Chapter 07

1.5K 239 4
                                    

Sepulang sekolah Leejin pun menunggu adiknya untuk pulang bersama namun yang ditunggu tak kunjung muncul hingga murid-murid lain sudah pulang semua.

Mencoba menghubungi namun panggilannya tak juga tersambung membuat Leejin seketika teringat tentang (Name) yang tidak hadir pagi ini di kelas padahal masih teringat jelas di kepala kalau (Name) pergi ke sekolah lebih dulu bersama dengan Dayeon.

Menyadari sesuatu Leejin pun lantas segera pergi dari sekolah dan menuju arah pulang, mencoba mencari tahu lebih dulu apakah adiknya ada di rumah atau tidak.

Skip

Tiba di rumah Leejin pun membuka pintu dan masuk ke dalam rumah lalu dia segera menemukan dua pasang sepatu putih milik dua orang perempuan terletak disana.

‘Mereka... Ada di rumah?’

“...” Terdiam sejenak sebelum kemudian Leejin menyadari adanya bercak darah di kedua pasang sepatu tersebut membuat ia sontak terkejut dan langsung melangkahkan kaki menuju kamar Dayeon.

Membuka pintu kamar sang adik yang untung saja tidak terkunci membuat Dayeon yang di dalam kamar pun terlonjak kaget dan spontan melihat ke arah pintu dimana ada Leejin yang terdiam melihat ke arahnya.

“O-oppa?”

Leejin tak menyahut dan malah memperhatikan pipi kanan Dayeon yang terbalut plester besar dan setelahnya tatapan Leejin pun beralih ke tangan Dayeon yang sedang memegang sebuah kapas bernoda merah yang terarah ke sosok (Name) yang terbaring di atas kasur.

Mendekat perlahan dan Leejin pun melihat kondisi (Name) yang cukup parah dengan tangan kanan yang terluka begitu pun dengan pelipis kirinya dan terlihat di seragam atas (Name) memiliki bercak darah disana.

“Apa... Yang terjadi?”

[]

Usai mengobati (Name) Leejin pun beralih ke Dayeon yang duduk dipinggir kasur satunya dengan tatapan cemas yang terarah kepada (Name).

“Apa masih terasa sakit?” Tanya Leejin sambil menyentuh pipi kanan Dayeon yang terbalut plester.

“Hanya terasa sedikit perih, tapi sudah tidak apa-apa kok.” Jawab Dayeon sambil tersenyum tipis.

“Harusnya kau hati-hati.”

“Jadi tadi, kalian jatuh bersama di tangga saat mencoba menghindari sepeda yang lewat?”

“I-iya... Tapi karena (Name) eonnie memelukku dengan erat jadilah dia yang terluka cukup parah dariku.” Jawab Dayeon tentu saja dengan kebohongan.

“Kalau begini akhirnya, sepertinya lebih baik tertabrak sepeda saja.”

“Hehe...” Dayeon hanya balas cengengesan dengan jemari tangan terkepal gugup di balik tubuh.

“Benar, tak usah ke rumah sakit saja?”

“Iya tidak usah, (Name) eonnie juga bilang dia hanya ingin beristirahat saja sebentar disini dulu sampai pusingnya hilang.”

Leejin pun terdiam sejenak sebelum kemudian menghela nafas dan tersenyum kecil. “Baiklah kalau begitu.” Ucapnya seraya beranjak berdiri dan hendak pergi dari kamar Dayeon.

“Oppa,”

Leejin sontak berhenti melangkah.

“Terima kasih telah mengobati (Name) eonnie dan juga mengkhawatirkanku.” Lanjut Dayeon sambil tersenyum tulus.

Leejin pun hanya balas tersenyum juga sebelum kembali melanjutkan langkahnya keluar kamar yang membuat Dayeon seketika menghela nafas lega.

‘Meski kau tidak mengatakannya tapi Leejin bisa mengetahuinya dengan pasti apa yang telah terjadi pada kita, saat dia mengobati tanganku maka disanalah Leejin tahu bahwa luka yang kuterima ini bukanlah karena kita jatuh dari tangga.’

High School Soldier x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang