23. Kabar Buruk Dan Perhatian

33.8K 1.3K 10
                                    

"Gue udah temuin," pria itu memberikan informasi soal titik keberadaan seseorang lewat ponsel yang dilacak.

"Bagus,"

"Gue cuma bisa bantu sampe sini, lo bener-bener gila, Lang!"

Gilang tidak peduli, dia menatap titik lokasi itu dengan senyum penuh ambisi. Ini cinta yang entah keberapa. Kenapa dia begitu sial.

Apakah dia terkutuk sehingga tidak merasakan cinta?

Semua gara-gara Lina.

"Gue sumpahin lo masuk neraka!" gumam Gilang geram. "Usaha lo buat nyatuin mereka akan gagal, Lina!" lalu tersenyum miring.

Pria itu menatap Gilang dengan tidak percaya, bagaimana bisa seseorang berubah begitu cepat hanya karena cinta. Hanya karena emosi sesaat.

"Lo ga kasihan sama adik lo? Sama ibu lo?"

"Mereka kasihan sama gue ga? Mereka pergi dan hidup bahagia di sana tanpa gue!" bentak Gilang. "Lo ga usah ikut campur lagi!" lalu pergi.

Pria itu hanya menatap iba, padahal dia ingin sahabatnya itu berhenti menjadi gila.

"Lo harusnya cari kebahagiaan lagi, apa para sahabat ga cukup bikin lo merasa punya kelurga, Lang?" gumamnya.

***

"Yang, makan duluan," Tomi merasa tidak enak hati selama seharian ini. 

"Tom," 

Tomi menoleh, berhenti merapihkan tas kuliahnya dan beberapa perintilan laptop. "Hm? Apa?" sahutnya. 

"Kok gue aneh ya?" Jenny mendekati Tomi, memegang dua lengannya sebagai pegangan. "Perut gue kram, Tom.." 

Tomi menatap Jenny panik, pegangan Jenny begitu erat dan bergetar. 

"Kram? Sakit?" Tomi memeluk Jenny, membawanya ke kasur.

"Agh!"

Jeritan Jenny menahan langkah keduanya, pegangan Jenny di lengan Tomi semakin erat. 

"Tom! Tomi!" panik Jenny lalu menatap kakinya dengan syok. "Da-darah, Tom!" isaknya panik. 

Tomi menatap ke kaki Jenny yang hanya memakai rok sejengkal dari paha itu. Darah segar mengalir cukup banyak. 

Tomi segera menggendong Jenny ala pengantin, dia menyimpannya di sofa lalu menyalakan ponsel Jenny yang dekat dengan mereka. 

Tomi memanggil pertolongan dan tak lama ambulance datang.

***

Julia hanya bisa datang dengan si mbah ke rumah sakit, di sana sudah ada Teddy dan Tamara. Orang tua Tomi yang sahabatan dengan Julia dan suami. 

"Jenny keguguran?" tanya Julia sambil menyentuh lengan Tamara dengan lemas. 

Baru beberapa hari kabar kehamilan Jenny menjadi kebahagiaan untuk semua orang. Untuk dua keluarga yang sudah tahu apa yang terjadi. 

"Sabar, Jul.. Yang terpenting Jenny baik dan kelak masih bisa mengandung lagi," 

Julia terisak sedih nan cemas. Dia menoleh pada si mbah. "Mbah, bagaimana ke depannya? Apa mereka gagal?" paniknya. 

"Tidak, syaratnya hanya kembali berkurang.. Mereka bisa berusaha lagi, mereka hanya perlu sabar menerima nasibnya,"

Julia menghela nafas lega, anaknya tidak akan pergi meninggalkannya. Jenny masih bisa berusaha untuk menghilangkan kutukan itu. 

Tomi datang dari toilet dengan lemas. Orang tua dan orang tua Jenny menatapnya dengan sedih. Tomi pun sama. 

"Dokter hanya bisa menduga kelelahan, sebelumnya kita periksa tapi Jenny baik-baik aja dan aku ga lakuin hal aneh," terangnya dengan masih terlihat sedih dan kecewa. 

Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang