Chapter 23 : "I'm lost Ivy again!"

94 9 2
                                    

Mereka saling melempar pandang, saling melempar pertanyaan dalam diam. Kenapa Jeremy bertanya tentang Ivy? Bukankah dia sendiri yang sudah memerintahkan asistennya datang menjemput Ivy?

"Dengar, barusan ada beberapa orang berpakaian sama seperti asisten-asisten mu itu datang menjemput Ivy!" Terang Bella sambil menunjuk ke arah asisten Jeremy.

"Iya benar! Mereka mengaku jika mereka asistenmu" sambung Cole.

"Kami...kami sudah menahannya, tapi karena mereka mengatakan jika mereka asistenmu! Jadi kami membiarkan mereka membawa Ivy pergi" imbuh Andrew.

"Kalian ceroboh!" Tegas Jeremy.

Tanpa berkata apa-apa, Jeremy pun berdiri dari tempat duduknya dan pergi begitu saja. Mereka menghela nafas panjang ketika mengetahui Jeremy pada akhirnya membiarkan mereka tetap bebas, mereka pikir begitu.

Tapi kenyataannya begitu mengejutkan mereka, beberapa pria bertubuh besar datang menghampiri mereka masing-masing.

"Hei! Kalian mau apa?" Berontak Andrew, ketika satu pria bertubuh besar itu menahan tangannya di balik tubuhnya.

"Mau kalian bawa kemana kami?" Ujar Theo, yang juga berontak.

"Hei! Kenapa aku juga?" Kata Bella yang juga ikut dibawa pria bertubuh besar itu.

"DIAM KALIAN!" Bentak salah satu pria bertubuh besar tersebut.

Bak sebuah penggerebekan di sebuah klub malam, Bella, Cole, Andrew dan Theo digiring keluar dari klub dengan posisi tangan terbelenggu ke belakang.

Mereka tak memiliki cukup kekuatan untuk melawan, karena memang kalah jumlah dan tenaga. Asisten Jeremy bukanlah orang-orang sembarangan, mereka sudah seperti belati yang menyatu dengan kompangnya.

Mungkin untuk melawan mereka, sangat diperlukan teknik khusus atau keahlian dalam bela diri, karena jika hanya mengandalkan senjata namun tidak bisa berkelahi, maka hanya akan jadi percuma, begitupun sebaliknya.

********

Di ujung lorong yang gelap, terdapat sekat pemisah ruangan bercahaya dan ruangan yang redup. Dua orang pria keluar dari ruangan bercahaya sambil menyeret seorang pria yang lain.

Pria itu diseret  dan dibawa ke ruangan yang redup tuk kemudian diserahkan kepada rekannya yang sudah menunggu di depan pintu.

Pria itu menyambut rekannya, ia kemudian  mengikat tubuh pria yang diseret tersebut dengan kuat dan menyumpal mulutnya menggunakan kain kotor.

Setelah pria yang diseret itu masuk ke dalam ruangan redup, satu orang yang lain bergerak cepat merobek pakaian yang dikenakannya.

Sebatang besi menyala langsung dilekatkan ke dada bagian depan, dada bagian belakang, kedua tangan, serta di leher dan tengkuk. Desis dan bau daging terbakar menyusup ke seluruh ruangan.

Pria yang disiksa itu tentu tidak bisa berteriak dan berkelejatan menahan rasa sakit karena mulutnya telah disumpal dan tubuhnya telah diikat kuat-kuat dengan tali khusus.

"Yang berikutnya!" Kata pria tersebut, setelah menendang pria yang disiksanya ke lantai.

Lalu, dengan cara serampangan, seorang pria yang wajahnya mirip hantu itu berkata..

"Kalian mempunyai hak untuk menentukan hukuman kalian sendiri" ujar pria tersebut.

"Hukum gantung, tembak di tempat, atau potong leher" sambung pria tersebut.

"Tidak! Tidak! Kami tidak ingin mati! Tolong! Ampuni kami!" Mereka beranggapan tidak melakukan kesalahan besar, kenapa harus menerima hukuman mati?

"Jika pilihan sebelumnya membuat kalian ngeri, ada 1 hukuman yang paling enak dilihat. Apa ada yang tahu?" Mereka menggeleng ribut, tubuh mereka gemetaran karena ketakutan.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang