Chapter 2 : "Control Freak"

436 31 17
                                    

Sudah 2 hari Ivy tidak bertemu dengan Jeremy, padahal besok pria bermata sipit itu harus kembali ke Dublin, Seharusnya selama kepulangan Jeremy. Ivy tidak akan absen seperti ini, bahkan Ivy sering cuti dari pekerjaannya demi Jeremy.

lama Ivy terduduk di beranda kamarnya sembari menimang-nimang botol kaca berukuran 30 ml di kedua genggaman tangannya. Botol yang beberapa hari lalu ia dapat dari Theo sahabatnya. Kenapa nyalinya menciut? Kemana rasa penasarannya kemarin?

Keputusan konyol ini membuat Ivy bimbang, Jeremy kekasihnya adalah pria terhormat. Mana mungkin ia menjebaknya demi sebuah hasrat, khawatir saja. Jika Jeremy akan terus membenci Ivy setelahnya.

"Ivy"

"Ibu?"

Ivy panik melihat Ibunya sudah berdiri di depan pintu dan berjalan ke arahnya, tangannya bergerak cepat menyembunyikan botol kaca itu ke dalam saku outer kimono tidurnya.

"Hari ini kau libur?" Tanya Ny. Brennan, ia duduk di sisi ranjang sembari meletakkan tangan di atas pangkuannya.

Sebelum Ivy menjawab "Apa yang kau bawa?" Tanyanya yang melirik kearah tangan Ivy.

"Aku tidak membawa apa-apa" ungkapnya seraya menunjukkan telapak tangannya ke sang Ibu, setelah menyelipkan botol cairan itu ke dalam saku outer kimono nya.

"Kau membawa sesuatu di tanganmu!"

"No! I don't carry anything in my hands!" Kilahnya melawan sang Ibu.

"Apa itu alkohol?" desak Ny. Brennan

"Kenapa Ibu tidak percaya padaku?"

"Ibu akan percaya jika kau menunjukkan apa yang baru saja kau sembunyikan di sakumu!" gertak Ny. Brennan

"Ibu sudah cukup lelah menghadapimu, Ivy! Kau terus saja pulang dalam keadaan mabuk!"

"Bagaimana jika teman-teman priamu di luar sana bertindak di luar batas dengan meniduri mu?"

"Bagaimana jika mereka hanya ingin bersenang-senang dengan memanfaatkan mu?"

"Apa kau tidak pernah berpikir seperti itu?"

"Apa yang kemudian akan dikatakan Jeremy? Apa kau berpikir..ia tetap menerimamu?"

"Aku harus bersiap, sudah terlambat!" Kata Ivy mengalihkan pembicaraan dan berlalu meninggalkan sang Ibu begitu saja.

"Ivy! Ibu belum selesai bicara!"

"Ibu tahu! Semua gadis seusiamu, tentu ingin merasakan sex!"

"Relationship, melakukan sex, berkomitmen atau hanya sekedar have fun"

"JIKA IBU MENGERTI? KENAPA IBU TERUS MEMBAHASNYA?" Seru Ivy dengan meninggikan suaranya.

Langkah yang hampir memijak lantai kamar mandi itu tertahan di depan pintu, Ivy menolehkan kepala dengan hentakan ketidak terimaanya.

"Kau berubah Ivy" kata Ny. Brennan

"Tidak ada yang berubah dariku" lugasnya.

"Sudahlah, aku tidak mau berdebat pagi-pagi" membanting pintu kamar mandi.

Ny. Brennan hanya bisa menarik nafas dalam-dalam setelah lelah bersuara, ini situasi yang selalu di alaminya ketika harus berdebat dengan keegoisan Ivy. Mungkin ada yang salah dengan caranya mendidik putri bungsunya.

Solandis Ivy memang bukan putri tunggal di rumah ini, ia memiliki kakak laki-laki bernama Edgar Dale yang tinggal di Berlin, Jerman. Ia seorang Head of Legal yang bertugas membuat perizinan legal setiap perusahaan-perusahaan besar.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang