'ANDAI SEMESTA DAPAT BERBICARA, DIA AKAN MENCERITAKAN SEMUANYA PADAMU TENTANG BETAPA CINTANYA AKU PADAMU.'
—Gervan—HAPPY READING
✨BEGINILAH keseharian Gervan. Pagi hingga sore bersekolah, menjelang malam hingga larut bekerja di toko roti sebagai karyawan paruh waktu. Sudah dua tahun Gervan bekerja disini. Keadaanlah yang memaksa Gervan—seorang pelajar SMA berusia 17 tahun—bekerja sebulan penuh di tempat tersebut.
Semua ini karna Satya. Pria pemabuk itu bangkrut dari usahanya karna keseringan bermain judi dan mabuk-mabukan. Gervan yang harusnya menerima nafkah dari seorang Ayah, justru Gervanlah yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.
Bunda dan Gio lebih tepatnya. Gervan mana mau menghidupi Satya, Ayah berwatak keras yang tidak tahu belas kasih. Hanya saja, Satya selalu merampas hasil keringat Gervan melalui Bunda untuk dihabiskan malam itu juga lewat mabuk-mabukan, bermain judi atau hal buruk lainnya yang tidak mau Gervan pikirkan.
Selalu saja begitu. Karna Gervan tahu, jika Ayah meminta uang langsung dengannya yang ada mereka berdua saling adu jotos seperti tadi. Gervan menggeleng. Bisa-bisanya tenaganya kalah kuat dengan pria berumur setengah abad itu. Payah!
Kringg!
Bel toko berbunyi nyaring kala seorang gadis memasuki toko dengan langkah riangnya. Dari kejauhan, senyumnya berhasil memporak-porandakan hati Gervan.
Namun Gervan sadar, ia tidak boleh ketahuan sedang bekerja disini. Cepat-cepat Gervan memakai topi karyawan dan memasang masker hitamnya, manakala gadis itu melangkah mendekatinya—ke meja pemesanan.
"Dengan Clover' Bakery, ada yang bisa saya bantu?" tanya Gervan menampilkan bulan sabit pada matanya. Tak lupa ia menyodorkan satu lembar menu pada pelanggan spesialnya.
Gadis itu mengangguk seraya tersenyum simpul. Melihat itu hati Gervan mencelos. Jika saja masker ini tidak terpasang, gadis itu pasti menolak untuk menatap matanya.
"Saya mau roti isi matcha yang ini, roti isi coklat yang ini, roti isi vanilla yang ini dan terakhir, Eum ...."
Sial! Gemes banget!
Gervan ingin berteriak sekarang juga. Ekspresi Nasya dikala bingung sukses membuatnya gemas, ditambah bibirnya yang menekuk lucu.
"Mas, yang ini menu baru, ya?" tanya Nasya sambil menunjuk menu paling bawah.
Kesadaran Gervan langsung tertarik saat mata itu kembali menatapnya. Buru-buru Gervan mengubah ekspresinya yang sedang senyum-senyum di balik masker. Ya, walaupun Nasya tidak melihatnya.
"Benar Kak, dua hari yang lalu kami meluncurkan menu baru. Roti panggang dengan isian coklat almond. Apa Kakak tertarik untuk mencobanya?" tanya Gervan formal, sesuai dengan ketentuan bekerja di toko ini.
Nasya mengangguk dua kali. "Boleh, deh. Aku pesen empat roti ini ya, Mas."
"Mau makan disini atau dibungkus Kak?" tanya Gervan sambil mencatat pesanan.
"Kalo perut saya perut karet, bisa aja saya habisin semuanya disini. Hehe," kekehan kecil itu menghentikan pergerakan tangan Gervan pada secarik kertas di tangannya. Hanya sedetik Gervan terpaku, kemudian ia kembali fokus bekerja.
Senyummu masih sama seperti waktu itu.
Gervan lega, Nasya sudah terlihat baik-baik saja dibanding pada saat Gervan menorehkan luka kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERVANA (Impian Kecil Gervan)
Teen FictionIni tentang Gervan, remaja 17 tahun yang hanya memiliki dua impian sederhana dalam hidupnya. Pertama, melindungi Bunda dan Adiknya dari amarah sang Ayah. Dan kedua, menyembuhkan Nasya-Mantanya, atas luka yang pernah Gervan torehkan di hatinya waktu...