✨GERVANA ; 08

96 12 0
                                    

'APAKAH AKU JAHAT JIKA MENGHARAPKAN HUBUNGAN MEREKA BERAKHIR SECEPATNYA?'
—Gervan—

HAPPY READING

   HARI demi hari telah berganti, kejadian malam itu berlalu begitu saja seolah tidak memiliki arti apa-apa bagi Nasya. Gadis itu masih memalingkan wajahnya dari Gervan saat mereka tidak sengaja berpapasan. Gervan kira Nasya telah berubah, nyatanya tidak.

Gervan menghela napas.

Apa lagi ini? Dari atas sini, tepatnya pada pembatas rooftop, Gervan dapat melihat dengan jelas dua remaja berbeda gender sedang duduk bersisian di bangku taman sekolah. Si gadis tampak tertawa terpingkal-pingkal saat lawan bicaranya melemparkan lelucon, sedangkan laki-laki itu tampak bahagia karna dialah yang membuat si gadis tertawa saat ini.

Gervan pun menyulut rokok yang tengah diapit bibirnya. Rokok ini terbakar, sama halnya dengan hati Gervan yang terbakar melihat kedekatan Nasya dengan laki-laki yang bernama Apin, Tapir atau siapalah itu.

Menyebalkan!

Gervan membuang asap rokoknya jauh-jauh. Ia memijit pelipisnya yang mendadak pening. Saran dari Nalan tidak berguna sama sekali.

"Memperjuangkan seseorang itu juga harus ada istirahatnya. Jadi lo istirahat aja dulu. Kalo mereka udah putus, baru gas lagi!"

Jangankan putus, melihat keretakan pada hubungan mereka saja tidak. Kalau begini caranya Gervan sama saja dengan menyerah.

Tapi tidak juga, karna Gervan masih terus mengirimkan surat untuk Nasya. Setiap hari, gadis itu selalu menerima surat darinya. Tapi untuk hari ini, Gervan belum sempat memasukkan suratnya ke dalam lokernya Nasya. Mungkin nanti.

Gervan tidak tahu, kapan akan tiba saatnya Nasya tidak lagi membuang surat pemberiannya.

"Nas, gue mau ke toilet. Lo mau ikut, nggak? Biasanya lo ngikut," tanya Yolia. Gadis itu sedang mengikat kedua sepatunya yang terlepas.

Sebelum menjawab, Nasya celingak-celinguk kesana kemari. Dirasa keberadaan Pak Fatir—guru Matematika, belum terdeteksi juga sampai detik ini, Nasya pun menyetujui ajakan Yolia.

"Ayo!" katanya sembari menggandeng lengan Yolia.

Sebelum mereka berdua benar-benar menghilang dari pandangan, Sasha memicingkan matanya, menelisik gerak-gerik Nasya yang tampak mencurigakan akhir-akhir ini.

"Han, lo bisa nebak nggak, tujuan Nasya sebenarnya itu mau kemana?" tanya Sasha tiba-tiba.

Hani yang sedang fokus menyalin PR matematika, langsung menghentikan kegiatannya. Kerutan tidak mengerti tercetak jelas di wajahnya.

"Ya, ke toilet, lah. Tadi pamitnya mau ke toilet 'kan?"

Sasha menggeleng. "Itu mah, Yolia. Tapi gue nggak yakin kalo Nasya pergi ke toilet."

"Kenapa gitu?" tanya Hani mulai tertarik dengan topik kali ini.

"Gue ngerasa ada yang nggak beres sama Nasya akhir-akhir ini." sambungnya. Hani semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan mereka.

GERVANA (Impian Kecil Gervan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang