'APAPUN AKAN KULAKUKAN DEMI MEMBUATMU BAHAGIA,'
—Gervan—HAPPY READING
✨"Bwabwa!"
Gervan kecil tersenyum lebar melihat Adik bayinya menggeliat lucu di dalam box bayi, meremas tangan kecilnya di udara seolah ingin menggapai wajahnya. Mata bulat Gervan mengerling sempurna, manakala Adik bayinya tertawa lucu hingga matanya menyipit.
"Kak?" Gervan menoleh kesamping, menatap Geovan. Wajahnya tidak bisa menutupi rasa bahagia atas kelahiran Adiknya, Giovan Bintang Aledra.
"Iyah," jawab Geovan singkat, ikut bahagia melihat pipi Gervan yang bersemu merah.
"Gervan punya Adik?" tanya Gervan tak percaya kalau sekarang sudah menjadi Kakak. Geovan mengangguk mengiyakan.
Gervan kecil melompat senang dan kembali menatap Adiknya. Akhirnya, yang ia nanti-nantikan tiba juga. Gervan punya Adik, Gervan akan merasakan bagaimana rasanya mengasuh Adik, bagaimana rasanya menjadi Kakak dan bagaimana rasanya bermain bersama Adik kecilnya. Pasti akan sangat seru.
Tangan kecilnya pun terulur membelai lembut pipi Giovan dengan sayang. Mengejutkannya, Giovan berkedip lucu, kaget disentuh tiba-tiba oleh Gervan. Hal itu sukses menimbulkan gelak tawa dari bibir Gervan dan Geovan.
"Eh?"
Kini giliran Gervan yang terkejut. Jari telunjuknya digenggam Giovan sangat erat, seakan tidak mau lepas secepatnya. Tangan kecil ini, hangat. Gervan terkikik geli saat jarinya diemut Giovan seperti dot, ditambah gusinya belum tumbuh gigi.
"Hahaha! Geli," ucapnya kegelian.
Geovan terus tersenyum sejak tadi. Melihat betapa bahagianya Gervan memiliki seorang Adik, membuat hatinya ikut merasa bahagia.
Geovan terkekeh sendiri membayangkan Gervan dan Giovan bermain bersama di ruang tamu rumah mereka. Keluarga mereka pasti lebih lengkap dan sempurna setelah ini. Kedepannya Geovan harus menjadi panutan yang baik untuk Adik-Adiknya.
"Gervan," panggil Geovan.
Gervan yang tengah tertawa langsung menoleh dan menyahuti panggilan Geovan. "Kenapa Kak?"
"Gervan 'kan udah punya Adik sekarang, jadi mulai hari ini Gervan dipanggil 'Kakak', ya?" ucap Geovan setelah teringat akan ucapan Bunda yang memintanya untuk membahas soal ini pada Gervan.
"'Kakak'?" tanya Gervan.
"Iya, kaya Kakak,"
"Karena Kakak lebih tua dari kalian, Kakak dipanggil 'Kakak'," sambung Geovan sedikit menjelaskan.
Gervan berfikir sesaat sebelum kepalanya menggeleng. "Nggak mau, ah,"
"Lho, kenapa nggak mau?" tanya Geovan bingung.
"Nanti panggilannya sama kaya Kakak," jawab Gervan. "Gervan maunya dipanggil 'Abang' aja boleh?"
"Abang?" tanya Geovan sedikit terkekeh.
"Kenapa mau dipanggil 'Abang'? Kenapa nggak 'Kakak' aja?"
"Nggak mau, biar Kakak aja yang dipanggil 'Kakak', Gervan maunya dipanggil 'Abang'," jawab Gervan. "Nanti kalo Bunda teriak manggil Gervan 'Kak, tolongin Bunda sebentar, Kak!' tapi yang dateng malah Kak Geo, gimana?"
"Gervan nggak mau bikin Bunda pusing,"
Mendengar jawaban Gervan, Rasti yang sejak tadi mengamati mereka dari pintu kamar tersenyum hangat. Rasti tidak menyangka kalau Gervan bisa berfikir sejauh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERVANA (Impian Kecil Gervan)
Teen FictionIni tentang Gervan, remaja 17 tahun yang hanya memiliki dua impian sederhana dalam hidupnya. Pertama, melindungi Bunda dan Adiknya dari amarah sang Ayah. Dan kedua, menyembuhkan Nasya-Mantanya, atas luka yang pernah Gervan torehkan di hatinya waktu...