'BUNDA, MAAFKAN GERVAN YANG SERING BERBOHONG PADA BUNDA.
INI SEMUA BUKAN TANPA ALASAN, GERVAN HANYA TIDAK MAU MEMBUAT HATI BUNDA TERLUKA KARENA FAKTA. MESKI GERVAN TAU, SECARA TIDAK LANGSUNG GERVAN SUDAH MENYAKITI BUNDA LEWAT KEBOHONGAN YANG SELALU GERVAN UCAPKAN.'
—Gervan—HAPPY READING
✨"Kak Ger,"
Gervan yang sedang senyum-senyum sendiri sehabis bertemu dengan Nasya, langsung menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang memanggilnya dari bekakang. Gervan pun menoleh ke asal suara dengan ekspresi yang sudah kembali normal.
"Zanolia," ucap Gervan menyebut nama gadis tersebut.
"Kenapa?" tanyanya.
"Itu, ...."
Zanolia mendadak gugup saat Kak Gervan menatapnya. Kedua tangannya yang dia sembunyikan dibalik tubuhnya saling memilin jari-jemarinya tidak jelas. Sudut bibirnya pun dia gigit tanpa sadar.
Gervan mengernyit tak mengerti ketika lawan bicaranya terdiam cukup lama.
"Sebenernya Zalia, ...." Zanolia kembali menggantungnkan ucapnya.
"Iya?" Gervan sedikit membungkukkan tubuhnya agar suara Zanolia bisa terdengar lebih jelas.
Tak bisa dipungkiri, dengan Gervan yang semakin mendekat ke arahnya membuat kata-kata yang sudah tersusun di dalam kepala Zanolia langsung buyar seketika. Gadis itu menggeleng cepat.
"N-nggak jadi,"
"P-permisi Kak,"
Zanolia meninggalkan Kak Gervan begitu saja tanpa memberikan kejelasan mengenai ucapannya barusan. Entah mengapa nyalinya mendadak ciut saat ingin menanyakan perihal kedekatan Kak Gervan dengan Kak Nasya pada orangnya langsung.
Tadi, Zanolia tidak sengaja melihat Kak Gervan sedang mengobrol dengan Kak Nasya di taman. Dari cara menatapnya, Zanolia tahu Kak Gervan menatap Kak Nasya sangat tulus dan intens. Hal itu berhasil membuat rasa penasarannya semakin menjadi-jadi, apalagi ini bukan kali pertamanya Zanolia melihat Kak Gervan berinteraksi dengan Kak Nasya.
Jujur, melihat kedekatan mereka membuat hati Zanolia sedikit risih.
✨
Gervan mengamati gelagat Gio yang tampak aneh sejak tadi. Bocah laki-laki itu makan dengan kepala yang terus tertunduk dan wajahnya terlihat tertekuk. Gio juga berkali-kali kedapatan melirik Gervan diam-diam, lalu saat ketahuan dia menunduk kembali.
Biar Gervan tebak, sepertinya Gio ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi ragu-ragu.
"Gio," panggil Gervan, membuat bocah laki-laki itu mendongak cepat.
"Kenaoa?" tanya Gio dengan mulut yang terisi penuh. Gervan nyaris terkekeh melihatnya.
"Habis makan kita pergi keluar yuk, beli ice cream,"
"Ice tleam?" mendengar nama makanan manis tersebut mata Gio langsung berbinar. "Boleh! Gio udah lama nggak makan ice tleam,"
Gervan tersenyum hingga matanya menyipit dan ia mengacak rambut Gio sampai berantakan. Gemas.
"Yaudah, kalo gitu makannya diabisin, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERVANA (Impian Kecil Gervan)
Roman pour AdolescentsIni tentang Gervan, remaja 17 tahun yang hanya memiliki dua impian sederhana dalam hidupnya. Pertama, melindungi Bunda dan Adiknya dari amarah sang Ayah. Dan kedua, menyembuhkan Nasya-Mantanya, atas luka yang pernah Gervan torehkan di hatinya waktu...