'CARA AGAR TERLIHAT BAIK-BAIK SAJA ADALAH DENGAN BERPURA-PURA BAHAGIA.'
-Gervan-HAPPY READING
✨SETELAH kejadian malam itu, Gervan tidak masuk sekolah selama tiga hari. Hari-harinya ia habiskan di Rumah Sakit untuk menyembuhkan luka di kepala bagian sebelah kirinya. Selama Gervan berada di Rumah Sakit, teman-temannya selalu menjenguk setiap pulang sekolah atau di malam harinya.
Hingga di hari ke empat, saat dirasa kondisi Gervan sudah pulih, ia memutuskan untuk kembali bersekolah. Meskipun Bunda melarang Gervan sekolah karna kondisinya belum sepenuhnya membaik, Gervan tetap ngotot ingin sekolah. Gervan bilang, ia tidak mau ketinggalan pelajaran lebih banyak lagi.
Dan disinilah Gervan sekarang. Berjalan santai di koridor menuju kelasnya. Kedatangan Gervan pagi ini kembali membuat semua orang penasaran dan bertanya-tanya.
Bagaimana tidak? Mereka semua tidak pernah melihat wajah Gervan bersih dari luka. Wajah laki-laki itu selalu saja ada lebam di tiap sudutnya. Jika lebamnya terlihat memudar alias sudah menghilang, besoknya pasti ada luka lagi di wajahnya.
"Itu Kak Gervan bukan, sih? Heran, tiap hari ada aja luka di wajahnya,"
"Buset! Mukanya makin parah aja. Tapi tetep ganteng,"
"Dia habis dikeroyok banyak orang?"
"Ya nggak tau, coba lo tanya sendiri."
"Nggak ah, takut."
"Kalo gue anak PMR, udah gue seret si Gervan ke UKS. Greget ngeliat lukanya,"
Gervan mendengarnya, tapi ia mencoba untuk mengabaikannya. Mereka hanya tahu luka di wajahnya saja, tetapi untuk luka di tubuhnya juga perban di kepalanya tidak terlihat oleh mereka. Semua itu berhasil Gervan tutupi menggunakan hoodienya. Jika mereka memperhatikan Gervan lebih detail, laki-laki itu selalu menggunakan hoodie di sekolah.
Hingga saat Gervan melewati kelas Nasya, laki-laki itu curi-curi pandang ke dalam kelas Nasya, berharap matanya bertemu dengan netra Nasya. Namun, Nasya yang menyadari kehadirannya langsung memalingkan wajahnya. Melihat itu Gervan tersenyum kecut dan kembali melangkah menuju kelasnya.
Di dalam kelas, Sasha, Yolia dan Hani tampak tercengang setelah melihat sesuatu barusan. Yolia yang sedang menyunyah permen karet pun sampai menjatuhkan rahangnya tak percaya.
"N-nas? I-itu Mantan lo?" tanya Hani setelah Gervan menghilang dari pandangannya.
Sasha yang tidak bisa berkata-kata setelah melihat Gervan, hanya mampu menggelengkan kepalanya.
"Wajahnya makin parah aja, anjir! Buset, dah!" kata Yolia. "Lo nggak penasaran apa Nas, kenapa wajahnya bisa kaya gitu?"
Nasya bersidekap dada dan memutar matanya malas. Melihat sikap tidak peduli Nasya, mereka menghela napas pelan.
"Nas, lo masih benci sama Gervan?" tanya Sasha tiba-tiba. Nasya pun langsung menoleh dan menanggapi pertanyaan Sasha.
"Menurut lo?"
"Nas, gue tau lo masih sakit hati sama Gervan. Tapi, apa nggak sebaiknya lo sama dia bicara empat mata buat nyelesain masalah kalian waktu itu?" tanya Sasha.
"Buat apa? Semuanya udah jelas 'kan?" tanya Nasya dengan intonasi yang sedikit tinggi. Nasya paling tidak suka sahabat-sahabatnya membahas soal Gervan. Padahal mereka tahu, Nasya sangat membenci Gervan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERVANA (Impian Kecil Gervan)
Novela JuvenilIni tentang Gervan, remaja 17 tahun yang hanya memiliki dua impian sederhana dalam hidupnya. Pertama, melindungi Bunda dan Adiknya dari amarah sang Ayah. Dan kedua, menyembuhkan Nasya-Mantanya, atas luka yang pernah Gervan torehkan di hatinya waktu...