✨GERVANA ; 06

123 13 0
                                    

'AKU TAHU DIA TIDAK MUNGKIN BISA KUMILIKI KEMBALI. TAPI, KENAPA DADA INI SESAK MELIHAT DIA BERSAMA YANG LAIN?'
Gervan—

HAPPY READING

   MATA Nasya terbuka perlahan saat cahaya lampu menerbos masuk menyilaukan indra pengelihatannya. Jari jemarinya yang bergerak lemah disadari oleh lima orang yang berada di dalam ruangan yang sama.

"N-nasya. S-sayang, ini Mama, Nak."

Kepala Nasya tertoleh pelan saat tangan kirinya di genggam oleh seseorang. Dia Tiar—Mamanya Nasya.

Cukup lama mereka bertatapan, tetapi harus terputus karna Nasya mengedipkan matanya tatkala cairan bening di matanya tak dapat terbendung lagi. Nasya tersisak pedih melihat raut kekhawatiran Mamanya.

Hiks!

"M-ma ... N-nasya, ...." tak sanggup berkata banyak, Nasya menggelengkan kepala. Bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat.

"Shtt. Jangan nangis lagi, ya Cantiknya Mama. Kamu aman sekarang, ada Mama disini."

Di dalam dekapan Tiar, Nasya menumpahkan perasaannya disana. Rasa takut, cemas, dan perasaan buruk lainnya masih Nasya rasakan hingga detik ini. Sampai-sampai Nasya tidak mau terpejam, karna pada saat matanya tertutup, ingatan itu kembali terputar di otaknya.

"M-maafin Nasya, Ma. N-nasya nggak bisa jaga diri, Nasya hampir—"

"Udah. Jangan dibahas lagi ya? Tenangkan diri kamu."

Nasya semakin terisak saat mendengar ucapan Tiar yang hampir mirip dengan ucapan seseorang yang telah menolongnya. Gervan. Laki-laki yang selama ini Nasya benci, telah menolongnya dari ancaman maut.

Nasya mendongak menatap Mamanya. Lalu, beralih menatap ke sekitar. Disini hanya ada Tiar, Hani, Yolia, Sasha dan ... Zavin. Tidak ada Gervan?

Zavin. Laki-laki itu menunduk di kursi panjang saat matanya bersinggungan dengan Nasya. Meski tidak begitu jelas di pengelihatan Nasya karna saat ini matanya penuh dengan air mata, Nasya dapat melihat jelas jika Zavin tengah menyeka air matanya.

"Nasya," ucap Hani menghampiri. "Maafin gue ya? Gue lupa ngasih tau lo supaya jangan lewat gang itu,"

"Harusnya kemarin gue ngasih tau lo supaya lewat gang yang lain. Gue nggak nyangka kalau lo hampir aja celaka karna itu." sambung Hani meminta maaf.

Nasya mengangguk lemah, lalu beralih menatap Sasha dan Yolia.

"Maaf ya, kalian bertiga nggak jadi nyicip roti yang gue bilang enak itu. Nasya janji, besok Nasya ganti sama roti yang lebih enak dari itu."

"Sya," ucap Yolia menggantung. "Dengan lo selamat dari kejadian itu udah lebih dari cukup. Soal roti bisa dibeli, tapi nggak dengan nyawa kalo lo sampai kenapa-kenapa."

Lagi, Nasya mengangguk mengerti. "Iyah,"

Brak!

Tiba-tiba pintu rawat inap Nasya terbuka kencang. Seseorang dengan pakaian penuh noda darah berlari menghampirinya melewati Hani dan Sasha.

"N-nasya, kamu udah sadar?"

Jujur, melihat kedatangannya yang tiba-tiba mengingatkan Nasya pada memori buruk kala itu. Namun, Nasya tidak bisa terus-menerus larut dalam rasa bencinya. Lama-lama Nasya lelah memaksakan diri untuk membenci orang yang pertama kali membuatnya jatuh cinta.

GERVANA (Impian Kecil Gervan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang