4. Jatah Di Luar Misi

130K 2.2K 32
                                    

Jenny memainkan rambutnya yang mengapung di air. Tatapannya terus menunduk menatap apa yang dia mainkan. Jika mengangkat tatapan, dia hanya akan bersitatap dengan Tomi yang sangat jelas polosan di dalam air itu.

Berbeda dengan Tomi. Dia menatap Jenny yang diam adem ayem. Ingin usil takutnya Jenny sedang tidak mood.

Tomi melirik tubuh indah dalam air itu. Jenny ternyata tidak buruk. Dia menjaga dirinya, merawat dirinya dengan baik.

Tomi menatap miliknya yang mulai menggeliat di dalam air itu. Tomi mengerang dalam hati, miliknya begitu baperan.

Tomi mulai terpejam mencari kesibukan di dalam pikirannya. Bisa, namun sebentar. Tubuh Jenny terlalu terbayang-bayang.

Tomi menjitak kepalanya sebagai teguran diri. Dia tidak boleh berpikir begitu. Melakukan pun hanya demi menyelamatkan Jenny dari kutukan. Sekali pun sudah suami istri.

"Tom, apa ga ada yang cari kita?" tanya Jenny lemas nan putus asa. Dia masih dalam posisinya.

"Adalah, kita punya keluarga," Tomi mendekat membuat Jenny menatap dengan menahan nafas.

Tomi meniup wajah tegang dan mata melotot itu geli. Dia hanya ingin duduk sebelahan dengan Jenny.

Tubuh Jenny terlalu terpampang namun sialnya dari dekat justru lebih terpampang. Dia bodoh memang.

"Ck! Lo-lo ngapain?!" Jenny melirik galak.

"Biar enak ngobrolnya," jawab Tomi santai lalu berdehem pelan, dia merutuki kebodohannya lagi.

Jenny menghembuskan nafasnya sabar. Terserah saja, Jenny pun kembali ke posisinya yang sial sekali. Dia jadi bisa melihat sesuatu yang mengeras itu di dalam air.

Jenny terpejam ingin ngamuk namun sudahlah. Dia lelah. Toh, semua itu sudah dia rasakan dengan jelas dan tidak bisa dia hindari.

"Kita coba ke tempat semula kita terdampar," Tomi mulai penasaran walau ragu.

"Ngapain?" Jenny menatap Tomi dengan sendu, terlihat putus asa.

"Jen, gue ga nodai lo.. Kita nikah, lo harus semangat berjuang, yang terpenting kita bisa keluar dari sini dengan selamat," Tomi menatap Jenny memohon. Dia terganggu dengan tatapan Jenny.

"Gue masih ga nyangka aja, semua ini, semua yang ada di sini, keanehan-keanehan.. Kenapa 30 hari lama tapi pagi ke malem cepet? Apa karena gue nunggu makanya lama? Gue mau pulang!" Jenny terdengar kesal dengan keadaan namun air matanya tak bisa dicegah.

Tomi menghela nafas, dia memeluk Jenny dan menenangkannya lagi.

***

Jenny menenggelamkan wajahnya ke air yang terus hangat itu. Apa ruangan ini seperti sauna? Kenapa suhu airnya tidak berubah sama sekali.

Jenny kembali mengangkat wajahnya, menyekanya dari sisa air agar bisa bernafas dengan lega.

Tomi hanya menatap dari samping. Membiarkan Jenny mengobati matanya yang sembab.

"Apa liat-liat!" sewot Jenny sambil menyamping sedikit, menyembunyikan bagian depannya.

"Apa sih, cantik.. Gue kan punya mata, wajar liat," Tomi usil mencolek pinggang Jenny.

Jenny menoleh galak lalu mendengus dan kembali lagi menenggelamkan wajahnya lalu mengangkatnya. Terus saja begitu beberapa kali.

Hingga Tomi menatap punggung cantik yang ada beberapa jejak merah hasil buatannya semalam.

Tomi tersenyum tak percaya bahwa dia sudah melakukan itu. Dia sentuh jejak itu, Jenny tersentak dan menoleh cepat.

"Apa sih?!"

"Jejak gue kok bisa sampai sini?"

Jenny mendengus sebal dan mengabaikannya. Pikir saja sendiri batinnya.

Tomi terkekeh lalu lengannya membelit Jenny dari belakang, Jenny jelas melotot horror.

"Gue gila, Jen."

"Dari dulu!" sewotnya sambil menyingkirkan lengan Tomi yang membuatnya risih.

Tomi membuat atasnya penyek dengan lengannya.

"Gue serius, sakit banget.." bisiknya agak lirih seolah tak sanggup.

Alis Jenny bertautan. Setahu dia, Tomi sehat dan baik-baik saja. 

***

"Tom!" Jenny merapatkan bibirnya sambil mencengkram pinggiran kayu di belakang kepala Tomi sebagai pegangan.

Dia dan Tomi masih di dalam air. Lebih tepatnya Jenny berada dipangkuan Tomi yang tengah bergerak.

Jenny tidak tahu Tomi akan meminta bahkan memohon. Apa tidak bisa menunggu malam saja?

Jenny beralih membelit leher Tomi. Jenny hampir memekik saat Tomi tidak terkendali. Tomi menggeram panjang di samping wajah Jenny.

Jenny pun melenguh tak tertahankan. Dia bergetar direngkuhan Tomi. Dia membenamkan wajahnya di bahu Tomi dengan terengah.

"Ini diluar rencana bahkan misi, lo jangan marah," Tomi mengusap punggung Jenny.

Jenny masih belum bergerak.

"Kita harusnya terus musuhan sampe kakek nenek," gumam Jenny. "Kita ga boleh gini," lanjutnya.

"Lo kok gede sih ishh! Gue ngilu!" lanjut Jenny kesal dan dia gigit bahu Tomi kesal.

"Sakit, cantik! Bukannya enak ya?" 

Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang