✨GERVANA ; 16

76 10 0
                                    

'JIKA DIIBARATKAN SEMESTA, APA RASA BENCIMU SEBESAR ITU UNTUKKU?'
-Gervan-

HAPPY READING


   DENGAN langkah lebar Gervan membawa Nasya ke dalam UKS. Sesampainya disana Gervan meninggalkan Nasya begitu saja setelah memberikan pesan pada salah satu anak PMR untuk mengobati Nasya secepatnya. Laki-laki itu memilih pergi sebelum Nasya mengatakan apapun yang bisa menyakiti hatinya. Gervan murni hanya ingin menolong Nasya, tanpa mau menimbulkan perdebatan lagi diantara mereka.

Sementara itu, selama Nasya diobati oleh anak PMR, isi kepalanya mendadak kosong. Pandangannya pun tak bernyawa. Gadis itu melamun sejenak.

Nasya tidak tahu apa yang telah ia alami barusan. Bagaimana cara Gervan menatapnya dan bagaimana cara Gervan menolongnya masih teringat jelas di kepalanya. Tindakan kecil yang dilakukan Gervan mampu mengingatkan Nasya pada kejadian kala itu.

"Nanas?! Kamu kenapa?"

Nasya mendongak ke atas dan menemukan tatapan khawatir yang dilayangkan oleh Gervan. Laki-laki itu berjongkok di depannya sambil mencari-cari luka yang berhasil membuatnya menangis.

Hiks!

"Jatoh," ucap Nasya sambil memegang kakinya yang terluka.

Mata Gervan membulat sempurna melihat bagian bawah mata kaki kanan Nasya yang sudah membengkak. Tanpa bertanya lebih jauh, Gervan langsung membopong Nasya dan membawanya ke UKS.

Brakk!

Sesampainya di tujuan, Gervan membuka pintu UKS cukup kasar hingga membuat sebagian anak PMR yang sedang berjaga terkejut karnanya.

"Kalian ngapain?" tanya Gervan menatap mereka satu per satu.

"Lagi gosip, kenapa?" tanya salah satu gadis yang memegang sebuah cermin.

"Gue punya tugas buat kalian."

"Tolong obatin pacar gue,"

Selama Nasya diobati, Gervan tidak ada habis-habisnya bertanya ini itu pada mereka. Walaupun lukanya tidak terlalu parah, Gervan terlihat begitu khawatir dengannya.

"Kakinya nggak kenapa-kenapa 'kan?"

"Itu kenapa bisa sampai bengkak kaya gitu? Kira-kira penyebabnya apa?"

"Ada efek sampingnya, nggak?"

"Tulangnya nggak retak 'kan?"

"Sembuhnya lama, nggak?"

"Bisa kempes 'kan?"

Melihat raut panik Gervan, Nasya terkekeh hingga melupakan rasa sakitnya sejenak. Namun, laki-laki itu justru menatapnya dengan sebal.

"Kenapa ketawa?"

"Kenapa nangis?"

Nasya mengerjap cepat saat Zavin menyeka pipinya yang sudah basah karna air mata. Tak terasa Nasya menangis dalam lamunannya. Ingatan itu masih sangat jelas di benaknya.

Ketika Nasya melihat ke sekeliling, ternyata anak PMR tadi sudah pergi dan sekarang baju Nasya sudah cukup kering. Rasa panas di bagian dadanya juga sudah tidak sepedih sebelumnya.

"Lukanya masih sakit?" tanya Zavin cemas. Zavin berfikir kalau Nasya menangis karna luka yang dia dapat. Dia tidak tahu alasan sebenarnya kenapa Nasya menangis.

"Udah lebih mendingan, tapi masih panas," jawab Nasya menahan rasa panas di dadanya.

Kemudian Zavin menangkup kedua pipi Nasya dan menatapnya dalam-dalam. "Maaf,"

GERVANA (Impian Kecil Gervan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang