'SEPERTINYA AKU SUDAH BERTEMAN BAIK DENGAN KEBOHONGAN. HANYA ITU YANG BISA KULAKUKAN UNTUK MENUTUPI SEMUANYA.'
—Gervan—HAPPY READING
✨"SIALAN!" umpat Gervan disela mengobati luka di telapak tangannya akibat tergores pisau. Sensasi dingin dari goresan pisau pun masih bisa Gervan rasakan hingga tangannya sudah tertutup perban.
Namun Gervan mengumpat bukan karena itu, melainkan karena Satya.
Entah tahu dari mana soal Gervan yang sudah berhenti bekerja, Satya langsung mendatangi rumah mereka dan mengambil uang gaji Gervan disaat Gervan dan Gio sedang keluar. Bunda yang tidak bisa melakukan banyak hal diatas kursi rodanya, tidak bisa merebut amplop berisi uang yang berhasil Satya temukan.
Satya yang kesal mendengar Rasti yang terus mengoceh dan menasehatinya agar sadar dari segala bentuk kelakuannya selama ini, berakhir emosi dan mencengkram rahang Rasti alih-alih mencekiknya.
Gervan memejamkan matanya dan membuang napas secara perlahan. Gervan kira masalahnya sudah selesai, tetapi masalah baru muncul dan semakin memperumit keadaan.
Sekarang apa yang bisa Gervan lakukan setelah ini? Tangannya kembali kosong (tidak memiliki uang) karena ulah Satya, uang komite yang belum sempat dilunasi dan ia sendiri belum mendapat pekerjaan baru.
Apa sekarang mereka benar-benar sudah jatuh miskin?
"ARGHH!!"
Gervan berteriak kesal dan membanting kursi belajarnya hingga patah. Gervan benar-benar emosi sekarang. Semuanya hancur karena Gervan tidak bisa menyimpan uangnya dengan baik. Gervan kira menyembunyikan uangnya dibalik rak buku sudah paling aman, ternyata Satya dengan mudah menemukannya.
Lihatlah, karena ulah Satya kamarnya berubah menjadi kapal pecah. Buku berjatuhan di lantai, bantal guling yang entah kemana, bingkai foto yang pecah berserakan dan baju di lemarinya berantakan. Amat sangat buruk.
Gervan memegang kepalanya yang mulai berdenyut-denyut.
Sepertinya menjual motor adalah satu-satunya cara agar Gervan bisa mengatasi ini semua.
Ya, Gervan akan menjual motornya.
✨
"Lo serius, Ger?!"
Gervan mengangguk mantap saat teman-temannya bertanya mengenai instastorynya yang berupa foto motornya dengan keterangan 'Motor dijual, minat DM!'. Entahlah, Gervan tidak pandai mempromosikan sesuatu, jadi mungkin hanya itu yang bisa Gervan tulis.
"Kok dijual?" tanya Nalan. "Lo mau beli motor baru?"
Gervan menggeleng, "Nggak."
"Gue mau menjalani hidup sehat aja, juga kalo kemana-mana jalan kaki kayaknya seru. Lagipula motor gue udah tua banget, sering rusak. Dijual pun paling cuma laku seberapa," jawab Gervan sedikit beralibi. Sebisa mungkin Gervan mengatakan jawaban yang logis agar teman-temannya tidak curiga dan penasaran dengan alasan yang sebenarnya.
"Ohh, gitu." ucap Nalan mengerti.
"Kirain lagi kepepet,"
Uhuk!
Gervan hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar celetukan Halzen. Ia pun terkekeh untuk menyembunyikan kegugupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERVANA (Impian Kecil Gervan)
Teen FictionIni tentang Gervan, remaja 17 tahun yang hanya memiliki dua impian sederhana dalam hidupnya. Pertama, melindungi Bunda dan Adiknya dari amarah sang Ayah. Dan kedua, menyembuhkan Nasya-Mantanya, atas luka yang pernah Gervan torehkan di hatinya waktu...