'MENYERAH ADALAH JALANNYA PARA PECUNDANG.'
-Gervan-HAPPY READING
✨HARI perlombaan basket antar SMA hanya tinggal sebentar lagi dan mereka semua latihan lebih giat dari sebelumnya. Gervan, Halzen, Yofian, Rasya dan Nalan kembali terpilih sebagai tim inti. Sedangkan untuk tim cadangan, mereka juga sudah dipilih oleh Pak Fathur dan ada Zavin disana.
Jika yang lainnya tampak bersemangat dan tidak sabar menanti hari perlombaan tiba, lain halnya dengan Gervan. Dilihat-lihat performa Gervan semakin menurun dari hari ke hari, tetapi hal itu tidak membuat Gervan keluar dari tim inti. Saat di tanya Pak Fathur pun Gervan kekeuh kalau dirinya akan baik-baik saja hingga final nanti.
Namun, untuk sekedar melakukan pemanasan dengan berlari sepuluh kali putaran saja Gervan kelelahan dan hampir ingin berhenti sejenak untuk menarik napas. Padahal, biasanya lima belas, bahkan dua puluh putaran pun Gervan sanggup melakukannya tanpa mengambil jeda sekalipun.
Gervan yang mudah merasa lelah dan gampang mimisan itu tidak luput dari pengamatan Halzen. Saat ini, mereka tengah memakan bakso saat jam istirahat sedang berlangsung. Halzen yang mulutnya sudah gatal ingin bertanya pada Gervan sejak kemarin-kemarin, kali ini dia tidak bisa lagi menahannya.
Meneguk es jeruknya sedikit, lalu Halzen bertanya, "Ger, sebenernya lo ada sakit apa?"
Pertanyaan to the point itu berhasil menghentikan tangan Gervan yang hendak memasukkan bulatan bakso ke dalam mulutnya. Ia menatap Halzen dengan kerutan yang sangat dalam, kemudian menurunkan garpu dari tangannya dan beralih menempelkan punggung tangannya ke keningnya.
"Sehat, nggak lagi demem,"
"Jangan bercanda, Ger, gue serius," ucap Halzen dingin, tanpa ada nada bercanda di dalamnya.
Rasya dan Nalan saling berpandangan, sedangkan Yofian menatap Halzen tak paham.
"Emangnya Gervan kenapa?" tanya Yofian, lalu menatap Gervan. "Sehat, sehat aja, gue liat."
"Hooh," timpal Nalan, Rasya ikut mengangguk setuju.
Di mata Rasya, Nalan dan Yofian, Gervan terlihat baik-baik saja seperti biasa. Wajahnya tidak pucat, tubuhnya tidak loyo dan matanya tidak berair seperti orang demam.
"Tuh 'kan, dibilang sehat juga nggak percaya lo," kata Gervan, kali ini ia berhasil memasukkan bakso ke dalam mulutnya.
"Tapi bener sih, gue emang lagi sakit," ucap Gervan tiba-tiba, membuat keempatnya menoleh cepat.
"Sakit hati atas perlakuan serta ucapan Nasya hari kemarin,"
"Ah, lo mah, kirain apa."
"Jangankan lo, hati gue aja ikut keremes denger cerita lo,"
"Sumpah ya, gue baru tau Nasya bisa sesarkas itu sama lo,"
"Biasalah, faktor sakit hati," ujar Rasya.
Mereka sudah tau perihal Nasya yang membakar boneka serta buket pemberian dari Gervan. Bahkan mereka tidak menyangka kalau Nasya bisa berkata seperti itu.
"Tapi sedikit ya, sedikit," lanjut Gervan menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya seolah sedang menjumput sesuatu.
"Sisanya gue masih cinta,"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERVANA (Impian Kecil Gervan)
Novela JuvenilIni tentang Gervan, remaja 17 tahun yang hanya memiliki dua impian sederhana dalam hidupnya. Pertama, melindungi Bunda dan Adiknya dari amarah sang Ayah. Dan kedua, menyembuhkan Nasya-Mantanya, atas luka yang pernah Gervan torehkan di hatinya waktu...