'JIKA AKU PERGI, SIAPA YANG PALING BANYAK MEMBERIKANKU BUNGA?
MUNGKINKAH IBU PEMILIK TOKO BUNGA? HAHAHA!
MATI, YA?'
—Gervan—
HAPPY READING
✨Huek!
Gervan, laki-laki itu sudah siap berangkat ke sekolah. Namun, tiba-tiba perutnya merasa mual. Saat pergi ke kamar mandi untuk memuntahkannya, betapa terkejutnya Gervan saat yang keluar dari mulutnya bukanlah sisa makanan. Melainkan cairan bening yang bercampur dengan darah.
Sontak Gervan menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Sisa darah yang ia muntahkan masih tersisa bibirnya. Dengan cepat Gervan mengambil air dari keran dan berkumur-kumur membersihkan sisa darah di mulutnya. Meski demikian, rasa amis itu masih tertinggal.
Deru napas Gervan memburu. Tiba-tiba ia teringat dengan ucapan Dokter Gama, Dokter yang menanganinya selama ini. Dokter Gama bilang, penderita kanker biasanya mengalami pusing, kejang, pengelihatan kabur, otot tubuh melemah dan muntah.
Semua selalu Gervan rasakan, terlebih pusing. Biasanya Gervan juga muntah, tetapi baru kali ini Gervan muntah darah.
Apa kondisinya lebih dari kata buruk?
Kemudian tangan Gervan terulur meraba rambut di kepalanya. Gervan mencelos saat sebagian rambutnya sudah botak. Tidak ada yang sadar dengan kebotakan Gervan, karena Gervan memiliki rambut yang cukup tebal. Dan dengan rambut tebal itulah, sebagian kebotakan di kepalanya tertutupi.
Dokter Gama saat itu bilang, kerontokan rambut adalah efek samping dari kemoterapi. Kemoterapi sendiri bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang dapat membelah dengan cepat. Selain sel kanker, kemoterapi juga menghancurkan sel sehat tubuh yang aktif membelah. Salah satunya adalah sel folikel rambut. Hal itulah yang membuat kepala mengalami kebotakan. Makanya rata-rata penderita kanker itu gundul.
Kembali pada Gervan, laki-laki itu baru ingat kalau hari ini hari jum'at. Jadwalnya check up. Karena Gervan merasa tubuhnya semakin tidak beres, Gervan memutuskan untuk mendatangi Dokter Gama sekarang juga. Mungkin hari ini Gervan absen dari kehadirannya.
Gervan pun keluar dari kamarnya, kemudian berpamitan pada Bunda. Tak lupa Gervan menggendong Gio dan mengantarnya ke sekolah terlebih dahulu.
Disisi Rasti, wanita itu diam-diam menyelinap memasuki kamar Gervan saat anak-anaknya sudah pergi. Dengan kursi roda yang selalu menemani hari-harinya, Rasti masuk ke dalam kamar Gervan yang tertata sangat rapi.
Untuk sesaat Rasti terdiam, ia tidak menyangka kalau waktu cepat berlalu. Dulu kamar ini berantakan, penuh dengan mainan dan coretan krayon di dinding. Namun sekarang tampak jauh berbeda. Semua tertata rapi, tidak ada mainan ataupun coretan abstrak di dinding. Itu artinya, si pemilik kamar sudah beranjak dewasa.
Mata Rasti berkaca-kaca mengingat Gervan yang tumbuh tanpa kasih sayang dari seorang Ayah. Dan diusia remajanya kini, Gervan dituntut untuk menjadi tulang punggung keluarga karena ketidakbecusan Satya dalam menurus rumah tangganya.
Rasti merasa gagal menjadi seorang Ibu. Andai Rasti tidak lumpuh, mungkin sekarang Rasti yang bekerja menghidupi keluarganya. Namun semesta punya jalan ceritanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERVANA (Impian Kecil Gervan)
Teen FictionIni tentang Gervan, remaja 17 tahun yang hanya memiliki dua impian sederhana dalam hidupnya. Pertama, melindungi Bunda dan Adiknya dari amarah sang Ayah. Dan kedua, menyembuhkan Nasya-Mantanya, atas luka yang pernah Gervan torehkan di hatinya waktu...