Chapter 04

1.6K 241 1
                                    

Sepulang sekolah tampaklah (Name) tengah berjalan bersama dengan dua bersaudara Yoo, entah bagaimana gadis itu bisa berakhir pulang bersama dengan mereka.

Namun (Name) tetap menjaga jarak aman, ia berjalan agak ke belakang untuk memberikan ruang agar kedua bersaudara itu dapat berbicara dengan santai. Bahkan (Name) juga sampai mengenakan headset di kedua telinga agar Leejin merasa bahwa (Name) tak sedang mendengarkan pembicaraan mereka.

Padahal faktanya (Name) sedang tidak mendengarkan musik apapun dan malah tengah menguping pembicaraan kedua bersaudara Yoo tersebut dengan matanya yang fokus ke arah layar handphone.

“Oh? Yoo Dayeon?”

Mendengar nama Dayeon di ucapkan oleh seseorang, (Name) yang tahu akan terjadi sesuatu setelah ini pun seketika diam di tempat dan memikirkan apa yang harus ia lakukan.

Sampai kemudian salah satu dari laki-laki disana mulai mendekati mereka karena merasa terusik dengan tatapan Leejin.

(Name) bergerak cepat menghalangi dengan posisi menghadap ke arah Dayeon dan Leejin. “Dayeon kau pulanglah lebih dulu, biar aku yang mengurus ini.” Ucapnya sambil tersenyum.

“T-tap--”

“Dayeon-ah.” Sela (Name) dengan tatapan matanya yang menyiratkan sesuatu yang dapat dipahami oleh Dayeon.

Selama 6 bulan mengenal (Name) setidaknya Dayeon sedikit menyadari sesuatu mengenai (Name), bagaimana orang-orang yang selalu mengganggunya perlahan mulai berkurang atau pun ketika dia bersama dengan (Name) orang-orang itu pasti akan langsung pergi dan seolah tak melihatnya.

(Name), pasti memiliki sesuatu yang ditakuti oleh orang-orang tersebut. Begitulah pikir Dayeon.

“Baiklah eonnie.”

Setelahnya Dayeon pun mengajak sang kakak pergi meski Leejin awalnya sempat terdiam tak mengerti kala melihat interaksi antara (Name) dengan adiknya.

Namun ini masih terlalu awal untuk Leejin dapat bersimpati atau pun menaruh rasa tertarik kepada (Name) hingga pemuda itupun hanya diam dan pergi bersama dengan Dayeon.

Usai kepergian mereka (Name) pun menghela nafas kasar seraya berbalik badan dengan ekspresi dinginnya yang membuat salah satu siswi yang membully Dayeon pun terkejut melihat kehadirannya.

‘A-apa? J-jadi dia (Name)?! Sial aku tidak tahu karena tadi dia menunduk.’ Batin siswi itu yang kita panggil saja namanya Seohwa.

“Kau mengabaikan peringatanku lagi ya.” Ucap (Name) yang membuat Seohwa semakin berkeringat dingin dan gemetar takut.

Melihat Seohwa yang tampak ketakutan membuat kedua laki-laki yang bersamanya pun lantas mendekati (Name).

“Hei, kau ini siapa?” Tanya salah satu dari keduanya--Beongwan.

“Kenapa Seohwa terlihat takut melihatmu?” --Anseop.

Seohwa yang baru sadar kalau dia sedang bersama kedua teman laki-lakinya pun tampak berhenti takut kepada (Name) karena merasa dia menang jumlah dan kekuatan.

(Name) yang melihat Seohwa kini menyeringai ke arahnya pun hanya berdecih sinis.

“Hei, jawab pertanyaanku. Apa kau tuli?” Kata Beongwan yang berambut kribo sambil memegang pundak (Name) dengan ekspresi sangarnya yang sayangnya tak membuat (Name) takut.

Hey tolong saja, dia ini mantan mata-mata dan sekarang telah menjadi pembunuh bayaran yang sudah banyak sekali melihat hal-hal yang lebih menakutkan dari pada ekspresi mereka yang malah bikin (Name) ingin tertawa saja.

High School Soldier x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang