Chapter 01

2.5K 277 4
                                    

Usai memahami dengan baik semua ingatan milik Ahn Ji-(Name) yang telah diberikan kepadanya, kini (Name) pun tengah berada diluar rumah dengan tujuan mencari tahu ada dimanakah dirinya sekarang.

Mungkinkah ia mengalami transmigrasi ke kota yang berbeda atau bisa saja dirinya masuk ke dunia fiksi seperti yang ada di novel-novel fantasi.

“Sama, tidak ada yang berbeda.” Ucap (Name) yang sedang berhenti di dekat sebuah minimarket.

“Jadi apaka--” (Name) berhenti berbicara tatkala netra Chartreuse-nya melihat sosok gadis berseragam SMA yang tak asing di mata baru saja masuk ke dalam minimarket yang ada di depannya.

“Itu... Barusan Dayeon bukan?”

“Ey~ tidak mungkin...” Ucapnya kemudian sambil menggeleng-gelengkan kepala merasa bahwa sosok gadis SMA yang baru saja dilihatnya tadi bukanlah sosok yang nyata.

Tetapi tak lama kemudian terlintas sebuah nama dikepalanya yang membuat (Name) sontak terdiam.

SW Corporation

“Jangan bilang...”

Lantas (Name) pun secepat kilat langsung bergegas masuk ke dalam minimarket guna memastikan apakah sosok gadis yang tadi dilihatnya benar adalah Yoo Dayeon yang ia kenal.

Setelah masuk ke dalam (Name) pun benar-benar mendapati sosok Dayeon disana, gadis itu tampak sedang membeli banyak sekali makanan dengan ekspresi wajahnya yang terlihat tertekan dan takut.

(Name) yang melihatnya lantas langsung teringat tentang manhwanya. ‘Yoo Dayeon, dia mengalami pembullyan di sekolahnya.’ Batin (Name) yang kemudian berjalan menuju tempat ice cream.

Selesai memilih ice cream yang diinginkannya (Name) pun beranjak menuju meja kasir dan berdiri di belakang Dayeon yang sedang menunggu belanjaannya selesai dihitung.

“Semua jadi xxxx ribu won.” Ucap sang penjaga kasir pada Dayeon yang membuat gadis itu lantas merogoh tasnya untuk mengambil dompet.

Namun lama dia mencari Dayeon tak kunjung menemukannya membuat (Name) yang sedari memperhatikan Dayeon dari belakang pun lantas bergerak maju ke samping Dayeon.

“Totalkan belanjaan saya dengan dia.” Ucap (Name) sambil menunjuk Dayeon di samping yang lantas menatapnya terkejut.

“Ah t-tidak--”

“Kamu ketinggalan dompetmu kan? Jadi biarkan aku yang membayarnya ya.” Sela (Name) sambil tersenyum manis yang membuat Dayeon yang memang ketinggalan dompetnya pun lantas tak lagi mencoba menolak pertolongan (Name).

Selesai membayar keduanya pun beranjak keluar dari minimarket dan Dayeon pun segera membungkukkan badannya pada (Name). “Terima kasih! Saya benar-benar berterima kasih! Karena anda sudah menolong saya, uang anda pasti akan saya kembalikan nanti.” Ucap Dayeon tulus dan benar-benar merasa sangat tertolong dengan (Name) yang telah membantu membayarkan belanjaannya.

(Name) tersenyum simpul lantas bergerak menuntun Dayeon untuk kembali berdiri tegak. “It's okay, kamu tidak perlu menggantinya.” Tolak (Name) halus seraya matanya memandang Dayeon dengan tatapan gemas dan tangannya yang sedari tadi berusaha ia tahan untuk tidak sampai kelepasan mencubit pipi Dayeon.

‘Dayeon imut banget xixi!’

“T-tapi...” Dayeon ingin menolak sebab merasa tidak enak sudah menyusahkan orang lain tetapi (Name) tentu saja tak membiarkannya.

“Begini saja, dari pada kamu menggantinya dengan uang akan lebih baik kalau kamu mau menggantinya dengan pertemanan. Bagaimana?” Ucap (Name) yang membuat Dayeon sontak terdiam dengan tatapan bingung.

“Pertemanan?”

(Name) mengangguk dengan ekspresi ceria dan tatapan mata penuh harap agar Dayeon mau menerimanya sebagai teman.

Dayeon pun diam memikirkan ajakan pertemanan yang benar-benar tiba-tiba itu.

Melihat keraguan Dayeon (Name) pun dengan cepat memutar otak memikirkan berbagai alasan yang masuk akal agar dapat diterima dengan baik oleh Dayeon.

“Kamu tahu sebenarnya bukan tanpa alasan aku mengajakmu untuk berteman, aku baru pindah ke tempat ini beberapa minggu yang lalu dan belum mendaftarkan diri ke sekolah manapun. Jadi aku merasa sedikit kesepian karena tidak ada teman yang bisa aku ajak mengobrol di tempat ini.” Ucap (Name) dengan ekspresi sendunya yang membuat Dayeon seketika menatapnya iba.

“Baiklah,”

Mendengarnya (Name) pun sontak langsung tersenyum senang dan kemudian meraih kedua tangan Dayeon untuk digenggamnya. “Terima kasih, sekarang kamu adalah teman pertamaku di tempat ini. Ah ya namaku Ahn Ji-(Name) kamu bisa memanggilku (Name)!” Kata (Name) antusias dengan cahaya bling-bling di sekitarnya yang membuat Dayeon hanya bisa tersenyum kaku, melihat gadis di depannya yang sepertinya lebih tua darinya itu bertingkah bak bocah yang kesenangan sehabis dikasih permen lolipop.

“S-saya Dayeon, Yoo Dayeon.”

“Nama yang cantik, seperti orangnya.” Puji (Name) yang membuat sang empunya sontak tersipu malu.

“T-terima kasih tapi apa anda sungguh tidak masalah uang anda--”

No problem dan ngomong-ngomong jangan terlalu formal seperti itu, santai saja okey?” Sela (Name) sambil mengusap surai Dayeon dengan lembut.

“B-baik...”

[]

Setelah pertemuan dengan sosok karakter fiksi yang sering dirinya lihat melalui handphone kini (Name) sudah berada di rumah dan tengah memikirkan apa yang sedang menimpanya sekarang.

“Pertama mati, kedua transmigrasi, ketiga bertemu Dayeon. Maka kesimpulannya aku telah masuk ke dalam manhwa High school Soldier dan menjadi tokoh figuran yang tak pernah ada di dalam ceritanya.”

“Heol daebak! Ini namanya keajaiban setelah kematian yang mengenaskan.” Lanjut (Name) dengan ekspresi bahagianya yang tampak tak memiliki beban sama sekali usai mengatakan kalimat barusan yang terasa begitu dark tuk di dengarkan.

Tapi lagi pula (Name) benar-benar tidak memiliki beban atau pun penyesalan mengenai kehidupan pertamanya, orang yang telah mengangkatnya sebagai anak pun telah mati saat sedang menjalankan misi berbahaya.

Jika ditanya apakah ia sedih? Tentu saja jawabannya (Name) sedih tetapi itu sudah lama berlalu dan telah menjadi masa lalu yang akan tersimpan dihatinya sampai ia mati kelak.

Stop, suasananya jadi suram kalau kau terusin penjelasan tentangku.”

Tapi--

“Sekarang aku lebih baik mendaftarkan diri ke sekolah yang sama dengan salah satu husbuku yang tampan itu.” Ucap (Name) seraya masuk ke dalam kamar dan kemudian duduk di meja belajar dan mulai melakukan sesuatu di laptopnya.

5 menit kemudian urusan pendaftaran sekolahnya pun telah selesai dengan sedikit meretas sistem sekolah demi mendapatkan kelas yang sama dengan si tokoh utama.

“Karena aku baru dekat dengan Dayeon, aku jadi belum bisa untuk menanyakan banyak hal padanya.”

“Tapi firasatku mengatakan kalau manhwanya masih belum di mulai, jadi bisa saja Leejin belum bertemu dengan keluarganya.”

“Yah untuk lebih jelasnya bisa ku pastikan saat masuk sekolah nanti.”

Selesai dengan semua pemikirannya (Name) pun beranjak ke dapur untuk membuat makanan lalu kemudian bersantai dan ketika malam tiba (Name) pun tidur dan bersiap untuk hari esok. 

High School Soldier x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang