya Albert, ia sudah lebih dulu bersiap. Semalaman Albert dan Ronan bahkan tidak bisa tidur, mereka perlu berwaspada. Khawatir jika tiba-tiba para antek Jeremy datang dan menyerang disaat mereka tidur terlelap.

"Ya, kami siap" jawab Ivy, sementara Nero terlihat sibuk dengan tas ranselnya.

"Kau membawa senjata?" tanya Ivy pada Nero dengan wajah cemasnya.

"Ya, untuk berjaga-jaga. Kau tahu betapa banyaknya antek Jeremy" satu tangan Nero mengulur ke kepala belakang Ivy, mengusapnya dengan telaten sebelum turun ke tengkuk leher kemudian menarik dan melumat bibir mungil Ivy yang menganga.

"Aku takut..." ucapnya lirih setelah Nero menyudahi ciumannya.

"Tidak perlu takut, ada aku di sini" Nero lantas memeluk tubuh wanitanya yang terlihat menundukkan wajahnya.

"Peluk aku dengan erat, Nero! Please..." Nero tersenyum lebar kemudian semakin mengeratkan pelukannya.

"I love you" lirih Ivy

"I love you too" jawab Nero dengan tegasnya.

DORR! 

Sekejap Ivy memejamkan matanya setelah letusan selongsong memekakkan telinganya, tubuh kekar yang merengkuh tubuhnya perlahan-lahan melonggar.

Ivy membuka matanya dan mendapati Nero tengah tersenyum lebar padanya, tapi kenapa raut wajahnya tidak seperti menampakkan senyum yang tulus. Hingga Ivy merasakan kejanggalan dari telapak tangannya yang ia angkat ke udara.

"No! No Nero, No!" Ivy menggeleng-gelengkan kepalanya karena terkejut ketika melihat telapak tangannya sudah penuh dengan darah yang berasal dari tubuh bagian belakang Nero.

Tubuh Nero merosot ke lantai, Ivy pun sampai ikut terjatuh karena harus menopang tubuh besar Nero.

"Nero!" Ivy sampai gelagapan bicara karena melihat tubuh belakang Nero sudah penuh dengan darah.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang