Chapter 20 : "I missing him!"

120 8 3
                                    

"Ayo pakai!" Perintah Jeremy.

Sejak kemarin Ivy terus menolak makan, wajah cantiknya sampai terlihat sangat pucat, pupilnya mengendur dan memerah karena terus menangis dalam diamnya.

Selain geram hingga memalingkan wajah, Ivy tengah berusaha menahan air matanya agar tidak terus-menerus jatuh membasahi pipinya. Wajahnya terasa lembab dan dingin, menoleh menatap Jeremy rasanya begitu memuakkan.

"Ada apa? Kenapa menangis?" Jeremy memiringkan kepalanya, tangannya mehimpit kedua kaki Ivy .

"Ayo, cepat ganti bajumu! Kita akan pergi makan malam" Jeremy mencondongkan wajahnya ke wajah Ivy, menyentuh dagunya agar menoleh menatapnya.

"Kau harus makan, jadi. Cepat bersiaplah" Jeremy menarik dagu Ivy mendekat, lalu melumat bibir yang basah itu dengan penuh kelembutan.

Pada akhirnya, Ivy pun menurut. Setelah ciuman itu disudahi, Ivy bergegas turun dari ranjang kemudian berjalan menuju kamar mandinya, tak ada jawaban yang menunjukkan jika Ivy memang mau menuruti perintah Jeremy.

Mungkin lebih baik ia mengiyakan permintaan Jeremy, daripada harus berujung sakit seperti kemarin. Dimana Jeremy menggagahinya dengan sangat kasar, dengan sekuat tenaganya meminta tolong, tak menjadi kemudahan untuk Ivy bisa melepaskan diri.

Karena ternyata, dirumahnya memang tidak ada siapa-siapa. Ibu dan Ayahnya pergi entah kemana, sedangkan Edgar? Jangan ditanya, kemanapun Edgar akan selalu terlihat berdampingan dengan Sidh, mungkin dia juga sedang bercinta kemarin.

Saat Ivy masuk ke kamar mandi, rupanya Jeremy mengikutinya dari belakang. Ivy hampir tidak menyadarinya, tubuhnya sudah bertelanjang. Ivy pikir membasahinya sebentar, akan mengurangi ketegangan otot-otot nya yang kaku.

Namun, tidak begitu rencananya. Jeremy bergerak memutar tubuh bertelanjang itu menghadapnya, Ivy terkesiap ketika menyadari Jeremy sudah berdiri dibelakangnya sambil tersenyum tipis.

"Kau mengejutkan ku!" Kata Ivy, tangannya bersandar di kedua pundak Jeremy, menahannya agar tidak semakin mendekatinya.

"Biar aku saja" kata Jeremy.

"What?"

"Biar aku yang memakaikan gaunnya"

"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri" tolak Ivy.

Jeremy bersikukuh dengan keinginannya, ia lantas menjauhkan dirinya dari Ivy berniat mengambil gaun yang masih ada di dalam paper bag.

"Aku bisa memakainya sendiri" kata Ivy gugup. Netranya penuh curiga menatap Jeremy dan paper bag itu bergantian.

"Aku...aku perlu mandi sebentar, jadi...jadi kau bisa menungguku di luar" kata Ivy, bicaranya terputus-putus karena gugup.

Ivy menaruh curiga menatap Jeremy, senyum yang selalu menghiasi wajahnya tidak semanis yang terlihat, seyum Jeremy banyak tersimpan misteri atau plot twist yang harus di terka-terka.

"Kalau begitu, ayo kita mandi saja" kata Jeremy.

"Tidak! kita harus makan malam, bukan?" Kata Ivy beralasan.

"Makan malam bisa kita lakukan setelah mandi, aku bisa memesan tempat khusus untuk kita berdua nanti"

"Tapi, Restauran bisa saja tutup karena kita terlambat datang"

"Aku akan membeli jam kerja mereka, hingga kita datang ke Restauran itu untuk makan malam" ujar Jeremy yang seketika membuat Ivy tak berkutik.

Jeremy berjalan mendekati Ivy, mendorongnya hingga tubuhnya merapat ke dinding. Dengan cepat Jeremy menahannya, menaikkan kedua tangan Ivy ke atas kepalanya dan menguncinya dengan tangannya yang kekar.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang